Penutupan Muktamar Muhammadiyah ke-47 Muktamar Satu Abad ‘Aisyiyah

Makassar. Muhammadiyah adalah organisasi Islam terbesar di dunia, karena muslim di Indonesia merupakan yang terbesar di dunia. Bila kita berbicara tentang organisasi massa Islam di Arab Saudi, barangkali jumlahnya hanya ratusan. Demikian juga di Kuwait, jumlah organisasinya hanya puluhan. Pernyataan ini disampaikan oleh Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ketika menutup Muktamar Muhammadiyah ke-47 Muktamar Satu Abad ‘Aisyiyah di Universitas Muhammadiyah Makassar, Jumat siang 7 Agustus 2015.

Sebelumnya, Ketua Umum (Ketum) Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah terpilih periode 2015-2020 Haedar Nashir memperkenalkan anggota PP Muhammadiyah dan Ketum PP ‘Aisyiyah yang baru Siti Noordjannah Djohantini dan jajaran pengurus. PP Muhammadiyah mengakui, kata Nashir, bahwa secara psikologis tidak mudah memandu umat dan bangsa, selain mulia juga banyak ragamnya. “Kami percaya di belakang kami ada tujuh organisasi otonom, ada 34 pimpinan wilayah, 488 pimpinan daerah, 3.655 pimpinan di tingkat kecamatan dan 13.540 pimpinan ranting di basis akar rumput,” ujar Haedar.

Wapres yang hadir bersama Ibu Mufidah Jusuf Kalla mengingatkan bahwa sejarah menunjukkan bahwa suatu negara akan mengalami kemajuan karena memanfaatkan ilmu pengetahuan. Tentunya, kata Wapres, Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah yang dipilih di muktamar ini, dengan segala kemampuan dan jumlah organisasi yang besar, mempunyai modal yang besar untuk memajukan bangsa Indonesia.

Di awal sambutannya, Wapres mengatakan bahwa muktamar Muhammadiyah diselenggarakan dengan sangat demokratis dan tenang, sehingga memberikan contoh-contoh yang baik dalam melaksanakan demokrasi. “Penghargaan kepada Pak Din yang telah memimpin selama 10 tahun,” ucap Wapres.

Muhammadiyah adalah organisasi yang telah mengabdi lebih dari satu abad atau lebih panjang dari negeri ini. Muhammadiyah telah memberikan semangat dan spirit sehingga bangsa ini berkembangan seperti ini. “Muhammadiyah sangat identik dengan kemajuan pendidikan, sosial, kesehatan dan upaya-upaya sosial lainnya,” ujar Wapres.

Beberapa upaya yang dilakukan oleh Muhammadiyah dalam memajukan bangsa ini, diantaranya adalah dengan mengirimkan guru-guru dari Sumatera ke Makassar. “Kalau sekarang pemerintah saja tidak sanggup jika harus mengirimkan guru-guru dari Sumatera ke Makassar,” ucap Wapres.

Selain itu, Muhammadiyah juga melakukan berbagai upaya yang memberikan inspirasi kepada bangsa Indonesia, seperti mendirikan sekolah dan panti asuhan, serta sarana pendidikan dan kesehatan lainnya.

Tantangan Memajukan Bangsa

Tantangan bangsa depan adalah bagaimana memajukan bangsa ini. Tentunya, kata Wapres, dengan berbagai ukuran, seperti pertumbuhan ekonomi, pendapatan negara, jumlah pengangguran, jumlah orang miskin dan berbagai ukuran lainnya di bidang ekonomi. “Mendukung kemajuan ekonomi bangsa terutama dalam kemakmuran,” kata Wapres.

Tantangan yang berat bagi kita adalah mencari keadilan, yang hanya dapat dicapai dengan upaya, semangat dan pelatihan. Upaya itu telah mulai dirintis oleh Universitas Muhammadiyah yang bekerjama dengan bank-bank nasional untuk mendapatkan kredit murah. “Bagiamana Universitas Muhammadiyah yang besar itu dapat bersaing,” kata Wapres.

Negeri kita mengalami tantangan yang kuat dewasa ini, baik buruknya ditanggung oleh kita semua. Dimulai dari menurunnya ekonomi dunia, yang menyebabkan pendapatan menurun. Memang ada kelambatan dalam pengeluaran pemerintah karena kelambanan birokrasi kita. “Dan juga el nino atau kekeringan, sehingga tantangan kita hadapi bersama,”ucap Wapres.

Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan bahwa Muktamar Muhammadiyah ke-47 dan ‘Aisyiyah telah berlangsung dengan lancar, produktif, elegan dan bermartabat. “Terselenggaranya muktamar seperti itu karena berkah Allah SWT, serta dukungan bantuan dan restu dari seluruh warga bangsa, Wakil Presiden, Gubernur serta bermacam pihak,” kata Nashir.

Dengan dukungan seluruh tokoh Muhammadiyah, lanjut Nashir, prinsip kami melanjutkan program dan didasari mujahadah atau kesungguhan. “Bersama kekuatan bangsa dan agama lain ingin ikut memandu moral bangsa ini sehingga menjadi bangsa yang objektif, toleran dan produktif,” ucap Nashir.

****