Jakarta-wapresri.go.id. Umat Islam saat ini menghadapi berbagai macam persoalan yang sangat kompleks. Berbagai wajah ditampilkan oleh umat Islam dalam bertinteraksi dengan umat agama lain, mulai dari wajah damai, toleran, moderat, sampai perilaku ‘menyimpang’, sehingga menimbulkan gesekan bahkan konflik tajam dalam hubungan antar umat beragama. Untuk itu, diharapkan masjid dapat berperan sebagai benteng keimanan umat.

”Sebagai Ketua Dewan Masjid Indonesia tentu memberi perhatian dan bergembira atas upaya-upaya kita semua untuk kembali dan selalu menjadikan masjid sebagai tempat, sebagai benteng keimanan umat, dan juga tempat kita semua beribadah disaat juga tentu kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan yang tentu bermanfaat,” demikian disampaikan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ketika membuka Seminar Internasional The Muslim World League (MWL) atau Rabithah Al-‘Alam Al-Islami dengan tema “Peran Masjid dalam Membentengi Umat dari Pemikiran Menyimpang”, di Aula Buya Hamka Kompleks Masjid Agung Al-Azhar Kebayoran, Jakarta, Kamis, (4/8/2016).

Wapres juga berpesan agar masjid dapat dijadikan tempat untuk memakmurkan masyarakat, untuk menangkal pemikiran yang menyimpang.

“Menjaga bagaimana masjid memakmurkan masyarakat kita agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan harapan dan pemikiran-pemikiran pada masyarakat. Itulah yang kita inginkan,” pesan Wapres.

Menurut Wapres, masih banyak orang yang melakukan tindakan radikal yang mengatasnamakan agama. Hal ini tentu menyimpang dari ajaran Islam sebenarnya.

“Menyimpang di sini tentu menyimpang daripada jalan utama seluruh agama kita. Radikalisme, terorisme ataupun tindakan yang mengatasnamakan agama untuk kepentingan-kepentingan yang lainnya,” tegas Wapres.

Lebih lanjut Wapres menyatakan bahwa penyimpangan pemikiran atau perbedaan pemikiran lebih disebabkan oleh masalah politik, kekuasaan dan ideologi.

“Apabila terjadi suatu perbedaan-perbedaan ideologis, kemudian politik, kekuasaan dan juga kekayaan, maka terjadilah umat Islam tercerai berai seperti pada dewasa ini,“ ungkapnya.

Wapres menambahkan, bahwa pemikiran radikalisme yang kemudian menimbulkan terorisme, apabila dilihat dengan seksama, terjadi lebih disebabkan oleh kemarahan para pemuda. Kemarahan generasi muda akibat masalah-masalah pendudukan dan penghancuran negerinya. Akibat kehancuran itulah maka timbulah generasi muda yang pemarah karena tidak punya harapan masa depan, yang kemudian mempergunakan solidaritas agama sebagai cara.

“Jadi umat harus diberikan masa depan yang lebih baik,” seru Wapres.

Wapres menyampaikan keprihatinannya atas situasi yang terjadi akhir-akhir ini. Walaupun hampir semua negara sudah merdeka, tetapi satu sama lain saling berperang dan bunuh membunuh. Namun Wapres bersyukur karena umat Islam Indonesia dan di Asia Tenggara, tidak terseret dalam pertentangan-pertentangan seperti itu.

Mengakhiri sambutannya, Wapres mengimbau kepada seluruh umat Islam untuk bersatu padu dalam menghadapi segala persoalan yang melanda.

“Mari kita semua bersatu padu. Dan tentu saya mengharapkan Islam mempunyai peran untuk menyatukan umat ini secara baik. Indonesia menyadari hal ini oleh karena itulah Indonesia sangat terbuka dan sangat memahami dan memberikan arti persatuan kepada siapapun di negeri ini,” pungkas Wapres.

Sebelumnya, Ketua Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar, Mohammad Suhadi menyatakan bahwa seminar internasional ini sangat sesuai dengan visi dan misi Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar, mengingat alasan didirikannya Al-Azhar adalah sebagai perekat umat.

“Semoga kegiatan ini menghasilkan manfaat yang maksimal untuk umat Islam tidak hanya di Indonesia, namun juga di dunia,” ucap Suhadi.

The Muslim World League (MWL) atau Rabithah Al-‘Alam Al-Islami adalah organisasi Islam non-pemerintah terbesar di dunia yang berpusat di Mekkah dan didirikan pada 18 Mei 1962. MWL secara resmi berada di Indonesia berdasarkan MoU perjanjian kerja sama dengan Kementerian Agama. MoU ini menjadi payung dari seluruh kegiatan MWL di Indonesia.

Seminar yang diselenggarakan MWL ini bertujuan untuk menegaskan pentingnya peran masjid sebagai wadah pemersatu umat Islam dan wadah penyebaran dakwah yang konstruktif agar umat islam tidak terpengaruh oleh pemikiran yang destruktif bagi kemajuan umat dan dakwah Islam di indonesia.

Hadir dalam kesempatan tersebut Presiden Republik Indonesia ke-3 BJ. Habibie, Sekjen Rabithah Al-Alam Al Islam, Abdullah Bin Abdul Muhsin Al-Turki, Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nurwahid serta Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar. (KIP, Setwapres)