Jakarta-wapresri.go.id. Ada dua masalah di dunia ini yang terbatas keberadaannya, yaitu tanah dan air. Tanah tidak bisa ditambah, dan air yang jumlahnya hampir 75%. Tapi konsumsi air yang dapat dipakai oleh manusia adalah 0,003%, sehingga selalu mengalami keterbatasan.

“Jadi, apa yang kita lakukan adalah tentu memakai air itu dengan baik, mengatur air itu dengan baik dan bagaimana air itu sampai ke masyarakat dengan baik. Itulah fungsi kita hadir hari ini, bagaimana kita dapat mengefisienkan kebutuhan air, sumber air dan distribusi yang baik,” ucap Wapres ketika meresmikan Pembukaan Indonesia Water and Waste Expo and Forum (IWWEF) Tahun 2016, di Plenary Hall, Jakarta Convention Center, Selasa (3/5/2016).

Menurut Wapres perlunya efisiensi kebutuhan air, untuk menghindari krisis air sebagaimana yang terjadi pada 25% penduduk India (sekitar 300 juta jiwa).

Indonesia, lanjut Wapres, sekalipun banyak memiliki daerah hijau, namun sebanyak 50 juta hutan dalam kurun waktu hampir 50 tahun hilang. Sehingga, menyebabkan berkurangnya sumber air, padahal kebutuhan air penduduk semakin meningkat setiap tahunnya.

Untuk itu, Wapres mengimbau, perlunya efisiensi hidup dalam penggunaan air dalam kehidupan sehari-hari. Peralihan mandi konvensional yang lebih bersih dengan menggunakan gayung menjadi penggunaan shower, dinilai bisa menurunkan jumlah penggunaan air sekaligus efisiensi dari mandi itu sendiri. Dengan efisiensi penggunaan air, kurang lebih 10% pengeluaran dapat  diperbaiki.

“Efisiensi harus merubah,” tegas Wapres.

Selain mengurangi penggunaan air, Wapres juga menekankan agar air yang digunakan untuk masyarakat juga bersih, karena sebagai kebutuhan pokok, air digunakan untuk kehidupan dan kesehatan. Menurut hemat Wapres, perhatian pemerintah terhadap biaya masalah kesehatan yang mencapai trilyunan, tentunya akan dapat diturunkan jika siklus kehidupan juga di kelola dengan baik. Dengan air bersih, maka masyarakat akan terhindar dari diare dan penyakit lainnya yang disebabkan oleh rendahnya kualitas air dalam kehidupan.

Dalam tingkat kemahalan, Wapres mengilustrasikan bahwa konsumsi air per kubik bagi masyarakat yang kurang mampu berada pada angka 10-15 kubik per hari dengan harga rata-rata 2500 per kubik atau sekitar Rp. 25.000 (setara dengan harga dua bungkus rokok). Sekiranya masyarakat berhenti merokok setengahnya saja, tentunya akan meningkatkan kebutuhan airnya setiap hari.

”Padahal makin banyak air anda makin sehat, sementara makin banyak merokok anda makin sakit. Jadi tinggal dibandingkan rokok dengan air saja, pasti semua orang memilih air,” jelas Wapres.

Pentingnya kebutuhan air ini, lanjut Wapres, menjadi perhatian pemerintah. Oleh karena itu, penghapusan hutang Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) oleh negara dilakukan sebagai bentuk keadilan antar sektor. Menurut Wapres, keperluan pengoptimalisasian distribusi air seyogyanya selaras dengan optimalisasi susbsidi energi (BBM).

Untuk menghindari berkurangnya air di kemudian hari, Wapres mengimbau, sejak dini perlu merubah sistem drainase dari semula ke laut menjadi ke darat, atau dikenal dengan penyulingan air sehingga dapat dipakai ulang minimal 3-5 kali seperti di Singapura dan Jepang.

Wapres meminta Menteri Dalam Negeri untuk memerintahkan daerah-daerah agar segera memulai proyek daur ulang air ini, agar masyarakat bisa hidup lebih hemat dan efisien.

“Itulah harapan saya, semoga kita semua menyadari dan melaksanakan untuk mengatasi kebutuhan hari ini dan juga kebutuhan masa datang tentang air dan juga solusi-solusi yang harus kita laksanakan secara konsekuen untuk mendapatkan suatu kehidupan yang lebih baik pada masa datang anak cucu kita mulai dari sekarang,” tutup Wapres.

Di awal acara, Ketua Umum Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia (PERPAMSI) Rudie Kusmayadi, melaporkan pelaksanaan IWWEF 2016 untuk memperkuat sinergitas kalangan industri air minum dan air limbah dalam rangka mempercepat pencapaian target akses universal air minum dan sanitasi tahun 2019 yang telah dicanangkan oleh pemerintah.

“Selain hal itu, tahun ini juga kami maksudkan dalam rangka konsolidasi pencapaian 10 juta sambungan rumah sebagaimana dicanangkan oleh bapak Wapres pada tanggal 15 Januari 2016 yang lalu,” ujar Rudie.

Rudi juga menyampaikan bahwa IWWEF menjadi ajang mengkomunikasikan tentang pembebasan utang PDAM di seluruh Indonesia oleh Pemerintah dan sosialisasi target 10 juta sambungan.

“Saya mengharapkan dengan adanya penghapusan hutang ini menjadi suatu energi bagi seluruh PDAM di Indonesia dalam rangka meningkatkan pelayanan dibidang air minum kepada masyaraka Indonesia secara keseluruhan di tanah air ini,” ucapnya.

IWWEF adalah forum air minum dan air limbah terbesar di tanah air yang digelar setiap dua tahun sekali sejak 2011. Pameran dan seminar yang diselenggarakan IWWEF tahun ini mengambil tema “Water Technology (Watertech)” dan diikuti lebih dari 50 perusahaan dibidang water utility.

IWWEF bagi PERPAMSI memiliki arti strategis guna menuju capaian yang lebih baik di sektor air minum dan air limbah terutama dalam mengejar target RPJMN 2015-2019 bidang cipta karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang dikenal dengan “100-0-100”. Target tersebut adalah 100 persen akses aman air minum, 0 persen permukiman kumuh, dan 100 persen akses sanitasi layak yang ditargetkan pada akhir 2019.

Hadir dalam kesempatan tersebut Menteri PUPR Basoeki Hadimoeljono, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, serta beberapa duta besar perwakilan negara sahabat. (KIP, Setwapres)