Jakarta-wapresri.go.id. Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menerima Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siroj di Kantor Wakil Presiden, Merdeka Utara, Rabu, (27/04/2016). Kedatangan Said Aqil untuk mengundang Wapres menutup perhelatan acara International Summit of The Moderate Islamic Leaders (ISOMIL) yang akan diselenggarakan pada (9/5/2016) di Jakarta. ISOMIL adalah pertemuan para pemuka agama Islam dari seluruh dunia, yang rencananya akan dibuka oleh Presiden Jokowi.

“Pertemuan ini lanjutan yang OKI (KTT OKI) kemarin Pak. Kalau OKI kemarin sifatnya g to g [government to government cooperation), sedangkan ISOMIL ini p to p [people to people cooperation]. Ini bagian dari second line diplomacy yang kita jalankan,” ucap Said.

Said menyatakan, telah ada 35 negara yang bersedia hadir dalam forum tersebut, yang akan berbagi pengalaman dengan Indonesia dalam mengatasi terorisme dan radikalisme, serta menghadirkan wajah Islam yang moderat, damai dan toleran.

Wapres menyambut positif penyelenggaraan forum ini, sebagai langkah konkret menindaklanjuti KTT OKI di Istanbul, Turki, beberapa waktu lalu. Indonesia, lanjut Wapres, sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar, sekaligus mayoritas dapat menjadi contoh dalam menghargai perbedaan sehingga Islam sebagai rahmatan lil alamin dapat terwujud.

“Sering saya sampaikan dalam berbagai forum, termasuk OKI. Kami kalau promosi pariwisata, selalu muncul Borobudur bukan Istiqlal, karena kami hargai perbedaan. Mungkin sama halnya dengan India, meski mayoritas Hindu, tapi yang dipromosikan Taj Mahal bukan kuilnya,” tutur Wapres memberikan perumpamaan.

Konflik, radikalisme dan terorisme yang melanda dunia Islam saat ini, kata Wapres, mendasari pentingnya Indonesia segera merealisasikan pembangunan universitas Islam internasional yang diharapkan dapat menjadi kiblat baru pengetahuan dan keilmuan tentang Islam yang benar.

“Inti dari kehidupan ini adalah akhlak. Dimana lagi belajar akhlak di Timur Tengah bila melihat kondisi sekarang ini?” tanya Wapres.

Wapres menyesalkan ideologi Islam hanya digunakan untuk kepentingan sempit membangun solidaritas dan memperoleh dukungan legitimasi. Padahal motif sejatinya tetap urusan duniawi seperti penguasaan politik dan ekonomi.

Tampak hadir menyertai Ketua Umum Said Aqil Siroj, Katib Aam Yahya C. Staquf, Sekjen Helmy Faishal Zaini, Wakil Ketua Umum Maksum Mahfudz dan Wakil Bendahara Abidin. (KIP, Setwapres)