Yogyakarta-wapresri.go.id. Muhammadiyah sudah sangat berpengalaman berorganisasi baik dalam bidang pendidikan maupun kesehatan. Untuk memajukan ekonomi umat Islam, tinggal memberikan spirit kewirausahaan saja kepada para anggotanya.

“Setelah upaya pendidikan dan kesehatan sangat maju. Marilah memiliki fokus yang sama, memajukan spirit entrepreneur dan spirit saudagar ikatan Muhammadiyah dan kalangan umat yang lain,” ajak Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla kepada masyarakat Muhammadiyah dalam acara Temu Jaringan Saudagar Muhammadiyah di Hotel The Sahid Rich, Yogyakarta, Sabtu (14/5/2016).

Wapres mencermati, kalau ada 100 orang kaya, pasti umat Islamnya hanya 10 persen. Tetapi sebaliknya, jika ada 100 orang miskin, pasti 90 persennya umat Islam. Untuk memperbaiki ketidakseimbangan tersebut, lanjut Wapres, umat Islam harus memiliki jiwa entrepreneurship dan menjadi saudagar.

“Saudagar berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti seribu akal,” jelas Wapres.

Dengan berbekal seribu akal ini, kata Wapres, maka umat Islam di Indonesia dapat mencari jalan keluar untuk memajukan dan memakmurkan umat.

Wapres mengakui, umat Islam Indonesia cukup dikenal di dunia dengan toleransi dan moderatnya, tetapi itu saja tidak cukup. Umat Islam di Indonesia juga harus maju dalam bidang ekonomi.

“Suatu pikiran yang lebih produktif, bahwa kemajuan itu, kemakmuran itu hanya bisa terjadi apabila kita tingkatkan produktivitas, produktivitas bisa menjadi nilai tambah, nilai tambah itu upaya untuk memperbaiki,” ucap Wapres.

Lebih jauh Wapres menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan para pemimpin Muhammadiyah kepada kader-kadernya.

Pertama, memberikan motivasi yang kuat dengan merubah cara pandang. Wapres mencermati, banyak orang ingin menjadi PNS, karena gaji dan pensiunnya jelas. Padahal, denga menjadi pengusaha, dapat menciptakan lapangan kerja dan juga memiliki kesempatan lebih besar untuk dapat bersedekah, berinfak, dan bersedekah. Wapres juga menekankan kalau ingin berdagang, jangan hanya memikirkan resikonya, tetapi juga keuntungan dan manfaatnya.

“Jadi bagaimana kita memberikan motivasi yang baik supaya kita semua berusaha bersungguh-sungguh. Karena kalau tidak, kita bisa menjadi konsumen saja. Apalagi di dunia ini sudah demikian terbukanya, kita tidak hanya menjadi konsumen dalam negeri, kita juga menjadi konsumen luar negeri,” kata Wapres mengingatkan.

Yang kedua, usaha yang dilakukan harus mengikuti perkembangan zaman. Wapres mencontohkan, kalau dulu usaha warter sangat menjamur, karena tidak banyak orang yang punya telefon. Tapi dengan mudahnya teknologi saat ini, usaha wartel tersebut sudah tidak relevan lagi. Sementara, usaha di bidang kebutuhan pokok atau makanan menurut Wapres tidak akan berubah, karena sampai kapanpun setiap orang membutuhkan makanan.

Langkah yang paling penting, lanjut Wapres, adalah memulainya dari sekarang, karena yang paling sulit dilakukan dalam berdagang adalah memulainya. Wapres menganalogikan hal ini dengan orang yang belajar sepeda. Meskipun buku teori tentang keseimbangan sudah selesai dibaca, tapi apabila tidak pernah mencobanya, maka tidak akan bisa.

“Jangan langsung terus mendalami, baca buku dulu teori manajemen, baca buku dulu ekonomi, makin lama makin takut,” ucap Wapres..

Karena itu Wapres mengimbau agar Muhammdiyah harus memdorong anggotanya untuk memulai entrepreneurship, meskipun jumlah yang menjadi pengusaha nantinya sedikit

Di akhir sambutannya, Wapres mengingatkan bahwa dalam beribadah harus ada keseimbangan, antara ibadah sosial dan amal usaha. Bagaimana umat Islam harus ramai di masjid, di sekolah, dan juga ramai di industri.

Dalam berbagai kesempatan Wapres juga selalu mengatakan, kebaikan akhirat akan dicapai setelah kebaikan di dunia dipenuhi seperti yang tertuang dalam doa sapu jagat.

Robbana Aatina Fid Dunya Hasanah Wa Fil Aakhiroti Hasanah,” kutip Wapres.

Sebelumnya, Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan terselenggaranya acara temu saudagar ini didasari dengan dua pertimbangan yang penting. Pertama, berkembangnya Islam di Indonesia tak lepas dari peranan para saudagar, sehingga perlu membangkitkan kembali semangat tersebut. Yang kedua, Muhammadiyah ingin melahirkan muslim yang memiliki peran strategis, menjadi tangan yang di atas bukan tangan yang di bawah.

“Kami berharap bahwa jaringan saudagar muslim ini dapat menjadi fase baru Muhammadiyah membangun kemandirian bangsa sehingga bangsa ini punya daya saing di tengah percaturan dunia yang sangat panjang ini,” tutur Haidar.

Sementara Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X menyampaikan pertemuan jaringan saudagar ini merupakan pertemuan yang sangat langka, karena berkumpulnya saudagar dari birokrat dan juga saudagar muslim.

“Melihat pentingnya menjalin jaringan persaudagaran itu, di mana sudagar adalah UKM, maka menjadi keniscayaan agar sesama UKM saling membangun manajemen. Pada titik inilah dibutuhakan mediasi jaringan saudagar Muhammadiyah,” ujar Sri Sultan.

Hadir dalam kesempatan tersebut Menteri Pendayagunaan dan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi dan Gubernur Sulawesi Barat Anwar Adnan Saleh. (KIP, Setwapres)