Bogor, wapresri.go.id — Sebagaimana diketahui, masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden (Wapres) periode 2019-2024 akan segera berakhir. Hal ini bersamaan dengan pelantikan Presiden dan Wapres Terpilih yang dijadwalkan pada 20 Oktober 2024 mendatang. Dalam rangka mempersiapkan kepemimpinan baru menyambut Wapres terpilih, Biro Pers, Media, dan Informasi (BPMI) Sekretariat Wakil Presiden (Setwapres) menggelar focus group discussion (FGD) yang bertema “Strategi Komunikasi pada Masa Transisi melalui Publikasi Konten Wapres di Media Sosial”. Dalam FGD ini menghadirkan dua orang pakar yang berbicara gamblang mencermati komunikasi publik di era kepemimpinan baru nanti.
Kepala BPMI Rusmin Nuryadin dalam sambutannya memaparkan bahwa strategi komunikasi, termasuk di media sosial, penting untuk dipersiapkan. Sebab, strategi tersebut berperan penting dalam membangun citra dan reputasi Wapres, membentuk opini publik, meminimalisir miskomunikasi dan mispersepsi, hingga membangun jaringan relasi antara organisasi dengan masyarakat.
“Tujuannya membangun citra dan reputasi, membentuk opini publik, menampung dan mengolah aspirasi masyarakat, mengklarifikasi data dan informasi yang berkembang di masyarakat, meminimalisir miskomunikasi dan mispersepsi, menjalin hubungan antara organisasi dengan masyarakat,” sebutnya saat membuka acara FGD di Sentul SICC Complex, JI. Jend. Sudirman No.1, Citaringgul, Babakan Madang, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (28/09/2024).
Forum diskusi ini, lanjut Rusmin, diharapkan mampu menjadi ajang untuk meninjau kembali serta mengoptimalkan langkah-langkah yang sebelumnya digunakan BPMI dalam mengelola media komunikasi, layanan hubungan media, dan sumberdaya.
“Kita gelar acara ini, yaitu untuk mereposisi apa yang perlu dilakukan terkait pengelolaan media komunikasi, layanan hubungan media, dan tentunya menyangkut sumberdaya komunikasi,” jelasnya.
Lebih jauh, Kepala BPMI Setwapres menuturkan bahwa berdasarkan pengalaman selama ini, mayoritas media di lingkungan Setwapres cenderung menggunakan siaran pers yang dibagikan sebagai acuan utama mereka dalam merilis berita. Hal ini menunjukkan efektivitas penyebaran informasi melalui siaran pers. Meskipun begitu, terdapat beberapa media yang memilih membuat berita dengan menekankan sudut pandang lain, namun tetap merujuk pada sumber resmi Setwapres.
“Hampir sekitar 90% rilis yang kita share (bagikan) itu dikutip oleh media-media. Ada beberapa mungkin yang meng-create (membuat) dan memaparkan dari angle (sudut pandang) lain,” ujarnya.
Kendati demikian, Rusmin menyampaikan, BPMI akan senantiasa berinovasi dalam mengolah data menjadi informasi yang kekinian dan aktual dengan melibatkan pihak-pihak terkait. BPMI juga terus membangun jaringan yang lebih luas dengan melibatkan para awak media, serta memperkuat tim dengan menambah personel muda yang memiliki keahlian khusus di bidang ini, sehingga diharapkan mampu meningkatkan kualitas komunikasi dan penyebaran informasi kepada publik.
“BPMI terus melakukan inovasi untuk meng-create (membuat) data menjadi informasi yang bersifat kekinian sesuai dengan kondisi aktual dengan melibatkan Tim Substansi untuk memasok data, membentuk networking yang melibatkan para awak media, dan menambah personel dari kalangan muda yang membidangi,” pungkasnya.
Selanjutnya, terkait strategi komunikasi ini, narasumber dari Konsultan Komunikasi Okky Nur Irmanita menyebutkan, terdapat sebuah teori bernama Harapan Vroom (Vroom’s Expectancy Theory) yang dapat dijadikan sebagai acuan BPMI Setwapres. Dalam konteks kepemimpinan, lanjutnya, teori ini menjelaskan bahwa orang-orang akan memiliki harapan tertentu jika mereka percaya pemimpin baru memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan mereka atau mencapai hasil yang diinginkan.
Terdapat tiga komponen yang difokuskan dalam teori ini, yaitu : 1) valensi, mengenai apakah hasil yang diharapkan bernilai bagi publik; 2) ekspektasi, terkait apakah pemimpin baru mampu melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil tersebut; 3) instrumentalitas, yakni apakah tindakan pemimpin baru benar-benar akan membawa hasil yang diinginkan.
“Tiga poin ini nanti yang ditunggu-tunggu dari konten-kontennya Setwapres,” ujar Okky.
“Kalau kita cerita sosial media, begitu ada konten kegiatan wapres yang memenuhi tiga komponen ini, pasti impresi dan engagement-nya akan tinggi. Karena tadi, orang menaruh ekspektasi besar,” imbuhnya.
Okky juga menyebutkan, komunikasi memiliki beberapa tujuan, antara lain untuk edukasi dan sosialisasi publik; pembentukan reputasi lembaga; pembentukan reputasi individu; pelaporan kinerja individu maupun lembaga; dan ajakan keterlibatan bagi publik. Dalam hal ini, ia menekankan bahwa kunci utama keberhasilan komunikasi ada pada keterlibatan publik.
“Keterlibatan publik ini sebenarnya level dewa kalau di marketing komunikasi. Kalau kita belajar marketing funnel, level paling pertama dari marketing atau komunikasi juga, itu adalah awareness. Setelah awareness, consider. Setelah consider, dia engage, setelah itu action,” urainya.
Tidak hanya itu, sambungnya, yang juga perlu diperhatikan dalam menyusun strategi komunikasi adalah unsur keterbukaan dan transparansi, aktual dan kredibel, serta partisipatif.
Senada dengan Okky, narasumber Produser Film sekaligus Dosen Jose Prabowo pun memaparkan, terdapat tiga strategi komunikasi di media sosial yang perlu difokuskan oleh BPMI, yakni Strategi Meningkatkan Kesadaran (Awareness), Strategi Peningkatan Keterlibatan (Engagement), serta Strategi Kemitraan dan Kolaborasi.
“Jadi yang pertama kita ngomongin strategi kesadaran. Awareness itu akan jadi tingkat yang paling dasar banget dalam memperkenalkan sebuah persona ataupun memang sebuah brand. Jadi banyak banget area yang akan kita sentuh sebesar-besarnya, sebanyak-banyaknya dan selebar-lebarnya supaya orang memahami mengenai ini,” terangnya.
Sementara strategi peningkatan keterlibatan, salah satunya adalah melalui pemasaran konten, mulai dari blog, video, dan infografis yang berfokus pada kelebihan persona.
“Yang ketiga adalah memang strategi kemitraan. Strategi kemitraan atau kolaborasi sangat besar [pengaruhnya] untuk bisa mendapatkan simpatisan ataupun banyak masyarakat,” tutupnya.
Setelah pemaparan materi oleh para narasumber, kegiatan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Sesi ini diikuti dengan sangat antusias oleh para peserta, mengingat banyaknya pertanyaan yang diajukan.
Selain Kepala BPMI, hadir dalam kesempatan ini Asisten Deputi Hubungan Luar Negeri Lukman Hakim Siregar dan Kepala Biro Tata Usaha, Teknologi Informasi, dan Kepegawaian Yayat Hidayat.(HB/AS – BPMI Setwapres)