New York-wapresri.go.id-Wakil Presiden Jusuf Kalla (WapresJK) menghadiri Plenary High-Level Meetingon Fight Against Tuberculosis di Areal Markas Besar PBB, Rabu, 26/9.

Dalam sambutannya Wapres JK mengatakan bahwa Tuberkulosis dapat dicegah dan diobati.

“Kita telah melawan penyakit infeksi ini selama beberapa dekade, tetapi perjuangan masih jauh dari kata usai,” ujar Wapres JK.

Wapres JK menambahkan bahwa lebih dari lima ribu orang meninggal akibat TB setiap hari. Penyakit ini memperkuat siklus kesehatan yang buruk dan kemiskinan.

Sekarang, kata JK, kita menghadapi tantangan yang lebih besar dalam memberantas TB, karena munculnya TB yang resisten terhadap banyak obat.

Oleh karena itu, kata JK, Pertemuan PBB tentang TB yang diadakan pertama kali ini, dinilai sangat tepat.

“Kita harus memberikan tanggapan yang kuat dan komprehensif untuk mengakhiri penyakit ini,” serunya.

Selama kurang lebih 3 menit di urutan 11 setelah Presiden Republik Togo Essozimna Gnassingbe itu, Wapres JK juga menyoroti tiga poin penting di antaranya, yang pertama, menurutnya setiap negara harus menerapkan secara konkrit, strategi nasionalnya masing-masing untuk mengakhiri TB.

“Kami, Pemerintah Indonesia, telah menyediakan akses yang lebih besar untuk layanan kesehatan yang berkualitas dan pengendalian risiko TB,” tuturnya.

Lebih jauh Wapres JK mengungkapkan bahwa Indonesia terus meningkatkan kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait dan mendorong kemandirian masyarakat.

“Target kami adalah menghilangkan TB pada 2035 dan mencapai ‘Indonesia Bebas TB’ pada tahun 2050,” rencananya.

Kedua, terang JK, harus ada upaya yang lebih terpadu untuk memperkuat kapasitas deteksi dini kasus TB. Khususnya, kasus baru yang resisten terhadap obat-obatan.

Di sini, terang JK, peran keluarga dan masyarakat sangat penting dalam mengidentifikasi kasus-kasus baru. “Kasus TB hilang, tidak boleh terjadi lagi,” tegasnya.

Terakhir, kata JK, harus ada akses yang lebih besar dan layanan kesehatan berkualitas yang setara untuk masyarakat umum.

Sementara, kata JK, di Indonesia, saat ini skema Asuransi Kesehatan Nasional telah digunakan oleh lebih dari 200 juta orang, atau lebih dari 70% populasi.

“Kami terus menyelesaikan kendala sosial-ekonomi pada orang miskin yang paling rentan terjangkit penyakit menular,” tandasnya.

Wapres JK pun berharap, pertemuan Tingkat Tinggi kali ini harus menghasilkan misi yang pragmatis, konkret, dan ditargetkan untuk menghilangkan TB.

Karena itu, kata JK, pembangunan SDM yang berkapasitas bagi pekerja kesehatan harus ditingkatkan, di samping ketersedian obat-obatan yang berkualitas dan terjangkau terutama di negara-negara berkembang harus terjamin.

“Kita juga harus meningkatkan kolaborasi global. Kita tidak boleh berada di pihak yang kalah dalam pertarungan (melawan TB) ini,” pungkas Wapres JK.