Jakarta-wapresri.go.id  Dampak pelemahan ekonomi dunia yang dirasakan oleh hampir semua negara seperti sekarang ini, menyebabkan meningkatnya angka pengangguran dan kesenjangan ekonomi. Hal ini dapat diatasi dengan meningkatkan transaksi perdagangan dan investasi.

“Untuk itu, saya menyambut baik proses negosiasi untuk mengembangkan hubungan perdagangan melalui Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) antara Indonesia dan Uni Eropa pada forum dialog ini,” ujar Wakil Presiden (Wapres) ketika membuka The 6th EU-Indonesia Business Dialogue (EIBD) 2016,  di Intercontinental Jakarta MidPlaza, Jakarta, Selasa pagi (8/11/2016).

Uni Eropa, lanjut Wapres, terkenal dengan kualitas produknya. Namun, ia menyayangkan harganya yang lebih mahal dibanding produk buatan negara lain.

“Harga harus bersaing. Jika tidak, produk anda tidak akan laris di pasaran. Untuk membuatnya lebih murah, salah satu caranya adalah dengan melakukan proses produksi di sini,” tegas Wapres.

Wapres pun berharap, selain investasi, Uni Eropa juga melakukan transfer teknologi untuk meningkatkan produktivitas.

“Indonesia merupakan salah satu eksportir besar produk pertanian ke Uni Eropa. Ini tentu dapat ditingkatkan dengan penerapan teknologi,” ujarnya.

Indonesia, menurut Wapres, terbuka untuk bekerja sama dengan pelaku usaha dari Uni Eropa. Untuk mendukung doing business yang baik dan meningkatkan daya saing, Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan berbagai kebijakan seperti 13 Paket Kebijakan Ekonomi dan pemberian insentif pajak.

Wapres kemudian mengungkapkan, pasar Indonesia pun cukup menjanjikan.

“Empat puluh persen penduduk ASEAN ada di Indonesia dengan jumlah kelas menengah yang terus berkembang,” ucapnya.

Mengakhiri sambutannya, Wapres menegaskan, sikap saling percaya dan hubungan baik adalah modal utama dalam bisnis.

Sebelumnya, Komisioner untuk Pertanian dan Pembangunan Daerah Uni Eropa Phil Hogan, mengapresiasi agenda reformasi pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla, termasuk 13 paket kebijakan ekonomi yang telah digulirkan.

“Namun, Indonesia masih perlu memperbaiki tingkat kepastian bisnis dan transparansinya karena keduanya merupakan prasyarat bagi investor untuk berinvestasi,” ungkap Hogan.

Sementara itu, Ketua Kamar Dagang Uni Eropa di Indonesia (EuroCham) Ulf Backlund, mengatakan, EIBD ke-6 yang dihadiri oleh para pembuat kebijakan dan pelaku bisnis dari Eropa dan Indonesia  ini, berfokus pada upaya untuk melahirkan masukan bagi para pemangku kebijakan terkait liberalisasi perdagangan antara Indonesia dan Uni Eropa melalui kerangka CEPA.

“EIBD kali ini terasa spesial karena pada forum inilah kita mulai melakukan dialog mengenai CEPA,” ujar Backlund.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P. Roeslani menyebutkan, forum EIBD tidak hanya bertujuan untuk menghadapi tantangan bisnis dalam memacu perdagangan dan investasi antara Indonesia dengan Uni Eropa, tetapi juga untuk mengidentifikasi dan menciptakan peluang-peluang baru.

EIBD merupakan forum tahunan yang diselenggarakan sejak tahun 2009 oleh para pemimpin bisnis dari Indonesia dan Uni Eropa untuk menyusun solusi dan rekomendasi bersama atas isu-isu yang memengaruhi perdagangan dan investasi antara Indonesia dan Uni Eropa.

Pada EIBD 2016 ini juga akan dilakukan beberapa diskusi per sektor, seperti pertanian, makanan dan minuman, kesehatan (farmasi dan teknologi medis), otomotif, serta transportasi dan logistik. (KIP, Setwapres)