Jakarta-Wapresri.go.id. Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla melakukan kunjungan kehormatan kepada Presiden Afghanistan Ashraf Ghani Ahmadzai, di Hotel Shangri-La, Jakarta, Kamis pagi (6/4/2017).

Dalam pertemuan tersebut, Ahmadzai menyampaikan Pemerintah Afghanistan ingin mempelajari pengalaman Indonesia yang mampu menangani berbagai konflik dalam negeri, sehingga banyak negara-negara di kawasan belajar dari Indonesia.

“Kami pun ingin belajar dari Indonesia, terutama dalam hal menangani ektsremisme dan terorisme,” ujar Ahmadzai.

Menurutnya, konflik yang terjadi di Afghanistan bukan merupakan perang saudara sebagaimana digambarkan oleh dunia luar, namun lebih kepada perang melawan ekstremisme dan kekerasan politik yang telah berlangsung selama 40 tahun.

“Oleh karena itu, salah satu tantangan yang kami hadapi adalah bagaimana keluar dari manajemen krisis dan mengembalikan kehidupan normal,” ungkap Ahmadzai.

Kepada Presiden Ahmadzai, Wapres bercerita selama kurun waktu 70 tahun yakni sejak Indonesia merdeka, dari 15 konflik besar di Indonesia, hanya lima konflik yang disebabkan oleh masalah ideologi.

“Sebagian besar akar penyebab konflik adalah ketidakadilan di bidang ekonomi dan politik. Oleh karena itu, kesejahteraan menjadi kunci bagi terciptanya perdamaian,” ungkap Wapres.

Wapres juga berbagi pengalamannya ketika menangani konflik di Aceh. Menurutnya, tuntutan masyarakat Aceh lebih kepada keadilan pembagian hasil pengolahan sumber daya alam.

Sementara, lanjut Wapres, apa yang terjadi di beberapa negara ASEAN memiliki akar permasalahan yang berbeda. Wapres mencontohkan apa yang terjadi di Thailand dan Myanmar. Warga di Pattani menganggap dirinya sebagai bangsa Melayu (bukan bagian dari Thailand), namun pemerintah Thailand menganggap mereka sebagai warga Thailand. Sebaliknya, warga Rohingya menganggap dirinya sebagai warga Myanmar, namun pemerintah Myanmar menganggap mereka bangsa Bengali.

“Oleh karena itu, sangat penting mengidentifikasi akar permasalahan konflik. Dalam kaitan ini, nilai-nilai di Asia lebih cocok untuk diterapkan dalam kehidupan berdemokrasi. Selain itu, perdamaian yang telah tercapai perlu terus dipelihara dan dikawal agar tidak kembali menjadi konflik,” tutur Wapres.

Kemudian Ahmadzai menanyakan peran Indonesia dalam menangani konflik yang terjadi di ASEAN. Wapres pun menjelaskan, ASEAN memiliki mekanisme konsensus dan tidak mencampuri urusan dalam negeri masing-masing.

Dalam pertemuan tersebut dibahas pula bagaimana Afghanistan ingin belajar dari Indonesia dalam membangun insfrastruktur dan perekonomian.
Wapres menyampaikan, saat ini Pemerintah Indonesia giat menyeimbangkan pembangunan infrastruktur di seluruh negeri. Hal ini terlihat dari alokasi anggaran di mana 50% dialokasikan ke pemerintah daerah dan 50% di kementerian terkait.

“Disamping itu, kami juga melibatkan sektor swasta untuk pembangunan infrastruktur,” ungkap Wapres.

Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di Indonesia, Ahmadzai memuji keberhasilan Indonesia dalam menjaga citra Islam yang moderat dan toleran ditengah keberagaman yang ada. Ia pun berharap Indonesia tetap memainkan perannya di kancah internasional yakni dengan merevitalisasi Organisasi Kerjasama Islam (OKI).

Hadir bersama Wapres Jusuf Kalla Menteri Luar Negeri Retno L Marsudi, Duta Besar RI untuk Afghanistan Arief Rachman, dan Kepala Sekretariat Wapres Mohamad Oemar. Sementara Presiden Afghanistan didampingi Menteri Ekonomi Abdul Sattar Murad, Menteri Pertambangan dan Perminyakan Nargis Nehan, serta Duta Besar Afghanistan untuk Indonesia Roya Rahmani. (KIP, Setwapres)