Jakarta-wapresri.go.id Dunia asuransi memiliki peluang yang sangat besar karena tidak ada hidup tanpa resiko. Namun, resiko yang terjamin inilah yang harus dapat dimanfaatkan dan juga memberikan rasa aman yang baik kepada individu maupun kepada negara.

“Maka dari itulah, kedepan bukan berarti orang Indonesia masih banyak resiko, yang dibutuhkan ialah bagaimana masyarakat kita mengerti tentang cara mengatasi resiko. Kita ingin menyampaikan kepada masyarakat, bukan  hanya sekedar mengumpulkan uang masyarakat, tapi bagaimana masyarakat itu hidup dalam suatu kepastian yang lebih baik, masa depan kepastian yang lebih baik, bukan uncertain, itulah arti pada hari ini,” tegas Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ketika menghadiri acara Peringatan Hari Ausransi (Insurance Day) 2016, di Gedung II Istana Wakil Presiden, Merdeka Selatan, Jakarta, Jumat (11/11/2016).

Indonesia, Wapres mencermati, dengan jumlah penduduk 250 juta orang, pasti semua memiliki resiko, hal inilah yang pada dasarnya menjadi lahan bagi industri asuransi.

“Kehidupan itu penuh resiko, dimana saja, di rumah ada resikonya, bisa mengerjakan segala sesuatu (kemudian) luka, bisa orang meninggal di rumah, orang keluar bisa ditabrak mobil, di kantor bisa ada kebakaran, di manapun ada resikonya. Jadi industri asuransi bekerja karena resiko itu,” jelas Wapres.

Lebih lanjut disampaikan Wapres, bahwa bisnis asuransi adalah bisnis dengan kemampuan paling hebat karena semua hal bisa dijual.

“Si A contohnya, dia mengasuransikan rumahnya dari kebakaran atau perampokan, puluhan tahun dia tidak ada yang rampok, tidak ada kebakaran tapi dia bayar terus, karena ingin  tidur nyenyak, ingin enak, ingin mengurangi resikonya. Itulah tentu bisnis anda, bisnis asuransi. Karena itulah maka bagaimana sebenarnya orang mengurangi resiko,” ungkap Wapres.

Namun, lanjutnya, penting untuk diingat, bahwa para agen asuransi perlu dibekali dengan tata bahasa yang santun dan diikuti dengan pendekatan psikologi yang baik.

Wapres pun mengimbau agar perusahaan asuransi jangan menghindar dari resiko. Saat ini, menurutnya, tidak ada perusahaan asuransi yang tertarik untuk melakukan pendekatan ke pasar tradisional karena takut terjadi kebakaran.

“Kalau saya orang asuransi, ngajarin orang pasang listrik dengan baik baru bikin kerjasama dengan PLN. Bikin inspeksi, asuransi yang bayar, tiap bulan inspeksi kabel-kabel listrik sehingga resikonya tidak ada. Jadi sebenarnya asuransi bukan hanya mengajak orang berasuransi tetapi mengajak orang caranya mengurangi resiko,” imbaunya.

Disamping itu, Wapres menambahkan, asuransi dihrapkan juga dapat menjaga kepercayaan kliennya, terutama dalam hal mengganti claim yang diajukan.

Trust juga menjadi hal utama bagi asuransi. Bukan trust itu kecepatan untuk menangin preminya, tapi kecepatan membayar tanggungan. Karena begitu kita hilang kepercayaan maka kita tidak mau berhubungan lagi (dengan) asuransi ini, berarti dia tidak memegang kata-kata” tegas Wapres.

Wapres juga menekankan bahwa merger penting untuk dipikirkan perusahaan asuransi, agar pasarnya lebih luas sehingga resiko bisa terjamin. Sebab, secara hitungan kasar paling tinggi satu perusahaan asuransi hanya memiliki peserta sebanyak 1 juta orang, meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa seluruh resiko yang ada di dunia terbuka untuk diasuransikan.

“Seluruh resiko yang ada di dunia ini semua sedemikan besar bisa diasuransikan. Nah tentu dibutuhkan kehebatan aktuaria. Bagaimana membaca statistik, bagaimana membaca matematika, probability, anda pelajari,” pungkasnya.

Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mualiaman D. Hadad dalam laporannya mengungkapkan, saat ini baru 11,8% orang Indonesia yang berasuransi, artinya dari 100 orang baru 11 orang yang memiliki polis asuransi. Namun OJK optimis tingkat penggunaan asuransi masyarakat Indonesia bisa mencapai 75% pada tahun 2020.

“Oleh sebab itu, edukasi dan sosialisasi tentang asuransi harus terus dilakukan agar target Indonesia 100% berasuransi bisa tercapai,” ujar Mualiaman.

Sementara, Ketua Umum Dewan Asuransi Indonesia (DAI) Hendrisman Rahim menyampaikan, tema Hari Asuransi ke-11 Tahun 2016 adalah “Indonesia Berasuransi”, yang merupakan kelanjutan dari tema-tema sebelumnya, dimana peran asuransi semakin nyata dalam mendukung pembangunan Indonesia, dengan tagline Cerdas, Sejahtera, Mandiri. Panitia Hari Asuransi 2016 juga telah melakukan serangkaian acara yaitu road show, donor darah, fun walk, dan Insurance  Goes to Campus di 9 kota, yaitu Medan, Padang, Pekanbaru, Bandung, Surabaya, Semarang, Banjarmasin, Pontianak, dan Makassar. Puncak perayaan Hari Asuransi 2016 akan diselenggarakan pada hari Minggu. 13 November 2016 di Yogyakarta dengan mengadakan Festival Asuransi.

Hadir dalam acara tersebut Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo, Anggota Dewan Otoritas Jasa Keuangan, dan para Ketua Asosiasi Industri Perasuransian.

Sementara, Wakil Presiden Jusuf Kalla didampingi Kepala Sekretariat Wakil Presiden Mohamad Oemar, Deputi Bidang Dukungan kebijakan Ekonomi, Infrastruktur, dan Kemaritiman Tirta Hidayat, Staf Khusus Wapres Bidang Penanggulangan Kemiskinan dan Otonomi Daerah Syahrul Udjud, serta Tim Ahli Wapres Sofjan Wanandi. (KIP, Setwapres)