Bogor-wapresri.go.id. Teknologi satelit generasi ketiga hasil kerjasama antara Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) yang disebut sebagai Satelit LAPAN-A3/IPB, diharapkan dapat mendorong produktivitas pengelolaan sumber daya alam bangsa, terutama dalam bidang pertanian, perikanan dan kemaritiman secara efektif dan efisien ke depan.
“Ini langkah-langkah yang maju untuk perbaikan peningkatan teknologi kita. Apalagi negara ini sangat luas dan berupa kepulauan. 75 persen luas wilayah kita adalah laut, maka perlu pemantaun yang lebih baik agar tidak terjadi masalah-masalah bagi rakyat kita, dan juga pelanggaran yang terjadi oleh negara lain,” demikian disampaikan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla dalam sambutannya saat menyaksikan peluncuran Satelit LAPAN-A3/IPB dan meresmikan Sistem Pemantauan Maritim berbasis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di Pusat Teknologi Penerbangan LAPAN, Rumpin, Bogor, Jawa Barat, Rabu (22/6/2016).
Satelit LAPAN-A3/IPB itu sendiri, diluncurkan dari Sriharikota, India, dalam satu roket bersamaan dengan satelit dari beberapa negara yakni, Amerika Serikat, Kanada, Jerman dan India.
Wapres menekankan pentingnya pemanfaatan teknologi satelit itu untuk para petani dan nelayan agar lebih mudah dalam mengeksplorasi kekayaan alam, sehingga dapat menaikkan produktivitasnya.
“Kita punya banyak kekayaan yang selalu kita bicarakan, yang dibicarakan tapi tidak dimanfaatkan, seperti perikanan. kita bicara banyak tapi kadang-kadang orang mengetahui lebih baik daripada kita, sehingga orang menangkap lebih pintar ya. Kita tidak tahu bahwa disitu punya kekayaan lebih besar, akhirnya kita menganggap itu pencurian,” jelas Wapres.
Lebih jauh Wapres menegaskan agar teknologi satelit yang dimiliki, dapat dimanfaatkan secara bersama dengan sinergi lintas sektoral berbagai kementerian dan lembaga dengan tujuan sinkronisasi dan akurasi data secara nasional, terutama terkait kebutuhan pangan.
“Selama ini, apabila hanya mengandalkan kasat mata, maka terjadilah keributan nasional. Maka produksi pangan contohnya, akibat mengandalkan kasat mata, maka semuanya mengira-ngira, menambah-nambah. Maka terjadilah angka yang jauh berbeda daripada kenyataan,” ungkap Wapres.
Data yang akurat dan terpadu tersebut, diharapkan dapat menjadi acuan pemerintah dalam menentukan kebijakan yang akan diambil selanjutnya. Seperti dicontohkan Wapres, apabila diketahui produksi pangan telah terpenuhi dari perkiraan data yang akurat, maka pemerintah tidak akan mengimpor pangan untuk memenuhinya. Selain itu pula, perlu analisis data satelit yang lebih teliti, mengenai apa yang memenuhi daratan dan lautan Indonesia saat ini.
“Jadi analisanya juga harus hebat, supaya bisa membedakan yang mana rumput ilalang dan padi, supaya itu diketahui dengan benar agar nanti kita tidak bertengkar. Nanti orang naik harga, baru kita impor karena tiba-tiba kita baru sadar, eh ternyata kurang. Inilah guna teknologi itu, agar dapat mengecek secara lebih teliti dan lebih detail, apa muka bumi kita ini, apa yang dihasilkan dan apa kekayaannya, dimana masih mungkin, dimana harus ditanam dan sebagainya,” papar Wapres.
Dalam kesempatan tersebut, selain menyaksikan peluncuran satelit, Wapres juga meresmikan sistem pemantauan maritim dengan teknologi. Wapres kembali mengingatkan agar sistem itu dapat dimanfaatkan dengan lembaga terkait untuk mengawasi perairan nusantara, dengan harapan tidak terjadi duplikasi pengadaan peralatan untuk tujuan yang sama, sehingga dapat menghemat anggaran negara.
“Mudah-mudahan apa yang kita laksanakan disini, yaitu meresmikan sistem pemantauan maritim, dengan syarat nanti Angkatan Laut, KKP dan Bakamla agar bekerjasama memanfaatkan ini, sehingga instansi-instansi lain tidak perlu lagi untuk membeli peralatan yg mahal-mahal,” pesan Wapres.
Sementara itu sebelumnya, Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin sempat menjelaskan empat fungsi satelit A3/LAPAN-IPB. Pertama, pemantauan lahan khususnya pertanian dan hasilnya akan dikalkulasi oleh Institut Pertanian Bogor (IPB). Kedua, satelit ini akan difungsikan untuk pemantauan kemaritiman terutama pemantauan kapal di wilayah Indonesia. Dengan harapan, membantu kementerian terkait mengetahui adanya praktik illegal fishing di wilayah perairan Tanah Air. Ketiga, satelit juga akan difungsikan untuk pengukuran medan magnet bumi. Sedangkan fungsi keempat, untuk uji eksperimen peralatan yang dikembangkan oleh insinyur LAPAN, yaitu sensor bintang untuk mengarahkan sikap dari satelit tersebut dan untuk pengendalian satelit.
Di sektor maritim, zona potensi penangkapan ikan disampaikan secara rutin setiap harinya, untuk mendukung peningkatan produktivitas penangkapan ikan. LAPAN juga akan memberikan informasi data satelit untuk pemantauan pergerakan kapal yang ditampilkan dalam gambaran cluster. Informasi pertumbuhan padi juga diberikan kepada Kementerian Pertanian untuk membantu manajemen distribusi pupuk dan prakiraan panen secara nasional,” ujar Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin. (KIP, Setwapres).