Jakarta-wapresri.go.id Kecanggihan teknologi membuat televisi mengalami banyak perubahan. Tidak hanya sekedar menyajikan hiburan, atau pendidikan, kini televisi juga menyajikan berita yang sangat informatif. Peristiwa yang sedang terjadi dapat disaksikan langsung oleh masyarakat. Untuk itu televisi diharapkan menyajikan informasi yang membawa perubahan positif.

“Jadi lihatlah seperti itu juga bahwa butuh hiburan, butuh pendidikan, butuh informasi, tetapi informasi yang mempunyai batasan-batasan (positif). Dan yang sangat penting anda mau memakai frekuensi nasional. Pemilik TV juga harus mempunyai tanggung jawab nasional,” ujar Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ketika meresmikan Pembukaan Indonesia Broadcasting Expo (IBX) 2016, di Gedung Kartika Expo, Balai Kartini, Gatot Subroto, Jakarta, Jumat malam (21/10/2016).

Wapres mengungkapkan, perpanjangan izin siar TV yang diajukan pada bulan-bulan ini, akan disetujui pemerintah jika memenuhi syarat, yakni teknologi yang berubah dari frekuensi ke digital, serta mengikuti aturan dan memiliki manfaat, baik sebagai hiburan, iklan, maupun berita.

“Mari berbicara tiga manfaat, karena memang merupakan suatu sistem yang kita harapkan,” ujar Wapres.

Kemudian Wapres mencontohkan bagaimana TV memberikan manfaat. Meskipun perubahan teknologi penting, tetapi konten juga penting. Seperti pada tahun 70-an ketika TV masih hitam putih sementara hanya TVRI yang ditonton, tetapi pada masa itu penonton disajikan bagaimana orang desa bercocok tanam atau berkoperasi dengan baik, melalui acara “Dari Desa ke Desa”, yang merubah banyak hal kehidupan.

Namun di sisi lain TV juga memberikan dampak negatif. Wapres mencontohkan, jika ada demo di Makassar dan terjadi lempar-lemparan, hal ini dapat dipengaruhi oleh TV. Ketika demonstran akan demo, mereka menunggu TV terlebih dahulu, begitu TV pergi demonya berhenti juga, karena sebelum demo, mereka telepon dulu temannya di kampus, dan menanyakan apakah ada TV atau tidak. Demo memang seperti itu caranya, mau menggerakkan massa, atau mau membuat riuh Jakarta, tergantung TV. Memperruncing atau mengkalemkan suatu isu, dapat melalui TV.

Oleh karena itu, Wapres mengimbau, agar stasiun TV memiliki indepedensi, karena indepedensi itu sangat penting. Wapres pun berharap frekuensi nasional tidak digunakan untuk saling mencerca. Televisi lokal hendaknya memberikan hal-hal positif dalam memberikan informasi.

Menurut Wapres, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) masih berdiri secara objektif menilai manfaat yang disajikan stasiun TV, dengan memperhatikan rating, yakni rating yang mempunyai batasan maupun manfaat.

“Jangan dangdutnya dari pagi sampai malam. Jangan TV merubah konsumtif orang desa akibat hal tersebut, tetapi bagaimana membawa orang desa itu menjadi produktif,” pesan Wapres.

Lebih jauh Wapres mencontohkan bagaimana suatu acara dikemas dengan apik. Misalnya, menyajikan informasi cara bertanam sayuran yang baik dengan gaya dangdutan atau dengan kreaktifitas masing-masing. Dibutuhkan kreativitas TV tetapi tetap dengan asas manfaat positifnya. Sehingga, tidak terkesan yang disajikan hanya dari sinetron ke sinetron, atau berita yang memecah belah, tetapi banyak hal lain.

Wapres berpandangan, berita kritikan penting, tetapi pendidikan tidak kalah penting. Wapres berharap televisi dapat membawa perubahan ke arah yang lebih baik lagi.

“Bagaimana TV tetap memberikan informasi, pendidikan, hiburan, dan juga perubahan yang positif untuk kita semua, pungkas Wapres.
Tak lupa Wapres memberikan ucapan selamat atas terselenggaranya IBX 2016 ini.

IBX 2016 ini, menjadi ajang berkumpulnya stasiun TV swasta Indonesia yang tergabung dalam Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI) yaitu RCTI, SCTV, Indosiar, MNC TV, ANTV, METRO TV, TRANS TV, TRANS7, GLOBAL TV dan TV ONE.

Dalam acara ini, setiap televisi membuka booth yang mempresentasikan sebuah tema tertentu dengan design dan acara menarik. Masyarakat yang hadir dapat berinteraksi secara langsung dengan seluruh stasiun tv swasta di Indonesia.

Tahun ini, IBX bekerjasama dengan KPI Pusat, Televisi Republik Indonesia (TVRI), Radio Republik Indonesia (RRI), Asosiasi Televisi Jaringan Indonesia (ATVJI), Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI), Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) serta komunitas-komunitas penyiaran lainnya.

“Dengan dilaksanakannya IBX ini, kami berharap seluruh media elektronik di Indonesia baik TV maupun radio dapat mempunyai satu visi dan misi dalam memberikan hiburan dan informasi berkualitas bagi seluruh masyarakat,” kata Ishadi SK selaku Ketua ATVSI.
Ketua Panitia Pelaksana IBX 2016 Suryopratomo menambahkan, Expo kali ini menampilkan perkembangan kreatifitas yang terjadi di industri televisi.

“Kami ingin lebih dekat dengan pemirsa sekaligus mendapatkan masukan dari pemirsa tentang apa yang perlu dilakukan industri televisi. Seluruh anggota ATVSI masih tetap dalam komitmen untuk menjadi alat dalam mencerdaskan bangsa dan mempererat kesatuan Indonesia,” ujar Suryopratomo.

Turut hadir mendampingi WapresMenko Kesra Puan Maharani, Menteri Komunikasi dan Infomatika Rudiantara, Kepala Polisi Republik Indonesia Jendral Polisi Tito Kanavian, Kepala Sekretariat Wakil Presiden Mohamad Oemar, dan Staf Khusus Wapres Bidang Komunikasi Husein Abdullah. (KIP, Setwapres)