Kantor Wakil Presiden. Indonesia dan Jepang memilki hubungan bilateral yang sangat erat, terlebih keduanya pernah mengalami bencana serupa, yakni tsunami. Aceh dan wilayah sekitarnya di Indonesia diterjang tsunami sehari setelah perayaan Natal, tepatnya 26 Desember 2004. Sementara di Jepang, gempa bumi yang berpusat di bawah laut ini melanda wilayah Timur Sendai dan sekitarnya pada 11 Maret 2011. Ketika terjadi tsunami di negeri Sakura ini, Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla yang saat itu menjabat Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) tengah berada di Tokyo bersama Ibu Mufidah Jusuf Kalla.

Wapres menceritakan, dalam kondisi infrastruktur yang rusak parah, masyarakat yang tinggal di area bencana termasuk warga negara Indonesia (WNI), sulit melakukan komunikasi. Hal ini menjadi kekhawatiran pihak KBRI di Tokyo dalam memonitor keselamatan WNI. Kemudian ia menginstruksikan staf KBRI untuk menyiapkan satu mobil dan dua bus. Kendaraan tersebut dipasangi bendera Indonesia dan pengeras suara yang memutar lagu-lagu Indonesia yang diperdengarkan di area Fukushima. “Dalam satu hari, 600 warga negara Indonesia yang tersebar di berbagai penjuru, langsung berkumpul di tempat yang sama,” kenang Wapres ketika menerima Duta Besar Jepang untuk Indonesia Tanizaki Yasuaki, Senin, 9 Maret 2015, di Kantor Wakil Presiden.

Menurut Wapres, cara pencarian WNI di tengah bencana melanda dan infrastruktur yang tidak memadai pada saat itu sangat efektif, sehingga negara-negara lain mengikuti ide ini untuk mencari warga negara mereka.

Sebagai negara yang pernah sama-sama mengalami tsunami, Pemerintah Jepang ingin mengundang Pemerintah Indonesia dalam acara The 3rd UN World Conference on Disaster Risk Reduction (WCDRR) yang akan diselenggarakan pada 14-18 Maret 2015, di Sendai, Jepang. “Indonesia memiliki pengalaman menangani tsunami di Aceh, karena itu kami ingin melibatkan Indonesia pada acara ini,” ungkap Yasuaki.

Acara WCDRR ini akan dihadiri oleh Wapres mewakili Presiden Joko Widodo. Wapres berencana akan membawa beberapa menteri Kabinet Kerja, diantaranya Menteri Perindustrian, serta Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Selain menghadiri WCDRR, direncanakan akan dilakukan pertemuan bilateral antar menteri untuk membahas masalah infastruktur dan investasi.

Dalam pertemuan itu, Yasuaki yang datang bersama Menteri bidang Politik Yutaka Aoki menyampaikan, terkait kebijakan Strategi Keamanan Nasional Jepang, “Proactive Contribution to Peace”, pemerintah Jepang ingin menguatkan kerjasama dengan pemerintah Indonesia dalam bidang pertahanan dan juga alat-alat militer. Dengan adanya perdamaian, diharapkan pertumbuhan ekonomi akan tercipta.

Sejalan dengan hal tersebut, Wapres menegaskan bahwa ekonomi dan perdamaian saling mendukung satu sama lain. “Anda tidak dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, jika kondisi negara anda tidak kondusif, tanpa rasa damai. Begitupun sebaliknya, bagaimana dapat menciptakan perdamaian, kalau pertumbuhan ekonomi terganggu,” ucap Wapres. Turut hadir dalam pertemuan itu, Sekretaris Wakil Presiden Mohamad Oemar dan Deputi Seswapres Bidang Politik Dewi Fortuna Anwar. (Siti Khodijah)

****