Pembukaan Kongres Diaspora Indonesia Ke-3 Tahun 2015
Jakarta. Kemajuan suatu negara sangat bergantung pada kemampuan negara itu dalam meningkatkan kemampuan di berbagai bidang ilmu pengetahuan, penerapan teknologi, dan yang terpenting adalah keterbukaan. Begitu pula dengan kemampuan terhadap akses modal yang dapat diperoleh dari mana pun berkat jejaring yang dimiliki oleh warga negaranya. Pernyataan ini disampaikan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ketika memberikan sambutan pada Peresmian Pembukaan Kongres Diaspora Indonesia yang ke-3 tahun 2015 di Hotel JS Luwansa Jakarta, Rabu 12 Agustus 2015 siang.
Dalam pandangan Wapres, Diaspora Indonesia memiliki banyak kelebihan berkat keberadaannya, seperti pengalaman di bidang Industri, bisnis dan sebagainya. “Mempunyai network yang sudah terjalin, tentu network tersebut penting untuk kemajuan kita semua. Dan juga tentu mempunyai modal yang dapat diakses tentunya juga, suatu hal yang sangat penting untuk kemajuan suatu negara,” kta Wapres.
Wapres menggarisbawahi bahwa yang penting juga dengan keberadaan Diaspora ini adalah Indonesia membutuhkan akses untuk memasuki pasar di luar negeri. Wapres berharap Diaspora ini dapat membuka akses-akses yang lebih baik di manapun mereka berada, sehingga akses ekspor kita dapat lebih mudah terbantu. “Tugas bersama kita membangun negeri dengan memberikan ilmu yang diperoleh, teknologi yang dikuasainya, modal yang dapat diakses, dan pasar yang dapat dicapai,” ucap Wapres.
Upaya membuka akses di pasar internasional itu, kata Wapres, tentunya akan menjadi kebagiaan tertinggi karena kita masih dapat mengabdi kepada teman, saudara, keluarga, dan bagnsa kita. “Sehingga memberikan kebanggaan kepada kita semua,” ucap Wapres.
Wapres mengatakan bahwa akses-akses yang lebih baik itu diperlukan oleh kita semua, sekaligus membuktikan bahwa kita dapat menghasilkan karya-karya terbaik yang diakui di dunia. Upaya ini juga untuk menghapus kesan di beberapa negara tertentu, terutama di Timur Tengah, banyak orang Indonesia yang bekerja hanya untuk melayani golongan tertentu di engara tersebut. “Kita juga ingin memberikan bukti bahwa bangsa inipun, mempunyai kemampuan lebih daripada itu semuanya,” ujar Wapres.
Dalam pandangan Wapres, berbagai alasan yang menyebabkan terjadinya pergerakan penduduk dari satu negara ke negara lainnya. Di Asia misalnya, Tiongkok yang memiliki penduduk terbesar, tentunya warga Tiongkok yang paling banyak berada di luar negaranya. BIla kita melihat dari jumlah penduduknya, setelah Tiongkok adalah India dan Indonesia di urutan ketiga. “Jadi kalau diukur dari jumlah penduduk, mestinya Diaspora kita adalah yang terbesar ketiga,” kata Wapres.
Tetapi, lanjut Wapres, ternyata Filipina memiliki Diaspora lebih banyak dibandingkan Indonesia bila diukur dari sisi jumlah transfer keuangan. Pesaing Indonesia lainnya adalah Thailand, tapi kalau diukur dari jumlah rumah makan yang ada di luar negeri, Thailand memiliki lebih banyak dibanding Indonesia.
Pengalaman unik ditunjukkan oleh India dimana ketika warganya berada di luar negeri, mereka belajar dan ketika kembali mengembangkan daerahnya, seperti Bangalore, yang dikembangkan dari Diaspora India yang belajar di Amerika. Demikian pula Filipina, tetapi pengalaman mereka tidak perlu dicontoh, karena kalau mencari eksekutif terbaik Filipina adanya di luar negeri. “Sehingga menyebabkan masalah bagi negaranya,” tutur Wapres.
Memperhatikan contoh ini, kata Wapres, kita tidak ingin putra-putri terbaik Indonesia lari ke luar negeri, karena memang orang yang terbaik dan terkuatlah yang mudah mendapatkan posisi di luar negeri. Hal seperti ini terkadang menjadi masalah yang selalu dihadapi suatu negara, namun disisi lain masyarakat menginginkan kehidupan yang lebih baik. “Ada yang ingin lebih baik dari segi pekerjaan, ada yang ingin lebih baik dari segi pengetahuan sehingga dia belajar, dan ada yang ingin gajinya lebih baik sehingga dia kerja di luar negeri,” kata Wapres.
Tentunya, kita ingin mendengarkan pernyataan tekad dari semua Diaspora yang memiliki tekad hidup yang lebih baik, tetapi tetap cinta tanah air, dan bagaimana semua yang diperoleh dapat bermanfaat untuk bangsa ini. “Kita semua menghargai cita-cita itu, karena memang kebahagiaan itu muncul apabila kita selalu dapat memberikan sesuatu,” tegas Wapres.
Wapres mengharapkan agar karir Diaspora Indonesia di luar negeri juga dapat setingkat dengan karir masyarakat dari berbagai negara yang ada, seperti warga India yang menjadi Presiden Pepsi Cola, Google dan sebagainya. Hal seperti itulah yang diharapkan dialami oleh Diaspora Indonesia.
Di akhir sambutan, Wapres meminta agar Kongres Diaspora ke-3 dapat menjaga kebersamaan, saling tukar-menukar pengalaman, saling memajukan, dan saling mendorong, yang semuanya adalah untuk kemajuan. Memang, kata Wapres, itulah tujuan kita semua berbangsa. “Bangsa ini selalu membutuhkan orang-orang seperti Anda, yang mempunyai kemampuan lebih baik, mempunyai pengetahuan yang lebih baik, akses yang lebih baik, tapi tetap cinta tanah air seperti kita semua,” kata Wapres.
Usai memberikan sambutan, Wapres didampingi oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Chairman Diaspora Indonesia Edward Wanandi memukul Talempong yang menandakan dimulainya Kongres Diaspora ke-3. (Supriyanto).