Sragen. Pemerintah menilai hampir semua pabrik gula peninggalan kolonial Belanda memiliki permasalahan yang sama, yakni kinerja yang tidak efektif dan efisien, disebabkan daya dukung produksi yang tidak memadai, sehingga bukannya keuntungan yang akan diperoleh justru sebaliknya malah kerugian yang berkelanjutan. Oleh karena itu, pemerintah berencana merevitalisasi dengan membangun 10 pabrik gula baru di Pulau Jawa agar dapat berswasembada gula ke depan. “Bangun 10 pabrik gula di Jawa, maka kita akan swasembada,” ujar Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla saat menanggapi pemaparan Direktur Utama (Dirut) PTPN IX Adi Prasongko dalam peninjauan Pabrik Gula Mojo di Sragen, Jawa Tengah, Jumat siang, 5 Desember 2014.

Wapres berharap dengan pabrik yang baru, modern dan berteknologi canggih, dapat meningkatkan produktivitas sehingga berimbas juga pada kesejahteraan para petani tebu di daerah. Lebih lanjut, Wapres menanyakan kesanggupan dan berapa lama waktu yang dibutuhkan pihak PTPN IX untuk merealisasikan pembangunan pabrik baru tersebut. “Dalam 2 tahun Pak,” jawab Dirut PTPN IX.

Selain itu, Wapres juga menekankan pentingnya meningkatkan hasil panen tebu petani dengan bibit unggul, dari yang semula hanya 70 ton tebu per hektar menjadi 100 ton tebu per hektar. Dengan demikian, nanti diharapkan juga ada peningkatan produksi gula secara signifikan, dari yang semula pabrik lama hanya mampu mengolah 6000 TCD (Ton Cane per Day) menjadi 10000 TCD dengan teknologi pabrik baru. Gula yang dihasilkan akan lebih berkualitas sehingga dapat bersaing di pasaran global.

Sebelum mengakhiri sesi paparan, Wapres juga mengingatkan agar pengelolaan lingkungan pabrik gula menerapkan standar layaknya pabrik makanan yang modern, terutama aspek kebersihan dan kesehatan, karena selama ini Wapres menilai pabrik gula selalu kotor dan kumuh. “Harus bersih, kalau perlu Pak Dirut bisa tiduran di lantai pabrik,” tutur Wapres tersenyum disambut tawa hadirin.

Dalam kesempatan tersebut, Menteri Koordinator (Menko) bidang Perekonomian Sofyan Djalil secara terpisah menyampaikan revitalisasi dan pembangunan pabrik baru akan dibiayai secara komersil. Pemerintah akan melakukan intervensi agar bank mau memberikan pinjamannya ke pabrik gula, karena dinilai produksi gula secara ekonomis masih menguntungkan. Pemerintah hanya perlu memperbaiki proses penyediaan bahan baku tebu dan meningkatkan kualitas produksinya. “Perlu perbaikan on farm dan off farmnya,” ucap Menko Perekonomian.

Sebelumnya Dirut PTPN IX Adi Prasongko menjelaskan dalam paparannya kepada Wapres, bahwa Pabrik Gula Mojo didirikan sejak tahun 1883, dengan kapasitas efektif saat ini 2550 TCD. PG Mojo menggunakan proses pengolahan sulfitasi untuk menghasilkan produk gula kristal putih. PG Mojo membina petani tebu di 15 kecamatan dengan luas area lahan sekitar 7000 hektar. Potensi bahan baku tebu siap giling saat ini 600.000 ton, namun PG Mojo hanya mampu menyerap 340.000 ton untuk diolah menjadi gula. “Jadi tidak efektif. Akhirnya diserap pabrik gula lain di sekitar Jateng dan DIY,” keluh Adi Prasongko.

Dalam peninjauan ke PG Mojo ini, Wapres didampingi oleh Menko Perekonomian Sofyan Djalil, Menteri Perdagangan Rahmat Gobel dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Kunjungan Wapres ke PG Mojo merupakan rangkaian kunjungan kerja ke Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur sejak Kamis 4 Desember 2014 hingga Sabtu 6 Desember 2014. (Taufik Abdullah)

****