Jakarta, wapresri.go.id – Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin menerima Presiden Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir/Gereja OSZA (The Church of Jesus Christ Of Latter-Day Saints), Russel M. Nelson, dan delegasi di Kantor Wapres, Jalan Merdeka Utara Jakarta, Kamis (21/11/2019).

Mengawali pertemuan, Russel menyampaikan terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepadanya dan rombongan untuk bertemu dengan Wapres serta mengucapkan selamat atas dilantiknya Presiden dan Wapres terpilih pada Oktober lalu.

Lebih lanjut, Russel menjelaskan bahwa terdapat banyak anggota gerejanya di Indonesia dan mereka dapat menjalankan kehidupan beragamanya dengan baik dan bebas.

“Kami menyampaikan rasa syukur serta merasa terima kasih dan terhormat atas kesempatan beribadah dengan kebebasan disini. Kami memiliki anggota di hampir seluruh negara di dunia dan kami ajarkan mereka untuk menjadi warga negara yang baik di negaranya masing-masing,” ungkap Russel.

Dalam menyampaikan maksud dan tujuan kedatangannya, Russel pun menjelaskan bahwa pihaknya datang dengan maksud baik, yaitu ingin membantu Indonesia untuk membangun keluarga dan negara yang kuat.

“Kami berjanji akan menjadi bagian dari solusi negara ini, dan bukan bagian dari masalah,” paparnya.

Melanjuti apa yang disampaikan Russel, delegasi lainnya Todd Christofferson menyampaikan bahwa pihak gereja OSZA telah banyak melakukan kerja sama dalam berbagai sektor baik kemanusiaan, pendidikan dan lainnya.

“Kami memiliki sejarah bekerja sama dengan kepercayaan dan agama lain di dunia untuk memecahkan berbagai masalah. Contohnya tsunami Aceh, kami bekerja sama dengan Islamic Relief dan Red Cross dan menemukan kesamaan dalam tujuan. Seperti Presiden Nelson sampaikan tadi, Kami harapkan kerja sama seperti ini dapat terus berjalan dan kami siap untuk menjadi bagian dari solusi, bukan bagian dari masalah,” urai Todd.

Selanjutnya, Presiden Gereja OSZA untuk daerah Asia, David Evans, juga memberikan tanggapan. David menyampaikan bahwa OSZA Asia dan Indonesia bersedia untuk melakukan kerja sama baik di bidang kemanusiaan maupun bidang lainnya yang menjadi fokus dari pemerintah Indonesia. Proyek bersama yang bisa membawa kebaikan dan keberkahan bagi Indonesia.

Ia menjelaskan bahwa beberapa program lain yang pernah mereka berhasil dikerjakan di negara lain diantaranya seperti penyediaan kursi roda bagi yang memerlukan, mengajarkan dokter dan rumah sakit untuk menangani bayi yang baru lahir, dan juga membantu mengembangkan air bersih.

“Apabila Bapak pikir ada suatu hal khusus yang bisa kami bantu, kami memiliki perwakilan di Indonesia, Pak Subiantoro, yang dapat menjadi kontak pertama. Seandainya kami mengetahui persis apa yang bisa kami lakukan, kami dapat memberikan bantuan tepat guna dan setelah pertemuan ini kami akan dengan senang hati bertemu dengan orang tepat yang Bapak tunjuk untuk berdiskusi,” jelas David.

Menutup paparan dari para delegasi, pendamping delegasi yang juga hadir dalam pertemuan, Alwi Shihab, menyampaikan bahwa hubungan Indonesia dan Persatuan Gereja Yesus Kristus OSZA sudah terjalin cukup lama, sejak era kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid dan memberi pandangan bahwa hubungan baik persahabatan serta kerja sama ini patut untuk dipererat.

Menanggapi hal tersebut, Wapres menyampaikan bahwa saat ini Indonesia fokus dalam membangun Indonesia maju. Oleh karena itu pemerintah memiliki prioritas pada pembangunan manusia unggul yang sehat, cerdas, produktif, memiliki daya saing, dan berperilaku akhlak mulia.

“Yang kita hadapi saat ini adalah memperkecil stunting. Indonesia memiliki target sampai angka 14% untuk menurunkan stunting. Kemudian juga membangun pelatihan vokasi dan formal [untuk meningkatkan daya saing], menghilangkan kemiskinan dan pemberdayaan ekonomi kecil,” jelas Wapres.

Terkait kerukunan umat beragama dan kebebasan beribadah, Wapres menyampaikan bahwa Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki banyak suku dan keragaman agama/kepercayaan. Oleh karena itu, Indonesia memiliki potensi konflik yang tinggi apabila tidak mampu mengelola kerukunan dengan baik.

“Indonesia memiliki landasan yang disepakati, titik temu konsensus negara yang disebut Pancasila. Terdapat lima landasan filosofis di dalamnya, sehingga di Indonesia walaupun berbeda agama dan suku bangsa, kita bisa kelola keutuhan”, terang Wapres.

“Walaupun konflik kecil tentu masih kerap ada. Karena di seluruh dunia pasti ada kelompok radikal dan terorisme, tapi sejauh ini mampu kami kelola,” tambahnya.

Untuk itu, Wapres menekankan bahwa peran tokoh agama sangat penting dalam menciptakan dan mengawal kerukunan ini.

“Perlu peran tokoh agama baik dari Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan juga dari Konghucu. Karena itu maka kita juga menggunakan majelis-majelis agama sebagai upaua untuk menjaga keutuhan bangsa ini,” ungkap Wapres.

Menutup pertemuan, Wapres menyampaikan bahwa ke depannya cita-cita Indonesia adalah membangun teologi kerukunan beragama agar seluruh rakyat dapat bersatu saling membantu dan menolong.

“Kita berusaha untuk menghilangkan atau membuang jauh-jauh teologi konflik yang bisa menimbulkan perpecahan atau kebencian, permusuhan di kalangan warga bangsa. Karena itu terima kasih atas peran yang mulia dengan lembaga Latter-Day Saints. Tentu juga kita harapkan peranannya untuk membantu membangun dari sikap dan membangun dialog-dialog interfaith antar pemeluk-pemeluk agama,” tutup Wapres.

Hadir mendampingi Wapres, Kepala Sekretariat Wakil Presiden Mohamad Oemar, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Bambang Widianto, dan Staf Khusus Wapres Masduki Baidlowi. (NN/RN, KIP-Setwapres).