Jakarta-wapresri.go.id. Bangsa Indonesia patut bersyukur karena masih dapat menjaga keharmonisan, ditengah berbagai konflik yang melanda negara-negara Timur Tengah.

“Insya Allah kita harus menjaga itu (harmoni) di negeri ini, karena itulah modal kita. Apabila berpindah arah modal itu menjadi yang berbeda, maka timbullah hal-hal penghancuran seperti yang dialami oleh banyak negara. Karena itulah, perayaan ini bukan hanya merayakan Isra’ Mi’raj sebagai bagian dari upacara, tapi spirit persatuan, spirit keagamaan, spirit ibadah yang mempersatukan kita semuanya,” tegas Wakil Presiden ketika memberikan sambutan pada Peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Tahun 1437 H/2016 M di Istana Negara, Rabu Malam (4/5/2016).

Wapres mengungkapkan, salah satu cara terciptanya harmoni di Indonesia adalah dengan menghormati hari-hari besar agama. Lebih jauh Wapres menjelaskan, dari 15 hari libur yang ada di Indonesia, hanya 3 yang merupakan hari libur nasional, yaitu 1 Januari (Tahun Baru), 1 Mei (Hari Buruh), dan 17 Agustus (Hari Kemerdekaan). Sementara, 12 lainnya hari raya keagamaan, yakni 6 hari raya Islam, 3 Kristen-Katolik, dan 1 masing-masing Budha, Hindu dan Imlek.

“Begitu kita menjaga harmoni itu. Walaupun penduduknya 1% ada juga hari libur nasionalnya. Tapi Islam sudah hampir 7% di Perancis, tidak ada hari raya Islam di Perancis, tidak ada hari raya Islam di Thailand walaupun Islam juga banyak, tidak ada hari raya Islam di Amerika walaupun penduduk Islam banyak. Karena itulah kalau orang melihat, kenapa di Indonesia, Islam moderat dan harmonis, karena menjaga seperti itu, keseimbangan itulah,” ungkap Wapres.

Menurut Wapres, ada 3 hari raya yang selalu dirayakan secara kenegaraan di Istana Negara, yaitu Isra’ Mi’raj, Maulid dan Nuzulul Quran. Perayaan ini sudah berlangsung lebih dari 60 tahun, yakni sejak dimulai oleh Presiden Pertama Indonesia Soekarno di tahun 1955, dengan pembicara pertama oleh ulama besar Buya Hamka.

“Itulah sejarah bagaimana kita semua di Indonesia ini menjaga semua itu bahwa agama adalah faktor penting dalam kenegaraan kita,” ungkap Wapres.

Kini, lanjut Wapres, perayaan hari-hari besar agama, tidak hanya difokuskan di Istana Negara, Jakarta, tetapi juga di daerah lain. Seperti yang tengah dilakukan oleh Presiden Joko Widodo yang juga merayakan Isra’ Mi’raj di Magelang.

Selanjutnya Wapres menjelaskan makna dari merayakan Isra’ Mi’raj. Isra’ Mi’raj merupakan suatu perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang penuh rahasia dan mukjizat, karena Nabi mendapatkan perintah langsung dari Allah SWT untuk melaksanakan sholat. Sesuatu yang tidak pernah terjadi sebelumnya dan tidak ada manusia yang pernah mengalaminya.

“Jadi itulah kenapa Isra’ Mi’raj bukan hanya sebagai suatu peristiwa, tapi suatu momentum keagamaan yang sangat penting bagi kita semua,” ungkap Wapres.

“Menteri saja kalau dipanggil Presiden malam-malam, tengah malam, dikasih instruksi pasti penting sekali instruksinya kan? Ini contoh kecil, jangan disamakan, pasti penting, kecuali kau mau di-reshuffle, itu bahaya kan?,” gurau Wapres disambut tawa hadirin.

Terkait Masjidil Aqsa, Wapres menceritakan masjid tersebut pernah terbakar di tahun 1969. Peristiwa inilah yang memicu terbentuknya Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Namun, Wapres menyayangkan antar negara-negara anggota OKI masih terjadi perselisihan bahkan peperangan.

Lebih jauh Wapres mencontohkan banyaknya bom terjadi di negara-negara Arab yang menyebabkan penduduknya mengungsi ke negara-negara Eropa. Padahal di zaman Rosulullah, Rosulullah hijrah dari Mekkah ke Madinah, yang juga sama-sama berpenduduk Islam.

“Kita tiap malam sedih melihatnya bagaimana umat Islam hijrah dari Syiria, Irak, ke Eropa yang non Muslim, itu yang terjadi. Kita sedih melihat bagaimana tiap malam yang kita lihat hanya bom di mana-mana di negara-negara Arab, dengan penduduk Islam yang besar,” ungkap Wapres prihatin.

Wapres mencermati, hal ini terjadi karena faktor internal otoriterisme negara-negara Arab tersebut, sehingga terjadi kegagalan. Ditambah lagi intervensi negara-negara luar yang ingin menghancurkan otoriterisme itu, dengan melakukan serangan dan penghancuran.

“Di situlah timbulnya radikalisme karena keputusasaan, karena tidak ada harapan, karena kehancuran semuanya. Internal salah, lebih salah lagi dari eksternalnya,” ucap Wapres.

Untuk itu, dalam perayaan Isra’ Mi’raj ini Wapres mengajak para hadirin dan seluruh bangsa Indonesia untuk selalu menjaga keharmonisan, baik harmoni antar agama maupun inter agama. Karena itulah yang menjadi pelajaran yang banyak di dunia ini, meskipun dalam praktek melaksanakan ibadah, kadang-kadang terjadi perbedaan khilafiyah.

“Kita berbeda budaya, kita berbeda bahasa, kita berbeda warna kulit. Tapi janganlah perbedaan itu menjadikan konflik di antara kita semuanya,” pungkas Wapres.

Sebelumnya Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyampaikan, bahwa Isra’ Mi’raj memiliki arti transformasi spiritual dan sosial. Transformasi spiritual berarti taat dalam menjalankan apa yang diperintahkan Allah SWT dan menjauhkan larangan-Nya. Sementara transformasi sosial senantiasa melakukan perubahan, dari keburukan menuju kebaikan, dari kesalahan menuju kesalehan, dari jalan gelap menuju jalan terang, dan dari keterbelakangan menuju kemajuan.

“Esensi peringatan Isra’ Mi’raj adalah mendorong umat Muslim untuk terus membangun dan mengembangkan peradaban Islam yang mengedepankan perdamaian, keadilan, keseimbangan, toleransi, dan persamaan. Yang semuanya itu tertumpu pada konsep rahmatan lil ‘alamiin, Islam yang membawa rahmat bagi semesta alam,” tutur Lukman.

Sementara Mantan Wakil Ketua MPR RI Tahun 2009-2014 Hajriyanto Thohari dalam uraian hikmahnya, menyampaikan Isra Mi’raj hendaknya dijadikan momentum untuk menjadi Muslim yang berkemajuan. Berkemajuan dalam semangat, alam pikir, perilaku, dan berorientasi ke masa depan, berkemajuan mewujudkan kondisi yang lebih baik dalam kehidupan material dan spiritual, serta berkemajuan untuk menjadi unggul dalam pergaulan dengan bangsa-bangsa lain. Sebagaimana Islam yang dianut rakyat Indonesia bahwa kualitas itu lebih penting daripada kuantitas.

“Umat beriman yang kuat itu lebih baik daripada umat beriman yang lemah,” ucap Hajriyanto mengutip Hadits Nabi.

Hadir dalam acara tersebut Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Ferry Mursyidan Baldan, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi, para pimpinan Lembaga Tinggi Negara, dan beberapa duta besar dari perwakilan negara sahabat. (KIP, Setwapres)