Astana, Kazakhstan, 10-11 September 2017

Working Session I: Emerging Relations between Science and Society in the 21st Century

Bismillahir-Rahmanir-Rahim,

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Yang Mulia,

Para Tamu yang terhormat,

Pertama – tama, saya ingin berterimakasih kepada Presiden Republik Kazakhstan atas penyelenggaraan acara yang bersejarah ini.

Saya juga ingin berterimakasih kepada Presiden Pakistan, selaku Ketua COMSTECH¸ untuk usaha yang tak kenal lelah dalam meningkatkan kerjasama sains dan teknologi antara negara-negara anggota OKI.

Bapak Pimpinan,

Tema “Sains, Teknologi, Inovasi dan Moderenisasi Dunia Muslim”, sangat tepat dan relevan dengan keadaan Umat Islam saat ini.

Abad 21 ditandai dengan perubahan peradaban manusia, gaya hidup, dan cara hidup manusia. Saat ini kita berada di era transisi yang didorong oleh perkembangan sosial ekonomi yang didukung dengan sains, teknologi, dan inovasi.

Dengan menguasai tiga sektor tersebut, kita dapat mengatasi tantangan global di berbagai dimensi seperti: kemiskinan, kesehatan, pangan, energi, ketahanan air, dan berbagai tantangan lainnya. Kita harus dapat memanfaatkan peluang dengan kepercayaan diri yang tinggi sebelum terlambat.

Bapak Pimpinan,

Dalam kesempatan ini, izinkan saya untuk menyampaikan beberapa pandangan Indonesia terkat upaya kolektif dalam memajukan sains, teknologi, dan inovasi di negara-negara anggota OKI.

Pertama, pengembangan sains dan teknologi membutuhkan peningkatan kualitas pendidikan dasar dan juga memasukkan sains, teknologi dan inovasi dalam kurikulum pendidikan serta pengembangan budaya sains dan teknologi sedari dini.

Sistem pendidikan kita sudah seharusnya menciptakan suasana yang kondusif untuk menciptakan siswa dengan pikiran yang terbuka, kreatif, dan juga inovatif di segala bidang.

Kita sudah seharusnya berpedoman kepada Al-Quran, namun tidak membuat diri kita terperangkap dalam “puritanisme” yang dapat menghambat inovasi dan terobosan inovasi.

Dalam hal ini, Pemerintah Indonesia berencana mendirikan Universitas Islam Internasional Indonesia

Harapan kami, Universitas yang mengedepankan toleransi, menghargai keragaman, dan pelesarian budaya ini dapat menciptakan cendikiawan Muslim yang moderat dan memberikan kontribusi posiif untuk Umat Islam.

Kedua. Negara-negara anggota OKI harus melipatgandakan usahanya dalam penggunaan sains, teknologi dan inovasi dalam kebijakan dan strategi nasional

Dua belas area yang masuk dalam “Agenda OKI Sains, Teknologi, dan Inovasi 2026” harus diadopsi setelah selesainya KTT ini, dan digunakan sebagai referensi bersama dalam merumuskan strategi yang solid dalam bidang-bidang tersebut.

Implementasi dokumen ini juga harus dilakukan bersamaan dengan pendekatan kolektif dalam melaksanakan “Program Aksi OKI 2025”, serta upaya masyarakat internasional untuk mencapai “Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan”.

Kita juga perlu memastikan adanya budget yang sesuai untuk dianggarkan dalam pengembangan sains, teknologi dan inovasi

Ketiga. Seluruh negara-negara anggota OKI harus dapat meningkatkan  berbagi pengalaman kepada negara- negara anggota lainnya dan juga dengan masyarakat internasional.

Kami sangat mengapresiasi inisiatif dari Presiden Kazakhstan, untuk dapat menciptakan “Islamic Organization for Food Security (IOFS)”.

Dalam konteks inilah Indonesia melihat perlu adanya peningkatan program Pusat Keunggulan ( Center of Excellence ) yang kita miliki. Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan menciptakan networking di antara Pusat Keunggulan ( Center of Excellence ) dan dapat menggali peluang-peluang untuk berbagi fasilitas penelitian serta pengembangan pusat-pusat tersebut.

Kita juga harus mendaftarkan program Pusat Keunggulan (Centers of Excellence) kita kepada badan PBB dan forum internasional agar mendapatkan perhatian dari masyarakat global. Pusat Keunggulan (Centers of Excellence) yang terdaftar dapat menjadi referensi yang mudah untuk disebarkan dan digunakan apabila diperlukan.

Dari sisi kami, Indonesia siap menawarkan berbagai program pengembangan kapasitas ilmiah dan teknologi, melalui mekanisme South-South Cooperation.

Pada saat ini Indonesia sedang mengembangkan Master Plan Riset Nasional ( 2017- 2045 ) yang mencakup sektor-sektor seperti pangan, pertanian, energi, kesehatan dan kedokteran, teknologi komputer dan informasi, pertahanan, teknologi maju ( termasuk teknologi nano ), dan juga manajemen bencana alam.

Saat ini Indonesia juga sedang berbagi pengalaman dan inovasi dalam berbagai aspek, mulai dari program rendah teknologi seperti “Mina Padi” (menanam padi dan beternak ikan dalam satu lahan), hingga program yang berteknologi tinggi, seperti penggunaan teknologi nuklir untuk kesehatan dan ketahanan pangan.

Indonesia juga memiliki teknologi energi terbaharukan seperti pengunaan energi matahari, angin, panas bumi, kelautan. Saat ini kami juga sedang mengembangkan program sistem mikrogrid untuk swasembada energi di daerah pedesaan. Program ini dapat menjadi bagian dari kontribusi Indonesia di KTT OKI Sains dan Teknologi 2026.

Maka, izinkan saya juga untuk menyampaikan bahwa negara Indonesia memiliki rasa kertertarikan yang kuat untuk dapat memperluas kerjasama dengan Negara-negara Anggota OKI lainnya, khususnya di bidang industri yang strategis.

Bapak Pimpinan

Di masa lalu, peradaban Islam sudah memberikan kontrobusi yang signifikan dalam perkembangan peradaban dunia, terutama pada pengembangan sains dan teknologi.

Oleh karena itu, merupakan tanggung jawab kita untuk meningkatkan kembali peran Islam dalam sains dan teknologi. Kontribusi yang dapat diberikan oleh komunitas Muslim dapat berupa penemuan dan inovasi yang berguna dalam menciptakan perdamaian, keamanan dan kesejahteraan.

Penting untuk di garis bawahi bahwa usaha-usaha kita untuk meningkatkan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan melalui sains dan teknologi hanya akan berhasil jika kita dapat menciptakan suasana damai. Hanya dengan itulah, kejayaan Islam dapat kembali dihidupkan dan juga memberikan gambaran Islam yang sebenarnya sebagai agama yang “Rahmatan lil alamin”.