Jakarta-wapresri.go.id. Peningkatan pertumbuhan ekonomi membawa dampak terhadap meningkatnya kebutuhan energi listrik, tak terkecuali Indonesia. Bahkan saat ini listrik sudah menjadi kebutuhan pokok yang sangat dasar. Kalau dulu, orang selalu membicarakan sembako, listrik belum termasuk di dalamnya, kini listrik justru lebih penting daripada sembako.
“Itulah sebabnya bahwa listrik sesuatu yang mutlak kita kembangkan,” demikian diungkapkan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla saat Meresmikan Pembukaan The 4th International Geothermal Convention and Exhibition (IIGCE) 2016 yang digelar pada Rabu pagi, 10 Agustus 2016 di Jakarta Convention Center.
Lebih lanjut Wapres menyatakan bahwa pemerintah setiap lima tahun mempunyai program yang kata orang ‘ambisius’, padahal sebenarnya belum ambisius, hanya dibutuhkan.
“Karena kita memang mengalami masih di bawah tingkat-tingkat negara yang maju di Asia, baik dari sisi elektrifikasi, juga dari sisi konstruksi per-kapita dan per-industri yang lebih kecil dari itu semuanya,” jelas Wapres.
Oleh karena itu, lanjut Wapres, apabila ingin cepat mencapai kemajuan, 35.000 MW itu merupakan suatu kebutuhan dan keharusan, kalau ingin sejajar dengan negara-negara lain di Asia ini, atau maju sama dengan negara lain, serta untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang masih 80% tingkat elektrifikasinya.
“Ini tidak mungkin ditunda demi kemajuan negeri ini,” tegas Wapres
Pada kesempatan tersebut Wapres juga menyinggung tentang energi terbarukan yang mempunyai potensi besar di Indonesia yaitu geothermal. Walaupun tingkat rekonstruksi pembangunannya cukup mahal, namun memiliki tingkat suistainability yang terjaga dan otomatis juga harus menjaga hutan sekitarnya untuk menjaga keberlanjutan daripada programnya. Karena tanpa hutan maka geothermal akan habis.
”Karena itulah maka saya mengharapkan geothermal ini menjadi bagian yang prioritas,” harap Wapres.
Sementara itu dalam siaran pers-nya, Ketua Umum Asosiasi Panas Bumi (API), Abadi Poernomo, menyatakan bahwa Asosiasi Panas Bumi (API) merupakan organisasi profesi tempat bergabungnya para pakar, peneliti, pemerhati dan perusahaan.
“API merupakan mitra kerja pemerintah dalam memberikan masukan-masukan, kajian ilmiah dalam beberapa hal dengan visi untuk dapat mempercepat pengembangan energi panas bumi di indonesia, oleh karena itu hasil kegiatan IIGCE 2016 akan menjadi suatu bentuk laporan yang akan disampaikan kepada pemerintah sebagai masukan,” ujarnya.
IIGCE 2016 diprakarsasi oleh Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM bekerja sama dengan Asosiasi Panas bumi Indonesia (API) dengan mengambil tema Innovative Breakthrough to Achieve 7000 MW Geothermal Development by 2025.
Hadir dalam kesempatan tersebut Ketua DPD-RI Irman Gusman, Menteri ESDM Archandra Tahar, Wakil Ketua MPR Oesman Sapta, Pimpinan Komisi VII DPR-RI, Perwakilan Duta Besar Negara Sahabat serta beberapa Pimpinan BUMN. (KIP, Setwapres)