Jakarta-wapresri.go.id. Untuk membangun peradaban dalam transportasi Indonesia, transportasi harus dibangun lebih manusiawi, lebih nyaman dan memenuhi prinsip-prinsip transportasi, yakni lebih cepat, lebih murah, lebih nyaman, dan lebih  tinggi kapasitasnya. Demikian disampaikan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ketika menghadiri Indonesia Outlook 2017 dengan tema “Membangun Peradaban Transportasi Indonesia”, di Hotel Borobudur, Jakarta,  Kamis, (26/1/2017).

Berbicara tentang manusiawi, menurut Wapres, kondisi transportasi di Indonesia sudah sangat maju dan sangat baik, dari tahun ke tahun.  Sekarang hampir semua bus kota sudah memakai air condition (AC). Disamping itu, sudah tidak ada lagi penumpang yang bergelantungan di pintu-pintu bus dan tidak ada lagi kondektur yang berteriak-teriak.

“Sudah tidak ada lagi yang teriak-teriak Grogol-Grogol,” canda Wapres disambut riuh hadirin.

Wapres mencermati, kalau dahulu, mudik lebaran selalu ada foto di media tentang anak yang masuk melalui pintu jendela kereta api karena begitu penuhnya kerata api, sekarang tidak ada lagi. Malah sekarang,  justru mobil yang antri panjang di muka pintu tol. Ini menunjukan kondisi yang sangat berbeda.

“Artinya kalau dulu kita kekurangan moda transportasi, sekarang malah kelebihan, yang kurang jumlah ruas jalannya,” ucap Wapres.

Wapres mengungkapkan, telah terjadi pergeseran dalam penggunaan moda transportasi. Ini akibat adanya pengaruh meningkatnya pendapatan masyarakat, sarana dan prasarana serta tingginya permintaan.

Wapres mencontohkan, dahulu orang naik bus dari Sumatera ke Jawa, sekarang sebagian besar masyarakat, walaupun masih ada bus, tetapi mereka memilih pesawat udara. Begitu juga, dahulu orang ke Surabaya selalu naik kerata api, tetapi sekarang setiap 5 menit pesawat dari Jakarta ke Surabaya, dari Malang atau dari mana saja di berbagai daerah.

Menurut Wapres, transportasi akan berkembang terus dan tidak akan berhenti sesuai kebutuhan manusia dan jumlah penduduk yang semakin bertambah.  Sebagai gambaran, proyeksi jumlah penduduk Indonesia pada 2018 sebesar 265.015.000. Jika dibandingkan dengan proyeksi tahun 2016, maka terjadi peningkatan 6.310.000 jiwa. Dengan demikian, untuk melayani masyarakat, kebutuhan infrastruktur trasportasi tidak pernah berhenti.

Wapres mengambil contoh pidato Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih Donald Trump, yang menginginkan pembangunan infrastruktur jalan. Ini artinya, lanjut Wapres, kebutuhan negara maju dan berkembang sama saja, yakni bagaimana meningkatkan infrastruktur.

“Lihat saja pidato Presiden Trump, apa yang dia inginkan, infrastruktur, jalan. Jadi sama saja, negara yang baru berkembang, negara maju selalu pemikirannya hanya bagaimana meningkatkan infrastruktur,” tegas Wapres.

Selain itu, Wapres mengatakan permasalahan infrastruktur juga menyangkut persoalan kepuasan masyarakat yang berkembang, misalnya dalam penggunaan pesawat terbang.

“Zaman dahulu, orang kalau telat naik pesawat menunggu satu sampai dua jam di bandara tenang-tenang saja. Tetapi, sekarang telat satu jam mengamuk orang di bandara,” ungkap Wapres.

Tingkat kepuasan transportasi juga terlihat di sektor pariwisata. Wapres menuturkan, dahulu, turis masih mau naik bus sembilan jam dari Makassar ke Tana Toraja, sekarang mereka tidak mau lagi. Mereka meminta pesawat, terpaksa bandara mesti diperpanjang.  Karena itu, hampir seluruh obyek wisata selalu ada bandaranya sekarang. Tidak ada yang mau lagi kalau harus naik bus selama lima jam. Begitu juga, Danau Toba, dahulu sepi, karena tidak mau lagi naik bus, sekarang begitu ada bandara ramai lagi.

Wapres menyadari, dalam hal transportasi, permintaan masyarakat selalu tumbuh lebih cepat dari kemampuan pemerintah untuk menyediakan moda dan sistem transportasi. Misalnya, jalan tol dianggap mampu menyelesaikan kemacetan, tetapi sekarang jalan tol menjadi bagian dari permasalahan.

“Kita pikir dulu jalan tol bisa memenuhi permintaan, ternyata tidak juga. Dulu macetnya di Pantura di jalan dekat Indramayu Cirebon, sekarang macetnya di jalan tol, padahal jalan tol  semuanya dibuat untuk anti macet. Karena orang semua berfikir orang semua sudah punya kendaraan,” ujarnya.

Wapres juga mencermati, adanya peningkatan jumlah kendaraan yang dimiliki masyarakat, sehingga berdampak bertambahnya kemacetan.

“Kalau dulu dalam satu rumah hanya ada satu mobil, sekarang kita melihat bisa tiga sampai dengan empat mobil dalam satu rumah,” ucap Wapres.

Wapres memandang fenomena kemacetan yang terjadi bisa dilihat secara positif. Bahkan ada peluang bisnis di dalamnya.

“Berfikirlah seperti Gojek, Uber atau Grab melihat kemacetan menjadi suatu bisnis yang baik. Mereka mampu membantu menyelesaikan sebagian dari masalah-masalah tersebut,” ujar Wapres.

Dengan adanya moda transportasi seperti ini, Wapres menambahkan, untuk membeli kebutuhan, masyarakat sekarang tinggal telepon saja. Kemajuan informasi teknologi membantu memecahkan persoalan dan itu suatu bisnis yang luar biasa.

Meslipun kondisi transportasi umum saat ini lebih baik dari sepuluh sampai dengan dua puluh tahun lalu, namun, Wapres memandang tetap diperlukan mass rapid transportation (MRT) untuk memenuhi kebutuhan transportasi yang layak. Minimum pembangunan MRT adalah 100 km. Untuk itu, masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan terkait transportasi umum.

Selain itu, permasalahan transportasi juga meliputi barang. Transportasi barang berkembang luar biasa, sehingga banyak yang berubah, apakah sistem kapal, kereta api, semuanya mengalami peningkatan. Wapres menyayangkan, sekitar 70 s.d. 80 persen pelayaran ndonesia hidup menggunakan kapal bekas, hal ini karena menyangkut cost yang mahal.

Untuk itu, Wapres menegaskan, kapal kargo yang berubah menjadi kontainer, harus diadopsi untuk lebih murah, nyaman dan lebih tinggi kapasitasnya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Dewan Redaksi Media Indonesia Saur Hutabarat mengatakan, transportasi saat ini mengalami kemajuan yang nyata di era pemerintahan Jokowi-JK. Misalnya, pembangunan Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta dan dwelling time di pelabuhan.

“Sekarang kita lihat kemajuan, dulu dwelling time nyaris tidak menjadi pembicaraan publik, tapi kemudian menjadi kata kunci, dan sekarang telah menjadi dua setengah hari di empat pelabuhan besar, ujarnya.

Turut hadir dalam acara ini, Menteri Perhubungan Budi Karya sumadi, Dirut Pelindo II Elvyn Masassya, Dirut Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin, Dirut Pelni Elvin Goentoro, dan Dirut KAI Edi Sukmoro, Kepala Sekretariat Wakil Presiden Mohamad Oemar, Deputi Sekretariat Wakil Presiden Bidang Dukungan Kebijakan Ekonomi, Infrastruktur, dan kemaritiman Tirta HIdayat, Staf Khusus Wakil Presiden Bidang Komunikasi dan Informasi, Husain Abdullah, Staf Khusus Wakil Presiden Bidang Ekonomi dan Keuangan Wijayanto, dan Tim Ahli Wakil Presiden Sofjan Wanandi.  (KIP, Setwapres)