Manila. Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menghadiri Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) CEO Summit 2015, Summit Dialogue on Growth dengan tema “Securing Growth in a Volatile World: What is To Be Done?” di Hotel ShangriLa, Makati, Manila pada Rabu, 18 November 2015.
Dalam pertemuan tersebut, para CEO perusahaan terkemuka di Asia Pasifik memberikan apresiasi yang positif terhadap kondisi dan stabilitas perekonomian negara-negara ASEAN terutama Indonesia, dalam menghadapi perlambatan ekonomi global.
“Mereka melihat perekonomian ASEAN, khususnya Indonesia dalam situasi ini tetap berkembang, tentu itu bagaimana membina kerja sama yang baik,” tutur Wapres sesaat setelah pertemuan itu.
Momentum CEO Summit ini, juga digunakan Wapres menyampaikan berbagai update mengenai Indonesia, termasuk reformasi kebijakan terkait kemudahan perizinan berinvestasi.
Wapres menyebutkan kondisi perekonomian yang tidak menentu, aliran modal dalam bentuk investasi menjadi salah satu hal yang diharapkan dapat berkontribusi positif pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Dalam paparannya dihadapan pemimpin-pemimpin negara ekonomi APEC seperti Australia, Kanada, Meksiko dan Singapura, Wapres mengatakan Indonesia masih memiliki prospek ekonomi yang baik ke depan. Dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia di level 4,73%, maka Indonesia merupakan salah satu negara APEC yang ekonominya berada di papan atas setelah China.
Seperti diketahui, realisasi investasi negara-negara yang tergabung dalam APEC masih mendominasi arus investasi yang masuk ke Indonesia. Berdasarkan data realisasi investasi BKPM, dalam lima tahun terakhir dari 20 negara teratas, anggota ekonomi APEC berkontribusi hingga 77,5% dengan nilai mencapai US$ 76 miliar.
Disamping inklusivitas ekonomi yang diharapkan oleh APEC, Wapres juga mengingatkan agar APEC menjaga keseimbangan dan sinergi dengan kelompok ekonomi lainnya seperti G20.
“Sebagai anggota G20 dan APEC, Indonesia menginginkan kebijakan yang memperkuat sinergi antara kedua forum tersebut, untuk optimalkan stabilitas ekonomi global,” ucap Wapres.
Sementara itu, terkait pembahasan kepentingan Indonesia untuk memperjuangkan produk kelapa sawit (CPO) sebagai barang yang diterima di pasar dunia, masih akan dibahas secara detail dalam pertemuan esok hari.
“Itu kelapa sawit namanya development goods. Nanti kita bicarakan dalam rapat besok. Tentang bagaimana memasukkan kelapa sawit itu jadi development goods yang artinya komoditi yang menyangkut hidup banyak orang,” jelas Wapres.