Jakarta, wapresri.go.id – Kesehatan adalah modal utama manusia untuk menjalani kehidupan. Namun apabila seseorang didiagnosa diabetes melitus atau hipertensi, bagaimana cara mencegah dan berdamai dengan penyakit tersebut?

Pertanyaan itu disampaikan Deputi Bidang Administrasi Sekretariat Wakil Presiden (Setwapres) Guntur Iman Nefianto, dalam acara seminar kesehatan yang dihadiri oleh seluruh pejabat dan pegawai Setwapres di Auditorium Istana Wakil Presiden, Rabu (5/12/2018).

Dalam acara yang mengambil tema “Muda Berkarya, Tua BerJaya, Hidup Bahagia Terhindar Dari Diabetes Melitus dan Hipertensi” Guntur menyampaikan bahwa penyakit tidak menular (PTM) yang paling banyak diderita oleh pegawai Setwapres adalah diabetes melitus dan hipertensi.

“Berdasarkan data dari Bagian Pelayanan Kesehatan Sekretariat Wakil Presiden sebanyak 10% dari pegawai Sekretariat Wakil Presiden menderita diabetes mellitus,” ungkapnya.

Diabetes Melitus

Penyakit diabetes melitus (DM) dikenal masyarakat dengan penyakit kencing manis. “DM adalah penyakit metabolik dengan kadar gula darah tinggi (hiperglikemia) disertai dengan gangguan metabolisme protein dan lemak. Hal tersebut karena defisiensi insulin, resistensi insulin atau keduanya,” jelas dr. Arief Wibowo Sp.PD, FINASIM, selaku narasumber pada seminar tersebut.

Ia menambahkan, insulin adalah hormon alami yang diproduksi oleh pankreas, yang memungkinkan tubuh mengubah glukosa menjadi energi dan disebarkan di seluruh tubuh. Hormon yang satu ini juga membantu tubuh menyimpan energi tersebut.

Lebih jauh dr. Arief memaparkan kadar gula darah sewaktu dan puasa sebagai patokan dan diagnosis DM (mg/dl) dalam tabel berikut:

Kemudian dr. Arief menjelaskan gejala-gejala yang dialami seseorang jika terkena DM, seperti sering kencing, mudah lapar dan haus, berat badan menurun, penglihatan kabur, gatal-gatal terutama sekitar kemaluan, cepat lelah dan mengantuk, serta luka sulit sembuh.

Sementara, ia melanjutkan, faktor resiko DM meliputi stress, pola makan yang salah, tidak berolahraga, kolesterol tinggi, obesitas dan keturunan. Untuk itu orang yang belum menderita DM sebaiknya dapat mengelola stress, mengatur pola hidup sehat (pola makan dan olahraga), serta menjaga berat badan stabil agar tidak terkena penyakit tersebut.

Dr. Arief selanjutnya mengimbau, orang yang telah menderita DM sebaiknya mencegah penyakit komplikasi yang dapat timbul karena DM dengan cara: rutin melakukan check gula darah, kontrol gula darah, serta melakukan pengobatan sedini mungkin. Penderita juga harus mendapatkan edukasi yang benar tentang DM, olahraga, meminum obat DM dan melakukan perencanaan makan.

“Saat ini untuk penderita DM pantang makanan tidak ada, yang benar adalah makan sesuai dengan jumlah kalori yang dibutuhkan,” tegasnya.

“Dengan mengetahui penyakit DM dan hal apa yang harus dilakukan, maka penderita dapat lebih menerima dan berdamai dengan penyakit yang dideritanya,” sambungnya.

Ia pun mengungkapkan penyakit komplikasi yang dapat timbul akibat DM meliputi kerusakan ginjal, kerusakan syaraf mata, pembengkakan pembuluh darah, serangan jantung, gangguan aliran kaki, gangguan mata yang menyebabkan kebutaan, impotensi, stroke, dan luka busuk.

Hipertensi

Usai memaparkan penyakit DM dan segala keterkaitannya, dr. Arief menjelaskan penyakit hipertensi atau yang dikenal dengan penyakit darah tinggi. Penyakit ini sudah ada sejak 2600 tahun sebelum masehi, namun pada tahun 1905 baru dapat ditemukan metode untuk mengukur tekanan darah.

Ia menguraikan, hipertensi atau hipertensi arteri adalah kondisi medis dengan tekanan pada pembuluh darah arteri yang meningkat. Orang yang terkena hipertensi ditandai dengan tekanan darah atas (sistolik) >140 dan tekanan darah bawah (diastolik) >90 yang terus menerus. Faktor yang mempengaruhi tekanan darah antara lain: denyut jantung, sistem syaraf otonom dan pengaruh hormon.

Secara detil, dapat dilihat dalam tabel berikut:

Kemudian dr. Arief mengungkapkan bahwa faktor resiko hipertensi meliputi orang yang memiliki penyakit diabetes melitus, makanan (ikan asin), alkohol, gender (laki-laki dengan umur >55 dan perempuan >65) dan stress tingkat tinggi.

“Bila seseorang stress maka pembuluh darah menyempit, sehingga tekanan darah meningkat,” ujarnya.

Sementara, ia menambahkan, gejala orang dengan hipertensi dapat dilihat seperti: mudah lelah (capek), nafas tersengal (ngos-ngosan), sering pusing, nyeri dada, dan sesak nafas.

“Jika terdapat gejala tersebut segera check tekanan darah, ubah pola hidup menjadi sehat, olahraga dan stop rokok,“ imbaunya.

Ia juga mengungkapkan bahwa hipertensi dapat menyebabkan pengerasan pembuluh darah, pembengkakan jantung, rusak ginjal, dan pendarahan pada mata.

“Komplikasi yang paling berbahaya jika dapat mengenai arteri coroner (pembuluh jantung mahkota), sehingga terjadi penyakit jantung coroner, dan komplikasi lain seperti gagal jantung dan pendarahan retina mata,” tuturnya.

Untuk mencegah hipertensi, dr. Arief menyarankan kepada peserta yang hadir untuk menjaga berat badan ideal, berolahraga secara rutin, konsumsi makanan rendah lemak dan kaya serat, kurangi garam, kurangi alkohol, dan berhenti merokok.

Sebagai penutup, ia pun menggarisbawahi bahwa dengan mengetahui sekilas tentang penyakit DM dan hipertensi maka seseorang dapat mencegahnya, sementara bagi mereka yang telah terkena kedua penyakit ini diharapkan dapat mengambil langkah apa yang harus dilakukan sekaligus berdamai dengan penyakit tersebut. (IO/SK, KIP-Setwapres)