Jakarta, wapresri.go.id – Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin mengakui adanya pihak-pihak yang menyebut dirinya kurang terlihat perannya dalam pemerintahan. Terkait hal ini, ia menjelaskan bahwa dirinya memang bukan tipikal orang yang atraktif dan harus serba terlihat dalam bekerja.
“Mungkin banyak orang yang mengatakan bahwa saya tidak begitu banyak mengambil peran, misalnya itu dengan cara-cara sebagai wakil presiden yang tampil lebih atraktif, saya memang bukan tipe seperti itu,” ungkap Wapres saat melakukan buka puasa bersama awak media di kediaman resminya, Jl. Diponegoro No. 2, Jakarta Pusat, Senin sore (01/04/2024).
Menurut Wapres, sejak masuk di pemerintahan dirinya lebih memilih untuk menjaga harmoni dan ritme kerja yang saling melengkapi dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Bersama presiden, ia mengibaratkan seperti pemain bulu tangkis ganda yang tidak akan berada pada posisi yang sama saat bermain, tetapi saling back up satu sama lain.
“Bagaimana kita menjaga harmoni di antara kedua pasangan. Dulu saya suka main badminton, jadi saya tahu bagaimana badminton yang baik itu, ketika pasangan ini bisa menempatkan posisinya,” terang Wapres.
“Kalau pasangan itu ada di depan, tentu kita harus ke belakang, supaya kalau ada bola (shuttlecock) yang dilempar ke belakang harus ada [yang menerima]. Kalau dia berada di posisi kanan, kita harus di posisi kiri, kalau dia di posisi kiri, kita di posisi kanan, sehingga tidak terjadi benturan,” imbuhnya.
Artinya, kata Wapres, presiden dan wapres masing-masing saling mengambil peran dan posisi sesuai dengan tugas-tugas yang dimandatkan oleh peraturan perundang-undangan.
“Itu saya kira yang saya jaga, bagaimana pemerintahan ini berjalan dengan baik. Adanya saling pengertian, jangan sampai ada misunderstanding, sehingga terjadi konflik antara presiden dan wapres,” ujarnya.
Yang terpenting, menurut Wapres, bagaimana pun pola kerjanya, dirinya dan Presiden Jokowi terus fokus berupaya mensejahterakan masyarakat. Apabila terdapat hal-hal yang belum memenuhi aspirasi masyarakat, dirinya pun kerap berdiskusi dengan presiden untuk menemukan solusi yang terbaik.
“Saya biasa berpikir bahwa kita itu harus mencari yang terbaik, karena kita itu harus melakukan perbaikan-perbaikan, sebagai seorang agamawan, saya mengikuti langkah para nabi, nabi itu tugasnya melakukan perbaikan,” ungkapnya.
Inilah, tutur Wapres, prinsip yang senantiasa ia pegang dalam menjalankan pemerintahan yakni untuk terus melakukan perbaikan sesuai dengan kondisi dan kemampuan yang dimiliki.
“Sebab tentu ada keterbatasan, ada juga situasi yang mempengaruhi, sehingga upaya-upaya perbaikan itu, tentu saja tidak seluruhnya yang kita inginkan itu bisa terlaksana. Tapi semua itu harus disesuaikan dengan keadaan,” terang Wapres.
“Nah perbaikan itu menurut saya tidak pernah berhenti, artinya berkelanjutan. Karena sesuatu yang terbaik hari ini, besok mungkin sudah tidak terbaik lagi. Besok terbaik, lusa itu [mungkin] tidak terbaik lagi. Saya selalu menggunakan istilah melakukan perbaikan ke arah yang lebih baik, secara berkelanjutan,” tambahnya.
Adapun dalam konteks pemerintahan, lanjut Wapres, upaya melakukan perbaikan tersebut, tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saat ini tetapi juga pemerintah selanjutnya. Oleh karena itu, pergantian pemerintahan merupakan keniscayaan sebagai bentuk estafet kepemimpinan dalam berbangsa dan bernegara.
“Jadi membangun negara itu seperti membangun bangunan. Masing-masing periode itu menaruh bagian bangunan tertentu, kemudian terus dilanjutkan [periode berikutnya], sehingga diharapkan nanti terus menjadi bangunan Indonesia yang maju, Indonesia yang makmur,” ungkapnya.
Untuk itulah, sambung Wapres, bahwa dari berbagai program dan kebijakan yang direncanakan pemerintah saat ini, mungkin saja ada yang belum tercapai karena situasi dan kondisi tertentu. Namun demikian, dirinya optimis Indonesia ke depan tetap akan lebih baik, karena apa yang belum tercapai tersebut mungkin akan dicapai oleh pemerintahan berikutnya, sesuai prinsip bahwa perbaikan dilakukan secara berkelanjutan.
“Oleh karena itu, saya berharap bahwa saya dengan Pak Jokowi berakhir dengan husnul khotimah. Nah itu yang penting, bahwasanya tentu ada yang tercapai, ada yang tidak tercapai, saya kira itu sudah menjadi kelaziman,” ujarnya.
Terakhir, pada kesempatan ini Wapres sempat berpesan kepada awak media yang hadir agar terus membantu pemerintahan berikutnya, khususnya dalam menjaga keutuhan bangsa.
“Keutuhan bangsa itu lebih dari segalanya. Sebab itu modal, kalau negara itu sudah tidak utuh, saya kira tidak mungkin kita bisa membangun dengan baik,” tandasnya. (EP-BPMI Setwapres)