Jakarta-wapresri.go.id. Kondisi negara-negara Timur Tengah seperti Syria, Saudi Arabia, dan Mesir, yang dilanda berbagai konflik membuat sistem pendidikan peradaban akhlak sulit dipelajari. Sehingga perlu dipertimbangkan lagi untuk mengirim pelajar muda belajar di Timur Tengah.

“Oleh karena itu kita harus memikirkan untuk membuat universitas atau perguruan tinggi Islam penggantinya. Ini adalah momentum yang sangat baik untuk memperkenalkan solusi damai yang sebenarnya diajarkan oleh Islam yang seharusnya diimplementasikan oleh seluruh umat muslim di dunia,” ujar Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ketika menerima tokoh diaspora Indonesia Cape Malay, Afrika Selatan (Afsel), Ebrahim Rasool, di Kantor Wakil Presiden, Merdeka Utara, Senin (18/4/2016).

Pernyataan Wapres tersebut menanggapi usulan Rasool untuk mendirikan perguruan tinggi Islam (PTI) di Cape Town Afrika Selatan yang akan bekerja sama dengan negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia.

Ebrahim Rasool yang pernah menjabat sebagai Gubernur Western Cape dan Dubes Afrika Selatan untuk Amerika Serikat, dan juga Penasihat Presiden Afsel menyampaikan, bahwa PTI ini akan fokus pada pendalaman nilai-nilai Islam. Selain itu, PTI ini diharapkan dapat memperdalam hubungan erat dengan saudara muslim Indonesia, yakni dengan mengamalkan kembali nilai-nilai ajaran Islam moderat dari tokoh-tokoh Indonesia terdahulu seperti Syekh Yusuf dari Makassar, untuk dapat diajarkan kepada mahasiswa di seluruh dunia.

“Untuk kembali kepada nilai-nilai ajaran Islam yang sesuai dengan Al Quran dan hadits yang dibawa oleh guru-guru dan imam-imam besar terdahulu dan mengimplementasikannya dalam kehidupan seorang muslim,” ucap Rasool.

Rasool mengungkapkan, sangat disayangkan negara-negara Islam modern yang saat ini berkonflik, seperti Arab Saudi, tidak mengamalkan semangat keislamannya secara baik. Ia pun memuji budaya Islam yang tercermin dalam masyarakat Indonesia.

“Indonesia adalah negara Islam yang menganut budaya damai, dimana toleransi tinggi sehingga sangat penting bagi Indonesia untuk tampil dengan Islam yang modern dibandingkan dengan negara lain sperti Saudi dan sebagainya,” ungkapnya.

Hal lain yang dapat dibanggakan, lanjut Rasool, adalah Indonesia sangat mendukung pusat studi keislaman, khususnya di Cape Town, dengan mengembangkan studi tentang Islam yang damai, dan menggunakan pendekatan yang menunjukkan nilai-nilai budaya Islam yang sesungguhnya. Hal kongkrit yang telah diterapkan di Indonesia adalah Islam Nusantara yang memformulasikan niai-nilai keislaman yang menyatu dengan nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, ia mengharapkan kerja sama untuk mengembangkan perguruan tinggi Islam berkelas internasional ini dapat berjalan dengan baik.

Dalam kesempatan itu, Rasool juga memuji peran Indonesia di Konferensi Tingkat Tinggi Organisasi Kerjasama Islam (KTT OKI) di Turki baru-baru ini, yang peduli terhadap komunitas muslim. Hal ini menunjukkan kepada dunia bahwa akhirnya Indonesia, sebagai suara yang paling penting dan menentukan terkait isu-isu umat muslim di seluruh dunia, angkat bicara,

“Kami sangat mendukung secara akademik untuk menunjukkan bahwa Indonesia memiliki posisi dominan dalam pergaulan dunia muslim,” tegas Rasool.

“Dunia perlu mengetahui kekuatan besar yang dimiliki Indonesia melalui sumbangan pemikiran dan seruan kepada dunia dari sisi intelektualitas. Untuk itulah kerjasama mengembangkan pusat studi Islam ini sangat dibutuhkan,” sambungnya.

Menutup pertemuan, Wapres mengingatkan, bahwa selain mengajarkan Islam yang moderat, dakwah juga harus diimbangi dengan pembangunan di bidang ekonomi yang baik.

“Kita harus meningkatkan ekonomi kita meski kita bergantung pada negara lain, tetapi harus dikembangkan kerja sama yang baik, bukan kerja sama senjata, alat perang, bom dan sebagainya,” pungkas Wapres.

Turut hadir mendampingi Ebrahim Rasool, Rektor International Peace College of South Afrika (IPSA) Sheikh Ighsaan Taliep, Direktur Eksekutif Maqasid Institute Jasser Auda, Direktur Eksekutif of IPSA Sareef Abbas, Pemilik Suburban Tours and Travel Fatieg Behardien, Mantan Konsul Jenderal Cape Town Abdul Rachman Dudung, Acting Konsul Jenderal KJRI Cape Town Riyadi Asiridin dan Staf KJRI Cape Town Frieda Olivia. (KIP, Setwapres)