Palangkaraya, Kalimantan Tengah – wapresri.go.id Pada pembukaan rapat kerja nasional (Rakernas) Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Islam Swasta (BKS-PTIS) se-Indonesia serta seminar dan lokakarya pendidikan internasional di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Rabu (26/4), Wakil Presiden Jusuf Kalla menekankan bahwa perguruan tinggi Islam harus menjadi yang terdepan dalam pembinaan akhlak.

“Ujung dari agama adalah peradaban dan akhlak. Akhlaqul karimah (akhlak yang mulia –red) adalah hasil dari pendidikan. Islam harus menciptakan peradaban serta akhlak yang baik karena itulah dasar dari agama, agama apapun, apalagi Islam,” tegas Wapres.

Menurut Wapres, ilmu adalah alat, sedangkan akhlak adalah hal utama untuk mengendalikan alat.

Lebih lanjut Wapres mengatakan, dalam mengelola suatu universitas, social entrepreneurship perlu dikedepankan.

“Keihklasan itu sangat penting, tetapi tanpa entrepreneurship kita akan mengelola kampus yang kosong jiwanya,” ujar Wapres.

“Orang mau bayar mahal kalau kualitasnya baik. Sekarang, bagaimana menggabungkan kualitas dan kuantitas? Memang tidak mudah, tetapi bisa dicapai melalui social entrepreneurship, (yaitu) bagaimana dia bersifat sosial dengan gaya entrepreneur,” tambahnya.

Wapres kemudian mengatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu dari tiga negara dengan anggaran pendidikan yang besar hingga mencapai 20%.

Sayangnya, tambahnya, dengan anggaran yang besar ini, pendidikan di Indonesia belum mengalami kemajuan yang cukup berarti.

“Birokrasi pendidikan yang terlalu banyak mempengaruhi lambatnya kemajuan,” seru Wapres.

Ia kemudian berpesan bahwa pendidikan harus selalu melihat masa depan, bukan masa lalu, agar kita tidak terjebak hanya menjadi konsumen, bukan produsen, ilmu.

“Kita sering bicara (tentang) kehebatan Ibnu Sina atau Al Ghazali, padahal itu adalah kehebatan masa lalu yang patut kita hargai. (Yang harus kita lakukan) pada zaman sekarang adalah membuat kehebatan kita sendiri, karena tanpa menciptakan sesuatu, kita hanya bisa memuji masa lalu,” terangnya. Menutup sambutannya, Wapres mengimbau universitas-universitas Islam agar dapat saling bekerjasama untuk memaksimalkan kemampuan yang dimiliki.

“(Kita) perlu bersaing, karena itulah yang mendorong kita untuk maju. Tetapi, kita juga perlu bekerjasama supaya kita dapat berjuang (secara) efisien,” pungkasnya.

Sebelumnya, Ketua Umum BKS-PTIS Masrurah Mokhtar melaporkan bahwa rakernas yang dihadiri oleh 150 peserta dan berlangsung dari 25 hingga 27 April 2017 ini mengambil tema “Meningkatkan Kualitas Perguruan Tinggi Islam Swasta Menuju Berdaya Saing Global”. “Seminar dan lokakarya internasional ini juga dihadiri oleh pimpinan perguruan tinggi dari luar negeri, yaitu Korea Selatan, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Singapura, Thailand, Filipina, dan Timor Leste,” ujar Masrurah.

Turut hadir dalam acara tersebut Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir, Wakil Gubernur Kalimantan Tengah Habib H. Said Ismail, Pengurus BKS-PTIS se-Indonesia, Bupati dan Walikota se-Kalimantan Tengah, dan pimpinan PTIS se-Indonesia dan beberapa perguruan tinggi luar negeri.

Anugerah Gelar Adat Dayak

Pada kunjungan kerja ke Kalimantan Tengah ini, Wapres juga mendapat anugerah gelar kehormatan adat Dayak “Raja Marunting Batu Pangumbang Langit” yang berarti seorang pemimpin yang mampu mengangkat harkat dan martabat bangsa, kokoh, serta dapat menjaga persatuan dan kesatuan sebagai contoh panutan hidup berbangsa dan bernegara.

Penganugerahan gelar tersebut dilakukan di Bandara Tjilik Riwut, Palangkaraya, oleh Ketua Umum Dewan Adat Dayak H. Agustiar Sabran dan dikukuhkan melalui Surat Keputusan Dewan Adat Dayak No.14/DAD-KTG/KPTS/IV/2017. (KIP, Setwapres)