Jakarta, wapresri.go.id – Kebutuhan energi terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan pembangunan. Kondisi tersebut mendorong Pemerintah untuk berupaya melakukan terobosan-terobosan baru dalam mengembangkan dan memanfaatkan Energi Baru Terbarukan (EBT) sebagai sumber energi bersih demi masa depan.

“Kebutuhan energi meningkat kira-kira 12 persen setiap tahun. Kebutuhan energi adalah sebuah keniscayaan yang tidak pernah berhenti. Setiap kemajuan tidak mungkin tanpa energi. Apalagi masyarakat saat ini yang berada di apartemen atau rumah-rumah bertingkat ingin punya AC, TV, mesin cuci. Makanya, kita harus menciptakan iklim udara yang lebih baik,” kata Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla saat membuka Pameran The 7th Indonesia EBTKE Conference and Exhibition (IndoEBTKE ConEx) tahun 2018 di Balai Kartini, Jakarta, Rabu pagi (29/8).

Di acara yang bertajuk ‘Investment Breakthrough to Achive Renewable Energy Target‘ ini, ke depannya, Wapres berharap Pemerintah segera mencari terobosan baru untuk menciptakan energi bersih, berkelanjutan, dan memiliki harga terjangkau, sehingga menarik minat para investor untuk menanamkan modal di sektor Energi Baru Terbarukan.

“Terobosan yang ingin dicapai agar mempunyai energi yang bersih, sustainable dan konstan harganya,” harapnya.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan melaporkan, bahwa sesuai dengan komitmen Indonesia pada Conference of Parties (COP) 21 di Paris tahun 2015 mengenai penurunan emisi karbon, pengembangan energi baru terbarukan harus didorong dan dipercepat.

“Kementerian ESDM terus bekerja keras untuk merealisasikan strategi percepatan pengembangan EBT, salah satunya melalui perluasan pencampuran Biodiesel dalam BBM sebesar 20% untuk sektor transportasi,” ucapnya.

Jonan menambahkan, bahwa pengembangan EBT didorong lebih cepat dan sampai hari ini di sektor ketenagalistrikan, EBT menyumbang 12,7% dalam bauran energi, sehingga masih perlu 10,3% untuk mencapai 23%.

“Sektor transportasi sesuai arahan Bapak Presiden dan Wakil Presiden, perluasan B20 akan berlaku secara efektif mulai tanggal 1 September 2018 untuk sektor transportasi dan BBM, sehingga bauran EBT bisa menjadi 15%,” katanya.

Sementara ditempat yang sama, Surya Darma selaku ketua panitia, menyampaikan bahwa saat ini pemerintah juga telah menunjukkan komitmennya, untuk merealisasikan target yang ditetapkan pemerintah melalui kejelasan dan transparansi dari metodologi yang digunakan dalam menentukan penurunan emisi.

Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) telah dan akan terus bekerjasama dengan pemerintah, untuk mengembangkan energi terbarukan di Indonesia, demi kesejahteraan masyarakat.

“METI merasa bangga menjadi bagian dari upaya Pemerintah untuk ikut menarik para investor, mencari terobosan teknologi dan regulasi, serta pola pendanaan untuk mencapai target bauran energi 23% pada tahun 2025. Salah satunya dengan mendukung percepatan B20,” ujar Surya.

Surya mengakui, bahwa masih banyak tantangan dalam pengembangan EBT di Indonesia secara komersial, seperti menciptakan harga yang kompetitif bagi para investor.

Acara yang digelar 29 hingga 31 Agustus 2018 ini, merupakan agenda tahunan METI, yang didukung oleh Kementerian ESDM c.q Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), menekankan energi terbarukan menjadi solusi untuk keamanan energi yang pada saat ini terjadi krisis energi di berbagai sektor.

Berbagai rangkaian kegiatan diselenggarakan pada acara IndoEBTKE Conex ini, antara lain adalah conference, exhibition, breakout session paper competition, dan training session. (RN/SY, KIP-Setwapres).