Tulungagungwww.wapresri.go.id. Sebagai lembaga pendidikan, pondok pesantren dituntut untuk memberikan ajaran agama yang manfaatnya berorientasi pada masa depan, mengikuti perkembangan zaman.

“Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan yang mengajarkan agama (Islam). Oleh karena lembaga pendidikan, maka berorientasinya pada manfaat untuk masa depan, bukan ke belakang, kalau museum ke belakang,” kata Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ketika memberikan sambutan, pada Milad ke-25 Pondok Pesantren Darul Hikmah, di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Senin (16/01/2017).

Karena itulah lanjut Wapres, pendidikan sebagai tonggak dari keberlanjutan bangsa, maka harus mengikuti perkembangan zaman bahkan mendahului zaman, karena pendidikan adalah kepentingan untuk masa depan.

“Santri yang belajar di sini hari ini, nanti punya manfaat setelah sepuluh tahun yang akan datang, jadi harus mendapat ilmu yang kira-kira dipergunakan untuk kemajuan pada masa mendatang, bukannya untuk masa sekarang,” tegas Wapres.

Sementara itu mengenai makna dari modern, menurut Wapres adalah mengikuti perkembangan zaman. Pondok pesantren modern adalah lembaga pendidikan Islam, yang selain mengikuti dan mendahului perkembangan zaman, juga bersifat toleran terhadap sesama dan umat lainnya. Sehingga keberadaan pondok pesantren modern seperti Gontor dan Darul Hikmah, saat ini sangat penting dalam menjaga kerukunan hidup dan saling hormat-menghormati.

“Pesantren modern sudah pasti mengajarkan kehidupan yang toleransi dan yang moderat,” ucapnya.

Modern, sambung Wapres, bukan dilihat dari sisi tampilan fisiknya saja, melainkan yang lebih penting adalah menyangkut ilmu, sikap, dan perilakunya.

“Jadi bukan jasnya saja yang modern, tetapi yang lebih penting adalah sikap, perilaku dan ilmunya harus modern, harus mengikuti perkembangan zaman, bahkan mendahului zaman,” ungkap Wapres sekaligus menanggapi laporan pengasuh pondok.

Sebelumnya Pengasuh Pondok Pesantren Darul Hikmah K.H. Mashudi Ridwan melaporkan bahwa pondok yang diasuhnya merupakan pondok pesantren modern, yang beradaptasi dengan zaman, sehingga pakaian para santrinya pun mengenakan jas, sebagai bagian dari modernisasi.

“Meskipun dahulu pernah diharamkan oleh ulama, karena jas adalah pakaian penjajah. Berhubung penjajahnya sudah pergi, maka para santri kami perbolehkan berpakaian jas,” lapor K.H. Mashudi seraya bergurau.

Dalam pandangan Wapres, sikap hidup yang toleransi tersebut perlu terus dipupuk dan dikembangkan, karena dapat menjaga ketenteraman dan stabilitas perdamaian. Sebagaimana sering disampaikan oleh Wapres dalam berbagai kesempatan, bahwa tidak adanya toleransi, menyebabkan kondisi umat Islam dunia saat ini sering bergejolak.

“Kita kini melihat dunia Islam pada dewasa ini, hampir sebagian besar negara-negara di Timur Tengah, kacau-balau karena saling membunuh, saling membakar, saling mengebom. Kita sedih melihat kenyataan ini, karena kalau dulu umat Islam hijrah dari Mekah ke Madinah, namun sekarang umat Islam di Suriah, di Irak, dan di India, hijrahnya dari Suriah ke Jerman, Italy dan sebagainya. Sungguh suatu hal yang sangat menyedihkan sekali,” ungkap Wapres prihatin.

Sebagai bangsa Indonesia, Wapres mengimbau untuk selalu bersyukur bahwa umat Islam di Indonesia dapat hidup toleran dan berdampingan dengan umat beragama lain.

“Jadi secara politik, kita semua sudah menjadi Islam yang baik. Tidak ada konflik-konflik besar. Konflik terjadi tapi tidak saling membunuh, mengebom, ataupun tidak saling menyalahkan,” jelas Wapres.

“Karena itulah kondisi ini kita harus jaga secara baik,” sambungnya..
Dalam kesempatan tersebut,, Wapres juga meresmikan Masjid Raya Ar-Ridwan dan rumah susun sewa (Rusunawa) Pondok Pesantren Darul Hikmah.

Sebelum menghadiri Milad, Wapres menerima paparan tentang perkembangan pembangunan Kabupaten Tulung Agung oleh Bupati Tulung Agung Syahri Mulyo bertempat di Pendopo Rumah Jabatan Bupati Tulung Agung. Selanjutnya Wapres meninjau perkembangan pembangunan Desa Plandaan, Kecamatan Kedung Waru, Kabupaten Tulungagung sebagai desa percontohan yang dipaparkan oleh Kepala Desanya.

Selain Bupati Tulungagung, tampak hadir dalam rangkaian acara tersebut, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimulyo, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Anggota DPR-RI Eva Kusuma Sundari, Gubernur Jawa Timur Sukarwo, dan Dirjen Cipta Karya Andreas Suhono.

Sementara, Pejabat Setwapres yang hadir bersama Wapres Jusuf Kalla adalah, Kepala Sekretariat Wakil Presiden Mohamad Oemar, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Setwapres Bambang Widianto, dan Staf Khusus Wapres Sjahrul Udjud. (KIP, Setwapres).