Jakarta-wapresri.go.id. Negara-negara di seluruh dunia harus saling bekerjasama dalam mengatasi masalah perkotaan yang semakin rumit, sehingga kota dan masyarakatnya ke depan, akan menjadi lingkungan yang nyaman dan menjadi pusat peradaban bagi setiap negara.

“Hanya dengan kerjasama dunia yang baik, semua masalah bisa kita atasi,” ujar Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla saat menyampaikan Keynote Speech dan membuka “The Third Preparatory Committee Meeting for Habitat III di Grand City Convention and Exhibition, Surabaya, Senin pagi, (25/7/2016)

Wapres memiliki pandangan mengenai terjadinya tren urbanisasi yang saat ini melanda hampir setiap kota di dunia, termasuk Indonesia. Salah satu penyebab urbanisasi, sebut Wapres, meningkatnya efektivitas dan efisiensi dalam pengelolaan pertanian dengan teknologi, sehingga mengurangi tenaga pekerja. Di sisi lain, industri di perkotaan berkembang pesat dan membutuhkan banyak pekerja.

“Pertanian di samping tetap dibutuhkan lebih banyak lagi untuk makanan penduduk dunia, tapi tingkat efisiensi makin baik, sehingga kalau di Indonesia 40 tahun lalu mayoritas penduduk bekerja di sektor pertanian, sekarang sisa 33 persen,” jelas Wapres.

Selanjutnya Wapres mengingatkan program Habitat yang merupakan bagian dari Sustainable Development Goals (SDG’s) yang telah dideklarasikan di PBB pada tahun lalu. Program kesebelas dari SDG’s itu, kata Wapres, meminta seluruh negara-negara dunia agar membuka kota menjadi inklusif dan mengakomodasi semua orang yang ingin masuk ke dalamnya.

“Larangan ke kota tidak lagi efektif, contoh seperti di Jakarta. Kota harus membuat ketahanan, harus tangguh kota itu dalam menghadapi banyak masalah, masalah bencana, stres, dan lainnya,” ucap Wapres

Terkait soal permukiman warga perkotaan, Wapres menyatakan kembali pentingnya pembangunan rumah susun atau apartemen sebagai solusi dari terbatasnya lahan yang tidak sebanding dengan pertumbuhan penduduk. Sebaliknya penggunaan lahan pertanian sebagai daerah pemukiman dinilai bukan langkah yang tepat.

“Kehidupan vertikal menjadi bagian sangat penting. Tidak mungkin semua orang bisa mendapatkan lahan yang sangat besar, maka kehidupan vertikal lah yang menjadi solusi untuk semua ini dimana pun di dunia ini,” terang Wapres.

Lebih jauh, perubahan iklim (climate change) dan pemanasan global (global warming) telah menjadi tantangan yang dihadapi dunia saat ini sehingga perlu kepedulian bersama dalam mengatasinya

“Dibutuhkan suatu kota yang lebih hijau, supaya jangan memakai energi yang besar, harus green energy dan green building,” pesan Wapres

Mengakhiri sambutannya, Wapres meminta kepada para delegasi untuk terus melanjutkan program-progam yang bermaafaat dan berkelanjutan dengan langkah yang konkrit, bukan hanya selesai dalam pembahasan di forum semata.

“Harapan saya, ini bukan langkah sejenak, tapi langkah yang sustainable dan berkelanjutan,” pungkas Wapres

Habitat III merupakaan pertemuan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Perumahan dan Pembangunan Perkotaan Berkelanjutan (United Nations Conference on Housing and Sustainable Urban Development) yang dikenal dengan Habitat III, akan diselenggarakan di Quito, Ekuador, tanggal 17-20 Oktober 2016.

Konferensi ketiga dari rangkaian konferensi yang pertama kali diselenggarakan PBB pada tahun 1976, bertujuan memperkuat komitmen politik global untuk urbanisasi yang berkelanjutan. Produk pertemuan tingkat tinggi global ini disebut sebagai Agenda Baru Perkotaan (New Urban Agenda). Agenda ini akan menetapkan prinsip-prinsip dan komitmen dunia untuk strategi pembangunan perkotaan yang berkelanjutan dua dekade ke depan.

Tampak hadir mendampingi Wapres, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basoeki Hadimoeljono, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Natsir, Kepala Setwapres Mohamad Oemar, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Bambang Widianto. (KIP, Setwapres)