Jakarta. Sebagai negara yang terbuka untuk melakukan kerjasama perdagangan dengan banyak negara, Indonesia menjamin kemudahan berinvestasi dengan mengeluarkan 10 paket kebijakan di bidang ekonomi. “Pemerintah sangat mendorong kerja sama di bidang perdagangan dan investasi sehingga diciptakan sarana melalui paket-paket regulasi berinvestasi agar dapat lebih mudah dan transparan”, demikian disampaikan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla saat menerima Dubes Uni Eropa Vincent Guerend di Kantor Wapres, Merdeka Utara, Senin, (16/2/2016).

Wapres mengapresiasi kerja sama yang telah terjalin antara Indonesia dengan Uni Eropa selama ini yang diyakini Wapres dapat lebih ditingkatkan, terutama di bidang teknologi. “Selain sebagai pasar terbesar di ASEAN, kami tumbuh sebagai kelas menengah sekarang dan membutuhkan pembangunan infrastruktur dan teknologi. Perlu juga menyelaraskan investasi dari ASEAN dan Eropa, agar teknologi dan perdagangan Indonesia semakin maju,” jelas Wapres.

Tawaran kerja sama, lanjut Wapres, juga datang dari negara-negara Eropa seperti Finlandia, Swedia, Jerman, Swiss, Norwegia, yang diharapkan dapat segera direalisasikan. Perundingan dengan tim ahli dari Indonesia Kerjasama juga sudah mulai diproses. “Pemerintah telah membentuk tim di bawah koordinasi Kementerian Perdagangan untuk mulai mengkaji ulang terkait Comprehensive Economic and Partnership Agreement (CEPA),terutama perundingan mengenai kerja sama jangka panjang UE-Indonesia”, ujar Wapres.

Dubes Guerend yang didampingi Kepala Informasi Politik Julio Arias, menyambut baik 10 paket kebijakan stimulus ekonomi yang dikeluarkan pemerintah Indonesia, terkait revisi daftar negatif investasi yang diterbitkan pekan lalu, sehingga mendorong keinginan UE untuk lebih banyak bekerja sama dan berinvestasi di Indonesia.

Menurutnya, Uni Eropa terbuka untuk melakukan kerja sama dengan Indonesia di berbagai bidang seperti infrastruktur, jasa keuangan, pariwisata dan sebagainya. “Uni Eropa berniat untuk mempererat kerjasama bilateral dengan Indonesia, dengan mengadakan perjanjian yang tertuang dalam CEPA dimana UE juga telah bekerja sama untuk berinvestasi dengan negara-negara di kawasan, dan sangat tertarik dengan Indonesia yang memiliki potensi sangat besar dengan jumlah penduduk dan SDA yang kaya serta berperan sangat penting di kawasan,” ujar Guerend.

Adapun detail perjanjian dimaksud telah memasuki pembahasan teknis (scoping paper) dan diharapkan dalam waktu dekat akan segera ditandatangani. Dalam kaitan kerjasama tersebut, menurut Guerend, perusahaan-perusahaan Uni Eropa telah menyiapkan 1,1 juta lapangan pekerjaan untuk tenaga kerja terampil dan sangat terampil, disamping itu Eropa merupakan negara tujuan ekspor utama bagi barang-barang komoditas non minyak dan gas dari Indonesia.

Saat ini nilai perdagangan EU-Indonesia tercatat surplus sebesar 3-4 miliar Euro dan diharapkan dengan ditandatanganinya CEPA nilai perdagangan yang dapat dihasilkan mencapai 5 miliar Euro.

Terkait masalah ekspor minyak sawit ke Perancis, Wapres menjelaskan bahwa Indonesia telah berkomitmen untuk selalu memenuhi ketentuan mengenai produksi minyak sawit dari Indonesia yaitu dengan tetap memperhatikan dampak lingkungan yang ditimbulkan dari industri minyak sawit, misalnya, membatasi pembukaan lahan gambut dan melakukan restorasi lahan gambut. “Kami bahkan juga mengadakan kerjasama dengan Norwegia dan juga negara-negara Eropa untuk menangani pelestarian lingkungan,” tegas Wapres.

Konsumen sawit di Perancis, menurut Guerend, sangat mempertimbangkan keberlanjutan sawit dan konsekuensi produk sawit terhadap lingkungan, misalnya tidak merusak atau membahayakan bagi lingkungan dan sebagainya. Oleh karena itu, Perancis amat ketat terhadap peraturan mengenai konsumsi minyak sawit maupun impor sawit dari negara lain.

Selain itu terkait isu politik, Guerend memuji peran Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia dapat menciptakan kehidupan harmonis diantara suku bangsa yang berbeda-beda, kelompok masyarakat yang plural dan agama yang beragam. EU terkesan dengan peran Indonesia terutama sebagai contoh di antara negara Timur Tengah. “Indonesia mampu menampilkan negara dengan kehidupan umat Islam yang aman dan damai di antara keberagaman agama tersebut,” puji Guerend.

Kerja sama perdamaian antara EU dengan negara-negara ASEAN dan Indonesia telah terjalin sejak 10-11 tahun yang lalu di Aceh dimana telah diadakan kerjasama pemulihan dan pembangunan di Aceh. ”Terutama keamanan dan perdamaian di Aceh, baik setelah tsunami maupun pasca perjanjian damai,” ungkap Guerend.

Dalam kesempatan itu, Guerend juga memuji kepiawaian Wapres dalam mendamaikan pihak-pihak yang tengah berkonflik telah diakui bahkan dunia internasional, terbukti dengan ditunjuknya Wapres dalam penyelesaian beberapa konflik regional misalnya Thailand, Filipina maupun Myanmar. (Meilani)