Jakarta-wapresri.go.id Ada 2 filosofi atau pola pikir yang dapat mempengaruhi masa depan pendidikan, keahlian dan inovasi. Pola pikir menjadi persiapan awal untuk mencapai tujuan tersebut.

“Tidak ada bangsa yang maju tanpa inovasi tapi tidak ada juga bangsa yang maju tanpa keterampilan,” tegas Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ketika meresmikan Pembukaan Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) VIII, di Puri Agung, Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Rabu malam, (12/10/2016).

Wapres menyatakan bahwa masalah yang dihadapi sekarang bukan lagi bagaimana masyarakat dapat membaca, menulis dan berhitung, tetapi bagaimana masyarakat dapat lebih inovatif, lebih produktif, dan lebih dinamis memenuhi tuntutan zaman.

“Karena itulah apabila kita ingin dinamis maka yang pertama harus dinamis itu guru, karena apa yang diajarkan hari ini, itu manfaatnya 10 tahun yg akan datang,” tutur Wapres.

Oleh karena itu, seorang guru dituntut untuk memberikan pendidikan yang berkualitas guna menghadapi persaingan di masa yang akan datang. Di sinilah tantangan besar yang dihadapi dunia pendidikan dan para guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan, mengingat tantangan kehidupan berbeda-beda sesuai zamannya.

“Jadi itulah sebenarnya yang menjadi tantangan pendidikan, tantangan guru, bagaimana mengikuti perkembangan ilmu itu agar dapat mencapai kecerdasan yang sama, kecerdasan yang tinggi sesuai zamannya,” ujar Wapres.

Wapres pun berharap guru harus lebih cerdas dibandingkan muridnya, karena apabila murid lebih pintar, tentu guru tidak berwibawa. Mempersiapkan murid agar lebih siap serta mampu menghadapi tantangan di masa depan merupakan tugas guru. Universitas atau IKIP diharapkan dapat lebih di depan agar dapat mempersiapkan guru dalam menghadapi masa yang akan datang.

Wapres mengungkapkan, sekolah negeri dan swasta yang ada di Indonesia saat ini berjumlah 260 ribu, terdiri dari 174 ribu SD, 50 ribu SMP, 23 ribu SMA dan 7.700 SMK, dengan total murid sebanyak 50 juta orang dan 3 juta guru.

“Memang bukan hal yang mudah untuk meningkatkan kualitas dan sebagainya, apabila dibandingkan dengan Singapura yang hanya berpenduduk 5 juta orang. Namun perlu juga belajar dari Tiongkok yang berpenduduk 1,4 miliar orang, namun maju dalam pendidikan,” kata Wapres menyarankan.

Wapres berharap konvensi ini akan menjawab pertanyaan yang selama ini berkembang kenapa kualitas pendidikan saat ini masih yang belum sejalan, sebanding dengan besarnya effort yang diberikan, termasuk besarnya anggaran yang diberikan untuk pendidikan.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Lembaga Pendidikan Tinggi Kependidikan Negeri Indonesia (ALPTKNI) Prof. Dr. Djaali dalam laporannya menyatakan bahwa kegiatan ini dikuti oleh kurang lebih 1.000 peserta dari 12 Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) negeri, 29 FKIP universitas negeri dan 380 LPTK swasta se-Indonesia

KONASPI merupakan wahana akademik kaum pendidik Indonesia dalam memberikan sumbangsih pemikiran bagi pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Tema yang diangkat KONASPI Tahun 2016 ini adalah “Arah Kebijakan Pendidikan Guru di Indonesia”

Hadir dalam acara tersebut Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Muhammad Nasir, Duta Besar Finlandia Hiltu Tovio Paevi, dan Sekretaris Wakil Presiden Mohamad Oemar. (KIP, Setwapres)