Jakarta-wapresri.go.id Prof. Dr. Dewi Fortuna Anwar, M.A. yang merupakan Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pemerintahan Sekretariat Wakil Presiden (Setwapres) dikukuhkan sebagai aggota Komisi Ilmu Sosial Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), Kamis (16/2/2017) di Auditorium Istana Wakil Presiden, Merdeka Selatan.

Pengukuhan keanggotaan tersebut diawali dengan kuliah inaugurasi oleh Prof. Dewi Fortuna dengan tajuk “Indonesia, ASEAN dan Stabilitas Regional.

Hadir sebagai tamu undangan, Presiden Republik Indonesia ke-3 BJ. Habibie, Ketua Umum AIPI Sangkot Marzuki, Sekretaris Jenderal AIPI Budhi M. Suyitno , Ketua Komisis Sosial AIPI Taufik Abdullah, Sofyan Effendi, Azyumardi Azra, dan seluruh jajaran anggota AIPI.

Mengawali acara tersebut, Kepala Sekretariat Wakil Presiden (Kasetwapres) Mohamad Oemar menyatakan apresiasinya kepada AIPI sebagai wadah dari para ilmuwan di Indonesia dan mengungkapkan kebanggaan atas keberhasilan Prof. Dr. Dewi Fortuna Anwar menjadi anggota AIPI.

“Kita tahu bahwa AIPI merupakan wadah yang unik dari para ilmuwan terkemuka kita. Dan keanggotaan dalam AIPI merupakan suatu pengakuan yang tinggi bagi kepakaran ilmuwan. Bagi kami di Setwapres inaugurasi Ibu Dewi Fortuna Anwar sebagai anggota AIPI merupakan suatu kehormatan dan kebanggaan tersendiri, karena Ibu Dewi telah mengabdi di lembaga ini telah lebih dari dua periode,” ujar Mohamad Oemar.

Kasetwapres lebih lanjut mengungkapkan harapannya agar AIPI ke depan memberikan motivasi yang baik dan kuat untuk dapat memberikan lebih banyak kontribusi lagi kepada bangsa dalam perumusan rekomendasi kebijakan

Menyinggung peran ASEAN terhadap stabilitas regional, Oemar menyatakan bahwa ASEAN sejak awal didirikan selalu berupaya menjaga perdamaian yang merupakan syarat mutlak bagi stabilitas negara-negara anggotanya.

“ASEAN tetap, telah, dan sudah menjadi sokoguru yang paling penting bagi kebijakan luar negeri Indonesia. Pada dasarnya sejak pembentukannya, ASEAN adalah organisasi kawasan yang mendukung dan menjaga stabilitas regional dan menjadi saluran bagi negosiasi bagi pembahasan-pembahasan tentang bagaimana menjaga stabilitas sehingga anggotanya dapat melaksanakan pembangunan dengan stabil,” jelas Oemar.

Acara dilanjutkan dengan pembacaan orasi ilmiah Dewi Fortuna Anwar yang dibuka dengan menguraikan berbagai keberhasilan dan kontribusi ASEAN dalam menciptakan keamanan, perdamaian dan stabilitas regional serta menjadi penentu utama tatanan regional.

“Kawasan ASEAN secara keseluruhan telah diwarnai oleh hubungan yang cukup harmonis antara sesama negara anggota, yang sangat berbeda dengan suasana kawasan sebelum ASEAN berdiri. Dibandingkan banyak kawasan lain di dunia yang diliputi ketegangan, seperti di Asia Timur atau konflik terbuka seperti di Timur Tengah, wilayah Asia Tenggara dewasa ini dapat dikatakan tampil sebagai oasis yang damai,” jelas Dewi Fortuna Anwar.

Lebih jauh, ia memaparkan, ASEAN memiliki peran dan manfaat yang besar bagi Indonesia. Terdapat delapan alasan utama yang membuat Indonesia tetap berkomitmen untuk tetap menempatkan ASEAN sebagai sokoguru politik luar negeri Indonesia yang tetap relevan sampai saat ini. Alasan tersebut adalah ASEAN membentuk dan memelihara citra Indonesia sebagai negara tetangga yang baik untuk stabilitas regional, mendorong terciptanya kawasan yang harmonis, sebagai penyangga (buffer) keamanan, berkontribusi terhadap pembangunan tatanan regional yang otonom, berperan penting dalam meningkatkan daya tawar internasional anggotanya, meningkatkan kredibilitas internasional Indonesia, memberi payung regional bagi kerjaasama bilateral militer antara para anggotanya, dan berperan dalam mendukung pembangunan ekonomi.

Menutup pidatonya, Dewi mengungkapkan pertanyaan fundamental mengenai pentingnya merumuskan perkembangan instisusi dan kebijakan ASEAN ke depan setelah memasuki usia ke 50 di tahun ini.

“Apakah di usia yang ke 50 tahun ini ASEAN sudah memsuki masa akhir tahap keempat evolusinya dan harus mulai memikirkan perkembangan institusi dan mekanisme untuk tahap berikutnya? Masalah ini perlu menjadi perbincangan serius di kalangan praktisi dan pemerhati ASEAN agar organisasi ini tetap dapat diandalkan sebagai penentu utama tatanan regional Asia Tenggara dan wilayah sekitarnya pada masa-masa yang akan datang. ASEAN pada usia ke 50 ini seolah berada di persimpangan jalan dan merupakan tanggungjawab kita bersama untuk turut memikirkan pilihan yang tepat sebagai landasan bagi perkembangan ASEAN untuk 50 tahun ke depan,” pungkasnya.

Untuk mengelaborasi lebih jauh tentang pidato inaugurasi Dewi Fortuna Anwar, acara dilanjutkan dengan talk show yang dipandu oleh Desi Anwar. Selain Dewi, hadir tiga orang narasumber lainnya, yaitu Dirjen Kerjasama ASEAN Kementerian Luar Negeri Jose Antonio Morato Tavares, Direktur Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Adriana Elisabeth, Direktur Eksekutif Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Philips J Vermonte.

Dalam talk show ini Desi Anwar mencoba mengulas lebih dalam bagaimana peran ASEAN dalam menjaga stabilitas di dunia yang sangat dinamis seperti saat ini.
Menjawab pertanyaan moderator, Jose Antonio menekankan, dalam menjaga stabiltas regional saat ini, ASEAN perlu menjaga perannya bagi negara-negara anggotanya.
“Sebenarnya yang perlu dilakukan ASEAN adalah benar-benar memperkuat kemanfaatan ASEAN bagi negara-negara anggotanya, serta menjaga dan mempertahankan agar ASEAN dapat terus bersatu,” ujar Jose.

Mengupas lebih dalam mengenai peran ASEAN dalam menjaga stabilitas kawasan,, Adriana Elisabeth berpandangan bahwa yang paling fundamental adalah menjaga ketahanan nasional dan regional dengan fokus pada isu-isu prioritas seperti bisnis dan Hak Asasi Manusia (HAM).

“Ketahanan nasional menjadi penting bagi setiap negara anggota ASEAN. Ketahanan nasional ini menjadi penting untuk memperkuat ketahanan regional. Memang hari ini ASEAN mendapatkan tantangan cukup banyak. Untuk itu, untuk mempertahankan ketahanan regional, negara-negara ASEAN perlu menentukan secara bersama prioritas isu yang akan ditangani bersama ke depan, Dan menurut saya isu yang prioritas saat ini adalah isu bisnis dan isu HAM,” jelas Adriana.

Sementara, Philips J. Vermonte mengungkapkan yang dibutuhkan ASEAN dalam menjaga stabilitas adalah komitmen para pemimpin negara-negara anggotanya.

“Kita perlu dan butuh untuk menumbuhkan kembali komitmen dan kecintaan para pemimpin-pemimpin negara ASEAN saat ini terhadap ASEAN. Kalau para pemimpin merasa ASEAN perlu dipertahankan sebagai sebuah organisasi regional maka mereka akan bergerak untuk mempertahankan ketahanan regional melalui ASEAN,” ujar Philips.
Mengakhiri talk show tersebut, BJ Habibie turut berbagi pemikiran mengenai keberhasilan negara-negara maju dalam menjaga stabiltasnya. Ia bercerita tentang bagaimana Jerman dapat tetap bertahan di antara negara-negara Eropa lain yang telah tumbang, seperti Yunani, Spanyol dan Italia.

“Jerman dapat tetap kuat dan mempertahankan stabiltas nasionalnya karena Jerman mampu mewariskkan value yang baik yang dibangun sejak lama. Ada tiga nilai utama yang dipertahankan oleh Jerman, yang pertama adalah bahasa yang sama, yang kedua adalah sinergi positif budaya dan agama, dan yang ketiga adalah political will. Ketiga hal ini yang perlu dipelajari oleh negara-negara lain untuk mempertahankan stabilitas nasional maupun regionalnya,” tegas Habibie.

Kuliah inaugurasi ditutup dengan pemutaran opera Ainun Habibie yang merupakan salah satu karya terbaik anak bangsa yang telah diputar di berbagai negara di benua Eropa. (KIP, Setwapres)