Jakarta, wapresri.go.id – Sebagai negara dengan jumlah muslim terbesar di dunia, Indonesia selalu dibanggakan karena mampu menjalankan demokrasi secara berkesinambungan. Namun, pada pemilihan umum (pemilu) serentak kali ini telah terjadi berbagai situasi yang tidak menentu. Untuk itu diperlukan peran kelompok intelektual dalam membuat kajian tentang pelaksanaan demokrasi di Indonesia, khususnya terkait pemilu.

“Suasana hari ini membawa kita sebagai intelektual untuk berpikir, apa yang terjadi di negeri kita ini,” ujar Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla saat buka puasa bersama dengan Pengurus Pusat Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (PP ICMI), di Istana Wapres, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Selasa (21/5/2019).

Wapres mencermati, setelah pemilu serentak ini seakan-akan telah terjadi polarisasi di masyarakat. Oleh karena itu perlunya kajian mengenai kondisi yang terjadi saat ini serta langkah perbaikan. Hal ini penting agar situasi yang kurang kondusif di sekitar pemilu seperti saat ini tidak terjadi lagi di masa mendatang.

“Jadi ini perlu mengkaji apa yang terjadi sebenarnya, sehingga [menghasilkan langkah] apa yang harus kita perbaiki. Perlu pengkajian sehingga [kondisi tidak kondusif] tidak terjadi lagi,” lanjutnya.

Wapres pun mengingatkan bahwa besok adalah Nuzulul Quran. Sebagai momen peringatan turunnya ayat suci Alquran tersebut, diharapkan akan membawa suasana kedamaian.

“Besok 17 Ramadan, Nuzulul Quran, mudah-mudahan dengan Nuzulul Quran ini semuanya adem ayem, saya pikir akan damai,” harapnya.

Sebelumnya, Ketua Umum PP ICMI Jimly Asshiddiqie menyampaikan bahwa suasana tegang sesudah pemilu serentak ini perlu segera diredakan. Untuk itu, perlu tokoh-tokoh yang mampu mengayomi seperti figur Jusuf Kalla yang masih menduduki jabatan Wapres hingga 20 Oktober 2019.

“Wakil Presiden RI resmi masih sampai 20 Oktober pagi, masih lima bulan,” terangnya.

Melengkapi acara buka puasa tersebut, Ari Ginanjar Agustian, menyampaikan tausiah singkat. Dalam tausiahnya, Ari memaparkan tingkatan kematangan sosio-emosional seseorang. Ia mengajak undangan yang hadir malam itu untuk terus berupaya meningkatkan diri menuju tingkatan kelima, yaitu seseorang yang mampu menjadikan Allah SWT di atas segala-galanya.

“Dalam menghadapi kebingungan dan situasi yang tidak menentu, kita harus berkeyakinan bahwa Allah SWT bersama kita, sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Musa AS dan Nabi Muhammad SAW,” pungkasnya.

Usai tausiah, Wapres dan para undangan menikmati ta’jil dan langsung sholat maghrib berjamaah, dan dilanjutkan dengan menyantap hidangan berbuka. Adapun menu utama yang disajikan antara lain ayam woku-woku, dendeng balado, dan garang asam. Sementara hidangan tambahan lainya adalah siomay, sate kambing, dan soto mie.

Hadir mendampingi Wapres Kepala Sekretariat Wakil Presiden Mohamad Oemar, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Bambang Widianto, dan Staf Khususnya Wapres Bidang Komunikasi dan Informasi Husein Abdulah. (AK/AF/Sk-KIP, Setwapres)