“MENJAGA STABILITAS SEKTOR JASA KEUANGAN DAN MEMBANGUN OPTIMISME UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT”

DI HOTEL FAIRMONT, SENAYAN, JAKARTA

13 JANUARI 2017

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Selamat malam, Salam sejahtera untuk kita semuanya.

Saudara Ketua DPD, Ketua DPR, wabil khusus tuan rumah, Ketua Komisioner OJK pak Mulyaman Hadad, Ketua LPS, teman-teman anggota DPR, hadirin-hadirat, para pelaku sektor perbankan dan sektor keuangan lainnya.

Pertama-tama saya ingin menyampaikan penghargaan atas apa yang telah kita laksanakan selama empat tahun yang lalu dengan baik. Kalau melihat di kaleidoskop tadi saya termasuk rajin diundang. Ada dua alasannya, pertama memang sektor keuangan sangat penting, dan kedua OJK ujungnya “JK”, jadi selalu gampang mengingat saya. Begitu kan? Iya, setiap kali lihat logo OJK langsung terasa, kenal begitu kan?

Tentunya kita juga bersyukur bahwa kita telah melalui tahun 2016 dengan baik, di tengah dunia yang kurang senyum, baik itu di Amerika, Eropa, Asia, China dan sebagainya, apalagi di Timur Tengah. Tapi kita telah melampauinya dengan pertumbuhan yang lebih baik dari tahun sebelumnya, walaupun sedikit saja perbedaanya.

Ini adalah prestasi kita semua, khususnya lembaga keuangan, karena lembaga keuangan atau sektor keuangan, seperti pernah saya sampaikan, ibarat darah di tubuh kita. Tanpa darah tubuh tidak akan bisa bergerak dengan baik dan hampir semua penyakit ataupun kesehatan dapat diukur dengan darah. Begitu juga ekonomi suatu bangsa, selalu diukur maju atau mundurnya dari ukuran-ukuran keuangan. Walaupun tentunya ukuran utama adalah pertumbuhan, tapi setiap hari orang menilai dari kurs, harga saham, cadangan devisa kita ataupun defisit kita. Kemajuan dinilai dari ukuran-ukuran keuangan. Kita bersyukur bahwa kita telah lalui dengan baik, walaupun tentu ada banyak persoalan, tetapi kita telah berusaha dengan baik.

Memang posisi ekonomi kita saat ini adalah in the middle of the middle, jadi pendapatan kita berada di tengah dari dari negara-negara menengah lainnya, khususnya di Asia ini. Kita tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah juga. Kalau kita ukur pertumbuhan kita, kita masih lebih baik dibanding banyak negara walaupun kita lebih rendah dibanding China, India ataupun beberapa negara di ASEAN tentunya. Tetapi sekali lagi, kita berada di tengah.

Begitu juga posisi kita dalam hal pendapatan; saat ini mencapai hampir US Dollar 4.000 per-kapita. Ya, berada di bawah Singapura, Malaysia dan Thailand tapi kita di atas yang lain. Jadi, Indonesia ini serba di tengah, begitu kan. Kita terus berusaha keras sehingga pada masa yang akan datang kita mencapai tingkat pertumbuhan yang baik. Semuanya hanya dapat dilalui dan dicapai dengan usaha keras dari kita semuanya; termasuk saudara-saudara pelaku industri jasa keuangan yang hadir di sini.

Kita telah mendengarkan laporan dan perkembangan OJK dari Ketua OJK dengan program-program yang telah dan yang akan dilakukan. Tentu semuanya itu memberikan harapan kepada kita semuanya. Apalagi OJK tentu didirikan untuk tujuan itu dan untuk mempersatukan dan mengkoordinir seluruh kekuatan sektor keuangan.

Kita belajar dari krisis 1998 dimana perbankan dibawah BI, asuransi atau lembaga keuangan lainnya di bawah Kementerian Keuangan, ada yang di bawah Kementerian UKM dan lain sebagainya. Dengan perubahan dimana seluruhnya dikoordinir oleh OJK, semuanya dapat dikoordinasikan, diawasi dan dikembangkan dengan baik, melalui kerjasama yang baik.

Apabila kita berbicara tentang optimisme terkait masa depan ekonomi, tentu kita berbicara lagi apa yang telah kita lakukan, berada di mana saat ini, dan apa pengalaman kita pada masa lalu; lalu kita harus perbaiki dan kita jalankan hal yang baik untuk perkembangan di masa depan yang lebih baik. Tentu banyak hal mempengaruhi masa depan, tetapi masa lalu telah menjadi bagian pembelajaran yang baik bagi kita semua.

Kita telah mengalami krisis keuangan yang dahsyat hampir 20 tahun yang lalu. Dimulai daripada krisis perbankan, lalu krisis moneter, kemudian menyangkut seluruh sendi-sendi kehidupan bangsa yang merusak seluruh sendi-sendi tersebut. Artinya, perbankan atau lembaga keuangan yang lain yang tidak diurus dengan baik akan menyebabkan kerusakan seluruh sendi-sendi bangsa. Apa yang kita alami dimasa lalu masih terasa akibatnya hingga sekarang. Karena itu kita harus menghindari kemungkinan terjadinya masalah-masalah di sistem keuangan kita yang berakibat jangka panjang dan tentunya juga mempunyai efek yang luar biasa dalam kehidupan bangsa kita. Itu pelajaran yang pertama, kehati-hatian, pengelolaan yang baik dan tidak saling melempar tanggung jawab.

Sebagaimana darah, apabila kita kekurangan darah – saya sebagai Ketua PMI mengkoordinir bagaimana mengadakan donor darah untuk membantu sesama; hal yang sama pernah kita jalankan di sektor perbankan. Pada saat terjadi krisis perbankan, pemerintah mem-bail out, membantu semuanya. Tetapi sekarang, sebagaimana tadi diuraikan oleh Pak Muliaman, tidak ada bail-out lagi. Semua harus sukarela, sekeluarga sukarela untuk membuat kehidupan yang lebih baik. Tidak lagi melimpahkan semua kesalahan itu ke negara atau ke pemerintah. Masa sudah beralih, era bail-out sudah berakhir.

Artinya adalah, kita harus memperlihatkan kemandirian perbankan, kemandirian lembaga keuangan yang lebih baik. Betul, bahwa OJK akan membantu, bahwa OJK akan memfasilitasi, tapi tidak menjadi tanggung jawab negara apabila terjadi masalah-masalah di sistem keuangan. Pemegang sahamlah yang bertanggung jawab, yang ditempuh adalah bail-in, bukan bail-out. Kita sudah merasakan getirnya apa yang kita lakukan di masa yang lalu akibat ketidak hati-hatian. Itu menjadi pengalaman kita yang pertama, dan kebijakan bail-in menjadi solusi jangka panjang; saat ini hampir semua negara maju memperlakukan kebijakan seperti itu.

Di Amerika, Lehman Brothers dibiarkan bangkrut, tapi pemerintah saat itu mem-bail out lembaga keuangan yang lainnya. Ini mengakibatkan beban jangka panjang bagi ekonomi Amerika. Karena itulah maka kita harus menjadikan pengalaman Amerika dan pengalaman kita pada tahun 1998 menjadi lebih baik. Kita semua harus mempunyai pendirian yang kuat untuk menghindari krisis, dan mencegah ikut terkena sambaran krisis ekonomi global.

Pelajaran berikutnya ialah bahwa sektor keuangan sangat rentan terhadap pengaruh dari luar. Krisis 1998, dimulai dari Thailand, Korea Selatan dan beberapa negara lain di kawasan, dan akhirnya mempengaruhi ekonomi kita. Jadi ekonomi saat ini telah mengglobal, pengaruh global tidak bisa dihindari. Sama dengan pengalaman 1998, krisis 2008 menunjukkan bahwa kejadian di Amerika berpengaruh ke negara lain. Saat ini kondisinya sama, masalah ekonomi di Amerika, di Eropa, atau di China saling berhubungan, hal ini membuat ekonomi dunia dan ekonomi kita ikut melemah.

Artinya, kita tidak bisa terhindar dari pengaruh-pengaruh itu; sama dengan manusia, ia bisa terkena virus, tapi daya tahan tubuhlah, kekuatan jiwalah yang dapat menghindari semua itu. Apabila kita sehat, apabila kita mempunyai daya tangkal maka kita dapat terhindar dari berbagai krisis yang terjadi di negara lain. Bagi Indonesia, kekuatan dari dalam negeri yang harus kita perkuat. Kita sudah belajar dari pengalaman masa lalu. Saat ini sistim perbankan kita masih perlu banyak perbaikan.

Kemajuan kita tidak diukur dari jumlah bank. Pada saat kita memasuki era liberalisme, liberalisasi perbankan, melalui “Pakto” (Paket Oktober 1988), maka kita beranggapan bahwa semakin banyak bank emakin makmur kita. Ternyata teori itu keliru, makin banyak bank justru makin menyusahkan kita semuanya, makin ketat persaingan antar bank, mereka pun melakukan berbagai cara hingga mengorbankan kesehatannya. Belajar dari pengalaman itu, yang baik adalah bank yang kuat dan sehat. Bukan jumlahnya yang kita butuhkan, tetapi tingkat kesehatan dan kekuatannya. Begitu juga dengan lembaga keuangan lainnya; asuransi dan lembaga keuangan lainnya, perlu mendapatkan perhatian kita semua.

Kita mengharapkan pasar modal yang kuat. Seperti selalu saya katakan kepada Ketua OJK bahwa antara perbankan dengan pasar modal itu bisa saling bersaing atau saling membantu. Pasar modal tidak mungkin berkembang dengan baik apabila suku bunga tinggi. Selalu saya sampaikan teori itu. Karena orang akan lebih tertarik menyimpan uang di deposito daripada membeli saham. Karena itulah, solusi yang terbaik ialah bagaimana kita mempunyai tingkat bunga yang tepat, setara dengan negara-negara di sekitar kita; sehingga orang tertarik untuk berinvestasi di pasar modal.

Akibatnya, saat ini lebih dari 60% saham di pasar modal kita dikuasai asing. Artinya apa? Sehebat-hebatnya kinerja emiten atau perusahaan dalam negeri, maka sebagian besar dividen-nya akan lari ke luar negeri. Itu karena pasar modal kita  tidak bisa bersaing dengan tingkat bunga dalam negeri yang tinggi. Karena sudah di bawah satu kendali, maka antara perbankan dan pasar modal harus sinkron dan bersinergi untuk menghindari hal-hal yang tadi saya uraikan. Jangan saling membunuh satu sama lain atau saling bersaing secara tidak sehat.

Kita juga perlu memikirkan situasi industri perasuransian kita. Kita senang dan menghargai karena Indonesia adalah negara yang terbuka bagi kehadiran layanan asuransi dari luar negeri; karena memang masyarakat membutuhkan mereka. Tapi tentu kita menyayangkan bahwa dana masyarakat di sektor asuransi belum tersalur ke industri asuransi nasional dengan baik. Ini memerlukan upaya yang keras dari kita semuanya. Kita bukan sok nasionalis, tapi segala upaya kita haruslah juga menguntungkan ekonomi nasional.

Karena itulah, dalam berbagai kesempatan saya sampaikan, walau segala sesuatunya masih belum ideal dan ekonomi dunia sedang mengalami kesulitan, kenapa Indonesia bisa lebih survive dibanding banyak negara? Karena kita mempunyai “kekuatan dalam” yang baik, lebih baik daripada negara lain. Apa “kekuatan dalam” Indonesia itu? Sederhana saja; kita mempunyai penduduk yang besar yang merupakan sumber daya dan sekaligus konsumen yang baik; kita mempunyai golongan menengah; kita mempunyai sumber daya alam yang lebih baik dari negara lain. Pertanyaan selanjutnya adalah, dengan segala kelebihan itu, mengapa kita tidak semaju banyak negara di sekitar kita? Kita kalah maju dibandingkan Malaysia, kita masih di bawah Thailand, apalagi jika dibandingkan Singapura. Karena itulah ke depan kita harus lebih baik dari sebelumnya.

Lalu, bagaimana kita meningkatkan “kekuatan dalam” negeri ini? Tentunya dengan melakukan inovasi dan mendorong produktifitas yang tinggi. Indonesia masih banyak mengimpor; pasar kita terbuka untuk produksi negara lain tetapi pada saat yang bersamaan kita belum banyak memanfaatkan pasar mereka. Karena itulah maka peranan industri keuangan, termasuk perbankan haruslah mampu mendorong produktifitas. Itulah peran perbankan sebagai agen pembangunan yang selalu kita ucapkan. Hal itu bisa diwujudkan dengan menyediakan pendanaan bagi pembangunan kita secara keseluruhan dengan baik; tentu disamping menjalankan perannya sebagai penyimpan aset masyarakat.

Kita baru saja melewati program tax amnesty tahap pertama dan kedua. Tahap pertama sangat berhasil, tetapi agak sedikit menurun pada tahap kedua. Kita mempunyai banyak kesalahan dimasa lalu yang harus kita perbaiki. Sistem perpajakan dan sistim lalulintas devisa telah memungkinkan penghindaran pajak serta pelarian modal ke luar negeri. Selain itu, tax amnesty tidak dilakukan setiap tahun dan mudah-mudahan tidak perlu dilakukan lagi. Tax amnesty artinya pengampunan dosa, artinya mudah-mudahan tidak banyak lagi orang berdosa yang perlu pengampunan di masa-masa mendatang. Karena itulah, kita bersama harus melihat itu sebagai hal yang positif untuk mengumpulkan dana bagi pembangunan bangsa ini.

Banyak parubahan-perubahan terjadi di dunia, dan perubahan itu akan terus terjadi dimasa mendatang. Saat ini, seperti tadi diuraikan oleh Saudara Mulyaman, kita menghadapi dunia yang belum terlalu banyak senyum, dimasa mendatang rasanya tidak akan banyak berubah. Seminggu lagi akan terlihat apa warna Amerika di bawah Trump, setelah ia dilantik tanggal 20 Januari nanti.

Janji Trump saat kampanye banyak dikhawatirkan orang, tetapi saya tidak terlalu yakin akan banyak perubahan drastis. Akan ada perubahan tetapi tidak sedrastis apa yang ia kampanyekan. Misalnya, tidak mudah untuk menaikkan pajak atas barang-barang dari China; jika itu dilakukan maka rakyat Amerika lah yang pertama akan marah karena mereka harus membeli barang dengan harga yang mahal. Tidak mungkin juga untuk membentengi Amerika dari Meksiko. Tidak gampang melarang orang Islam masuk ke Amerika, karena banyak juga orang Islam yang mampu dan mempunyai uang untuk berbelanja atau menanam modal di Amerika. Bahwa Trump akan mempunyai efek, iya; tetapi tidak seburuk yang diperkirakan orang.

Kendatipun demikian, berarti ada perubahan cara berpikir di dunia ini. Ilmu selalu berubah; teknologi IT berubah 100 persen setiap dua tahun, ilmu kedokteran berubah 100 persen setiap tiga tahun, sedangkan ekonomi berubah secara drastis setiap kurang lebih 30 tahun. Great depression mempopulerkan teori tentang pentingnya peranan pemerintah yang kuat pada era 40-an. Tetapi pada tahun 70-an diubah lagi. “Oh tidak! Kurangi peranan pemerintah!” katanya; dan dunia mengarah ke ekonomi liberal. Lalu saat ini, sekitar 30 tahun kemudian, kita sekarang kembali lagi percaya bahwa peranan pemerintah harus kuat.

Jadi berputar-putar seperti itu. Maka yang timbul sekarang adalah proteksi, nasionalisme, kepentingan nasional yang lebih kuat. Hal itu merebak di dunia ini, termasuk di Amerika, Eropa (dengan Brexit-nya), dan tentu juga di Asia. Faktor-faktor itu akan mempengaruhi ekonomi kita; perdagangan dunia akan menurun apabila itu terwujud. Proteksi artinya penurunan perdagangan dunia, mementingkan industri dalam negeri, walaupun itu lebih mahal tentunya. Tetapi, untuk menjaga dunia kerja dan sebagainya, banyak negara memilih itu. Pada akhirnya, kita tidak mungkin berdiri sendiri tanpa juga memperhatikan kepentingan domestik seperti itu.

Begitu juga yang terjadi pada politik kita, karena suatu daerah juga terpengaruh geopolitik dunia, misalnya pertentangan antara China dengan Amerika, China dengan Jepang, dimana kemudian Philipina mendekat ke China sebelumnya berpihak ke Amerika. Karena itulah dua hari lagi Perdana Menteri Abe akan menginap di hotel ini, untuk membicarakan bagaimana perubahan-perubahan itu diatasi secara bersama-sama. Bagaimana China dengan OBOR, one belt one road, Jepang dengan Indopacific, dan dari semua program itu Indonesia selalu ada di tengah. Diajak oleh China, diajak juga oleh Jepang untuk masuk ke dalam. Tapi kita memilih tetap konsisten kepada politik bebas dan aktif. Kita tidak berpihak kepada salah satu, tapi demi kepentingan nasional kita akan melihat mana yang terbaik. Itu sangat penting dalam menjelajahi geopolitik regional yang dinamis.

Namun demikian hal tersebut pasti akan berpengaruh kepada ekonomi kita. Lalu, apa kebijakan nasional kita? Pertama, belajar dari dua tahun yang terakhir, tahun ini dari segi fiskal dan APBN, kita tidak memberikan suatu harapan-harapan yang sulit dicapai. Kita lebih realistis, tidak lagi menyusun anggaran yang melampaui kemampuan kita, karena kita juga tidak ingin membebani generasi kemudian dengan hutang yang besar. Kita tetap konsisten kepada aturan-aturan yang ada.

Kita lebih realistis, tetapi ekonomi kita harus tetap bertumbuh. Artinya apa? Artinya kita akan memberikan alokasi yang besar kepada belanja modal pembangunan, diantaranya untuk infrastruktur dan usaha pertanian yang baik. Pemerintah ingin berhemat di sektor lain. Tidak mungkin dana digelontorkan ke semua bidang. Apabila satu bidang kita utamakan maka bidang lain harus kita hemat; itu sama dengan kebijakan keuangan di manapun, di perusahaan dan di kantor anda semua. Mudah-mudahan ini akan memberikan optimisme dari dalam yang realistis.

Kedua, dalam pembangunan itu kita mengarah pada keseimbangan antara sumber daya alam dengan manufacturing, karenanya kita juga butuh investasi. Tidak ada negara besar yang maju tanpa manufacturing yang kuat, karena hanya industrilah yang dapat memberikan lapangan kerja yang luas. Bagaimana dengan sektor pertanian? Dari sisi jumlah pekerja, pertanian dimanapun juga makin lama makin menurun; tetapi pertanian akan tumbuh karena mekanisasi sehingga pendapatan petani pun akan meningkat. Hal itu harus kita capai, karena tidak mungkin kita dapat memberikan pekerjaan yang luas kepada masyarakat tanpa industri; sekali lagi dibutuhkan invetasi, dibutuhkan dana, dibutuhkan energi. Dukungan sektor keuangan, baik itu perbankan, non perbankan, dan pasar modal sangat penting. Tidak mungkin kita memperbesar investasi tanpa perbankan atau pasar modal. Karena itulah maka peranan saudara-saudara sekalian, lembaga keuangan sangat penting untuk meningkatkan ekonomi kita.

Ketiga, yang juga menjadi bagian utama untuk kebijakan yang akan datang ialah bagaimana mengurangi kesenjangan, bagaimana menciptakan ekonomi yang lebih adil bagi masyarakat; baik dalam suatu daerah, antar daerah, antar orang, antar pengusaha besar-kecil dan sebagainya. Memberikan keadilan dan mengurangi ketimpangan adalah hal yang sangat penting. Salah satu instrumen yang kita miliki adalah tanah. Kita tidak ingin tanah menjadi ajang spekulasi, tanah harus dimanfaatkan secara produktif. Karena itulah kepada anda semua di sektor perbankan jangan lagi mencoba memberikan dana yang besar untuk spekulasi tanah, karena itu akan berdampak negatif. Pemerintah akan mengeluarkan aturan-aturan untuk itu. Kita ingin mengurangi spekulasi tanah dan ingin menjadikannya produktif; tidak untuk disimpan selama 10-20 tahun, setelah harga naik baru dibangun. Tanah bukan barang untuk spekulasi tetapi untuk aktifitas produktif. Bangsa ini butuh itu.

Kita tidak ingin lahan di kota dimiliki oleh hanya beberapa kelompok saja, tapi harus bermanfaat untuk semua orang. Harus ada keadilan yang besar. Keadilan itu bisa lewat pajak yang baik, bisa lewat pembangunan yang baik dan bisa lewat dukungan yang baik, baik kepada sektor usaha kecil menengah dan yang besar, semuanya harus kita jalankan. Kebijakan yang mendasar ini harus menjadi bagian dari rencana kita semua. Tidak ada gunanya tumbuh tapi tidak adil dan tidak harmonis sebagai bangsa. Karena itulah mengurangi ketimpangan akan menjadi prioritasPemerintah ditahun-tahun mendatang.

Kami harapkan sektor keuangan membantu rencana itu. Bukan hanya membantu dengan ikut serta mengikuti kebijakan, tetapi untuk menjamin keadilan melalui cara masing-masing. Kita tidak ingin terjadi keresahan-keresahan, kita tidak ingin di belakang rumah-rumah yang sangat mewah tersembunyi rumah-rumah kumuh. Kita ingin siapapun bangsa ini hidup sejahtera bersama-sama. Pendapat berbeda-beda silakan, tetapi kesejahteraan harus dirasakan oleh semua orang. Inilah kebijakan kita bersama agar keberadaan negara ini menjadi menjadi berkah bagi semua, bukan hanya siapa yang mempunyai kemampuan, siapa yang mempunyai rekening. Bukan itu.

Ini memang bukan hal yang mudah tapi akan mudah apabila dikerjakan secara bersama-sama. Tidak ada gunanya apabila kita semua hidup mewah, tetapi rumah kita berpagar duri yang dialiri listrik. Kita ingin hidup aman karena kita memang baik dengan orang di sekitar. Kita tidak ingin bank dan lembaga keuangan lain mendorong ketimpangan ekonomi. Bank harus harus memajukan ekonomi semua pihak.

Banyak perubahan di sektor keuangan akhir-akhir ini, anda pasti lebih tahu daripada saya. Kalau dulu bank yang baik adalah yang bagus kantornya, yang mewah, bermarmer dan ber AC dingin. Sekarang bukan lagi jamannya, karena orang bertransaksi bukan lagi di kantor anda tapi di sakunya. Dimanapun sambil jalan dia bisa bertransaksi. Artinya, bank yang baik ialah yang menerapkan teknologi dengan baik, bukan lagi yang berkantor mewah. Karena itulah maka mari kita bersaing dalam memberikan layanan sesuai dengan jaman. Banyak peluang bisa kita ambil dari trend ini.

Begitu juga dari sisi keuntungan, jangan lagi anda semua menjadi besar karena mendapat keuntungan dari bunga yang tinggi. Masa sudah berubah. Pemerintah akan mengambil kebijakan yang berkeadilan untuk itu. Karena itulah maka marilah kita bekerja sehingga bank menjadi besar karena membesarkan orang lain, sehingga mendapatkan bagian dari peningkatan bisnis nasabah; bukan dengan meminta bunga tinggi dan memailitkan orang. Kita perlu upayakan agar bangsa ini bisa tumbuh bersama-sama di segala sektor.

Mudah-mudahan ini menjadi bagian dari upaya kita bersama-sama menangani tantangan bangsa. Pemerintah akan menjalankan ini sebaik-baiknya, tentu dengan dukungan lembaga negara DPR, DPD dan sebagainya. Karena tanpa dukungan itu apa yang kita harapkan tidak akan terjadi. Kita tidak ingin rakyat melihat kenyataan yang jauh berbeda dari impiannya.

Sekali lagi, bangsa yang maju adalah bangsa yang harmonis, termasuk diantaranya ialah apabila kesenjangan yang lebar tidak terjadi. Kita tidak bisa mengurangi kesenjangan tanpa pertumbuhan ekonomi; karena yang diratakan adalah pertumbuhannya, jadi pertumbuhan ekonomi adalah hal yang sangat penting untuk kita semua. Tugas kita adalah bagaimana mengharmoniskan pertumbuhan dan pemerataan. Semua boleh bekerja dan berusaha, tetapi tanpa dukungan dari sektor keuangan sebagai pendorong, segalanya akan menjadi sulit terwujud.

Karena itulah saya berterima kasih kepada anda semua, tapi juga mengharapkan upaya nyata untuk terus memperbaiki keadaan untuk kebaikan kita semua. Terima kasih.

Wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh