Donor Seribu Kantung

Donor Seribu Kantung Dari Tunanetra untuk Kemanusiaan

Jakarta. Dalam donor darah tidak ada perbedaan sama sekali antara mereka yang memiliki penglihatan yang baik, dengan mereka yang memiliki kekurangan dalam penglihatan. “Selama kesehatan jasmaniah baik sesuai dengan syarat-syarat publik tentu akan dijalankan,” ujar Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ketika memberikan sambutan pada acara Donor Seribu Kantung Dari Tunanetra untuk Kemanusiaan di Stadion Madya Senayan Jakarta, Sabtu 9 Mei 2015.

Meski para pendonor itu adalah tunanetra, mereka yang tidak mempunyai penglihatan jasmaniah. Tetapi Wapres meyakini, bahwa hari ini atau selamanya para pendonor melihat dengan hati. “Jadi walaupun tidak melihat dengan mata, tetapi anda melihat dengan hati kepada sesamanya. Disitulah yang menghubungkan kepada kita semuanya,” ucap Wapres yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI).

Melalui seribu kantong darah, kata Wapres, artinya para pendonor telah memberikan keselamatan, kehidupan kepada 1000 jiwa yang mungkin saja mengalami kecelakaan, akan dioperasi, ataupun masalah-masalah lainnya. “Dia selamat karena donor darah dari saudara-saudara sekalian,” ujar Wapres.

Untuk itulah, Wapres menyampaikan terima kasih kepada para pendonor. “Karena dalam kekurangan itulah anda mempunyai kesempurnaan dalam amal ibadah,” kata Wapres.

Sebagai manusia kita, kata Wapres, Tuhan memberikan manusia itu sesempurna-sempurnanya. Dalah satunya adalah semua kehidupan kita, fisik kita, semuanya bergerak karena aliran darah. “Sebegitu darah kita mengalami masalah apakah kekurangan, ataupun masalah maka manusia bisa mengalami masalah juga,” kata Wapres.

Wapres menjelaskan bahwa apapun jenis penyakit yang diderita manusia, semuanya dapat dilihat dari setetes darah. Untuk itulah Wapres mengingatkan bahwa mereka yang mendonorkan darahnya adalah mereka yang telah menyumbang untuk kemashalatan orang yang sulit, karena mereka yang melakukan transfusi darah tidak dengan hati gembira. “Apakah mau dioperasi, apakah mau masalah-masalah lain, apakah masalah karena setelah melahirkan, semuanya orang yang tentu sangat membutuhkan,” ujar Wapres.

Sebelum menyampaikan sambutan, Wapres menyaksikan anak-anak yang membacakan puisi yang luar biasa tentang masih adanya diskriminasi di bidang pendidikan kepada mereka yang memiliki kekurangan jasmaniah. Wapres mengakui bahwa pemerintah atau masyarakat tidak boleh dan tidak akan mengadakan diskriminasi dalam pendidikan. Bahwa saat ini masih ada diskriminasi dengan adanya sekolah luar biasa, disesuaikan dengan situasi kita.

Sebenarnya, jelas Wapres, apabila memungkinkan tentu juga dapat bersekolah di sekolah-sekolah umum biasa dengan suatu treatment yang berbeda kepada masing-masing. “Tetapi sekali lagi saya sangat terharu mendengarkan permintaan agar pendidikan tidak diskriminasi, diperlakukan sama dengan siapa saja, anak-anak biasa, tentu itulah niat dan apa yang kita ingin laksanakan,” ujar Wapres.

Untuk itu Wapres berjanji, permintaan anak-anak tadi akan menjadi pegangan pemerintah dalam menjalankan tugas-tugasnya di bidang pendidikan kepada siapapun anak bangsa yang ada di negeri ini. “Sekali lagi saya ingin mau menyampaikan terima kasih terhadap penghargaan, karena anda semua, di seluruh Indonesia, secara kawan-kawan 3,6 juta yang mengalami kekurangan dalam panca indra melihat, tetapi mempunyai hati yang suci saling membantu kepada siapapun yang kita butuhkan,” kata Wapres.

Turut hadir mendampingi Wapres, Ketua Dewan Pembina Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Bob Hasan, Ketua Umum Pertuni Aria Indrawati dan dan Ketua PMI DKI Jakarta Rini Sutiyoso. Acara ini merupakan kerjasama PMI dan Pertuni. (Endang/Muchlis)

***