Jakarta-wapresri.go.id Dewan Dakwah Islamiyah (DDI) diharapkan dapat mengubah metode dakwahnya kepada umat muslim, dari yang sebelumnya lebih banyak terkait dengan pengajian yang bersifat tradisional, dapat menjadi dakwah yang menyentuh kondisi nyata kehidupan masyarakat, terutama sosial ekonomi, seperti pertanian, perikanan, perkebunan dan sebagainya.

“Titik lemah kita ada dua hal, yaitu kualitas keilmuan dan ekonominya, jadi dakwah bilhal-nya harus lebih banyak. Kita dorong ekonominya jadi dakwah pertanian, dakwah ekonomi ini misalnya dai dilatih masalah pertanian sehingga dia bisa melakukan dakwah ekonomi dan dia bisa bayar zakat,” demikian disampaikan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla saat menerima Pimpinan Pusat Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia di Kantor Wakil Presiden, Merdeka Utara, Kamis (21/7/2016).

Muslim Indonesia saat ini, lanjut Wapres, selalu bangga terhadap dua hal, sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia dan sebagai negara dengan Islam moderat di tengah pluralisme. Harapan Wapres, kebanggaan umat muslim tidak cukup dan puas dengan kedua hal diatas, namun harus meningkatkan kualitas diri dengan moral dan akhlak yang baik.

“Kalau kita lihat dari sisi visi versi keumatan, kita maju luar biasa, masjid ukurannya, orang naik haji antrinya 16 tahun, orang yang pakai jilbab saya kira di universitas sekitar 70 persen. Kalau lihat itu, justru dibutuhkan DDI, kalau tidak lagi ada akhlak yang tidak benar, buat apa lagi ada dewan dakwah, tidak ada fungsi, bubarkan saja,” tutur Wapres.

Seiring perubahan zaman, metode dan cara dakwah juga berkembang dengan pesat. Dahulu, kata Wapres, dakwah dilakukan secara tradisional seperti pengajian di masjid, face to face, jabatan tangan, namun sekarang televisi telah menjadi saluran yang massif untuk berdakwah, terutama saat bulan puasa Ramadhan. Perkembangan dakwah juga dapat dilihat dari majunya sekolah-sekolah sebagai tempat lahirnya pendakwah.

“Hafidh (Penghafal Quran) itu jauh lebih banyak sekarang daripada dulu, berkembang luar biasa. Dulu sekolah-sekolah Islam sekolah reyot, sekarang sekolah Islam sekolah mewah, jadi banyak kemajuan. Walaupun kemudian banyak juga masalah, karena itulah maka dakwah harus sesuai zaman juga,” seru Wapres.

Lebih lanjut, Wapres mengungkapkan, sebuah data survei menyebutkan, anak-anak Indonesia saat ini menggunakan gadget lima jam per hari, untuk itu metode dakwah juga harus bervariasi, dan dinamis dengan memanfaatkan teknologi pada aplikasi handphone.

Wapres juga menyinggung sistem pendidikan Islam di Indonesia yang masih menggunakan sistem pengajian dengan hafalan yang cenderung membuat anak atau jamaah pasif dan tidak argumentatif. Hal itu, nilai Wapres, disebabkan sistem pengajaran yang bertumpu pada figur kyai, sehingga apa maunya kyai akan selalu diikuti, padahal yang perlu dikembangkan adalah cara berpikirnya sang kyai.

Mengakhiri audiensi, Wapres menyajikan data terkait berlebihnya jumlah masjid di Indonesia saat ini, bila dibandingkan dengan jumlah keseluruhan umat muslim. Secara umum, saat ini masjid berjumlah 800 ribu, sedangkan jumlah umat muslim di Indonesia kira-kira 210 juta, sehingga hitungan secara kasar, setiap 1 masjid memiliki jamaah kurang lebih 250 orang dari orang dewasa sampai bayi. Karena yang wajib ke masjid adalah laki-laki, jadi akan dikurangi lagi wanita, anak-anak dan yang sakit maka kemungkinan 1 masjid rata-rata hanya 70 jamaahnya, padahal terdapat pula masjid yang memiliki kapasitas 10 sampai 20 ribu jamaah.

“Pernyataan ini maksudnya adalah apabila kita punya banyak uang, maka kita bisa bangun yang lain, kita bangun sekolah, fasilitas, taman kanak-kanak dan macam-macam,” pungkas Wapres.

Dalam kesempatan audiensi tersebut, Pimpinan Pusat Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Mohammad Siddik melaporkan, sejak didirikan tahun 1967 atas inisiatif Bapak Mohammad Natsir, Dewan Dakwah bertujuan membina masyarakat dalam bidang pendidikan, dakwah, dan kesejahteraan. Metode dakwah yang diutamakan adalah bilisaanil haal, dimana pada mulanya dilakukan pendirian rumah sakit, sampai saat ini sudah ada 6 rumah sakit. Di bidang pemberdayaan masyarakat ada LAZIZ (Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Sodaqoh), serta di bidang pendidikan terdapat 10 Universitas di beberapa daerah seperti Yogyakarta, Semarang, Makassar, Bandung.

Siddik juga menyampaikan keprihatinan dalam melihat kondisi bangsa saat ini, yang marak dengan kasus narkoba, pornografi, dan pornoaksi. Untuk itu, Dewan Dakwah selalu membantu dan bekerjasama dengan berbagai pihak untuk mengatasi permasalahan itu, terutama terkait moral dan mental.

Tampak hadir mendampingi Wapres, Kepala Sekretariat Wakil Presiden Mohamad Oemar, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pemerintahan Dewi Fortuna Anwar, dan Staf Khusus Wakil Presiden Bidang Penanggulangan Kemiskinan dan Otonomi Daerah Syahrul Ujud. (KIP, Setwapres)