Jakarta-wapresri.go.id. Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengatakan bahwa kita wajib bersyukur karena hampir semua indikator-indikator ekonomi nasional  membaik. Walaupun terjadi anomali di dalamnya terkait kurang cepatnya pergerakan di sektor perekonomian. Bahwa ada pendapat soal tinggi rendahnya inflasi menurutnya itu agak debatable.

Tapi yang pastinya, katanya, “hutang kita terjaga, politik nasional kita baik, stabil, harga komoditas yang dahulu kita selalu kambing hitamkan dalam ekonomi turun sekarang sudah baik, jadi kita tidak bisa kambing hitamkan lagi komoditas,” ucapnya saat memberikan pengarahan pada pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI)   di Gedung BEI, Jakarta (2/1).

“Dahulu ya kita tumbuh 5 persen karena harga batu bara turun, karet turun, sawit turun. Sekarang Alhamdulillah naik. Alhamdulillah kita lebih baik, di negara lain Masya Allah. Begitu juga di tahun baru kemarin semuanya aman terkecuali,” tambahnya.

Di bidang politik, lanjutnya, ternyata juga baik-baik saja meskipun banyak orang selalu mengatakan bahwa nanti tahun depan tahun politik. “Tidak ada bukti, selama 3 kali tahun politik ada kerusuhan, tidak ada sama sekali. Itu hanya fikiran-fikiran masa lalu, karena kampanye sudah berbeda. Dahulu kampanye mengumpulkan massa, benturan, sekarang kampanyenya sudah di dunia maya, di udara kampanyenya sekarang, di medsos kampanyenya, bukan lagi di jalan. Jadi berbeda sekali tahun politk yang lalu dengan tahun politik yang sekarang. Tidak terjadi banyak benturan-benturan, insyaa Allah tidak akan terjadi benturan,” ia menjabarkan.

Semua kondisi baik itu, menurutnya berimbas kepada ekonomi, karena ekonomi itu juga banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar ekonomi. “Tetapi faktor ekonomi kita juga sebenarnya sudah, seperti yang saya gambarkan bahwa indikator-indikatornya positif,” katanya.

Terkait ekonomi, diakuinya memang banyak kekhawatiran terkait ekonomi dunia yang memang tidak menentu, penuh dengan masalah-masalah. “Timur Tengah ditambah lagi dengan Iran yang mulai tidak puas kepada pemerintahnya, di Irak agak lebih menghangat-hangat lagi tetapi di saat semua itu ekonomi kita tidak terpengaruh, karena kita mempunyai pasar yang cukup besar, walaupun ekspor kita tentu apabila ada masalah bisa terpengaruh. Tetapi justru kalau tertjadi suatu masalah di lingkungan-lingkungan yang kaya minyak selalu harga komoditas akan ikut naik, kalau naik minyak naik batu bara, karena selalu mengikuti seperti itu. lihat saja, kalau harga batu bara turun maka ikut karet turun. Nah, sekarang kalau harga batu bara naik otomatis ikut naik. Jadi sebenarnya semua faktor-faktor yang bisa mempengaruhi ekonomi kita itu baik,” bebernya.

Kepada para investor  dan emiten, ia menilai perlu ditingkatkan investasi bukan hanya investasi di pasar modal, bukan hanya di pasar uang, tetapi investasi riil dalam bentuk fisik. “Apakah itu pabrik, apakah investasi yang lainnya, apakah smelter, apakah itu investasi yang lain-lainnya,karena kalau melihat jaringannya sudah cukup baik, retail sudah cukup baik, di mana-manapun kita berjalan ada toko-toko retail yang menjual hasil-hasil produksi,” ucapnya.

JK menambahkan bahwa kita sudah sependapat bahwa salah satu cara untuk menggelorakan investasi adalah menurunkan tingkat suku bunga, secara perlahan-lahan, secara teratur Bank Indonesia sudah mengatur supaya bagaimana suku bunga turun. “Itu maknanya bahwa anda berinvestasi di sector investasi riil, bukan hanya investasi di deposito, dan sebagainya. Nah, oleh karena itu maka kenaikan indeks pasar modal salah satu imbas dari pada turunnya suku bunga perbankan dari pada depositi hanya mendapat 5-6 persen sementara membeli saham mungkin mendapat 10 persen, dia punya keuntungan. Itu semua imbas dari pada kebijakan itu,” tegasnya.

Sebelumnya Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso  di tempat yang sama melaporkan pada penutupan Perdagangan  Bursa Efek tahun 2017 oleh Bapak Presiden.

“Patut kita syukuri bahwa keberhasilan usaha begini tentunya patut mendapat apresiasi dan tentunya kita sangat berterima kasih kepada semua pihak, baik sektor riil otoritas dan juga para pelaku pasar,” ujarnya

Hadir dalam pembukaan perdagangan perdana ini Ketua Dewan Komisioner (DK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso, Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardoyo, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (KIP-Setwapres).