Jakarta. Gejolak ekonomi dunia akhir-akhir ini merupakan akibat dari adanya persoalan ekonomi global yang melanda berbagai negara di kawasan dunia seperti Amerika, Eropa dan Tiongkok yang merupakan negara berpengaruh kuat di dunia. Hal tersebut sebagai salah satu faktor luar yang mempengaruhi perekonomian di Indonesia. Untuk itu, dalam menghadapi masalah melemahnya ekonomi di Indonesia seperti saat ini diperlukan upaya darai dalam. “Strateginya adalah sama seperti pemain silat yaitu gunakan tenaga dalam,” ujar Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ketika menjadi Keynote Speaker pada acara Forum Redaksi yang diselenggarakan oleh MNC Group, di Gedung MNC Tower, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Kamis, (21/1/2016).

Lebih lanjut Wapres memaparkan, bahwa untuk mencapai tujuan pembangunan bangsa Indonesia yang adil dan makmur, Indonesia perlu dilihat dari dua sisi, yaitu dilihat dari luar dan dari dalam. “Dari luar, Indonesia dipengaruhi oleh faktor-faktor persoalan ekonomi dunia dari negara-negara lain baik Eropa, Amerika, maupun Asia seperti halnya Amerika Serikat dan Tiongkok yang sedang mengalami goncangan ekonomi yang disebabkan oleh berbagai persoalan,” ungkap Wapres.

Untuk itu Wapres mencontohkan bahwa Amerika Serikat misalnya, mengalami defisit ekonomi akibat terlalu besar pengeluaran untuk membiayai perang di kawasan Timur Tengah dan beberapa negara lain. Sementara Yunani mengalami kebangkrutan karena biaya sosialnya yang terlalu tinggi seperti untuk gaji pegawai, biaya pendidikan dan kesehatan. Lain halnya dengan Tiongkok yang mengalami penurunan permintaan pasar dari industri yang dihasilkan. “Sehingga menurun pula permintaan terhadap pasar bahan baku yang banyak diimpor dari Indonesia,” jelas Wapres.

Sedangkan dilihat dari dalam, tambah Wapres, Indonesia dipengaruhi oleh kondisi politik, ekonomi, dan sosial.  Sebenarnya, lanjut Wapres, dari sisi politik, seperti kepartaian, Indonesia dinilai cukup stabil dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Malaysia, Thailand, dan Filipina. Dari sisi ekonomi, meskipun Indonesia mengalami keterlambatan pencairan anggaran yang mengakibatkan terhambatnya beberapa kegiatan sosial, namun untuk bunga bank Indonesia cukup rendah khususnya untuk usaha kecil dan menengah (UKM), sehingga dapat mendorong tumbuh dan berkembangnya UKM.

Sementara mengenai masalah keamanan, ada suatu tantangan yang juga perlu bekerjasama dengan negara lain. Seperti beberapa waktu lalu terjadi teror bom di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta. “Walaupun korbannya tidak sebanyak di negara lain, namun hal itu tetap menjadi masalah yang bisa juga membesar jika tidak segera diatasi,” tegas Wapres.

“Memang ada masalah dari dalam, tetapi tidak besar jika dibandingkan dengan masalah dari luar,” lanjutnya.

Di sisi lain, terjadinya harga minyak dunia yang terus menurun, walaupun menyebabkan kerugian bagi Indonesia, namun itu kecil, dibandingkan dengan kerugian negara lain. Wapres mencermati, yang paling rugi dengan adanya penurunan minyak saat ini adalah para perusahaan minyak yang akan mengalami gulung tikar. Sementara negara-negara OPEC adalah negara yang paling tahan. “Sehingga jumlah persediaan minyak dunia nantinya menjadi terbatas yang akan berdampak naiknya kembali harga minyak,” kata Wapres memprediksi.

Menurut Wapres, secara umum memang pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami hambatan namun tidak seperti negara-negara lain. Hal ini karena Indonesia memiliki daerah-daerah dengan penduduk besar yang berfungsi sebagai pasar besar yang baik.

Menghadapi akan diberlakukan MEA, Wapres mengakui, Indonesia masih memiliki sejumlah kelemahan, antara lain, pertama, daya saing yang masih rendah karena kualitas produk yang masih rendah disamping belum berorientasi pada permintaan pasar, Kedua, birokrasi yang belum efisiensi, sehingga masih banyak langkah-langkah yang perlu dipangkas. Ketiga, mahalnya energi yakni biaya listrik untuk industri, sehingga pemerintah menargetkan untuk membangun tenaga listrik 35.000 MW.

Terhadap MEA, Wapres berpandangan Indonesia tidak perlu khawatir, karena secara teoritis membanjirnya tenaga kerja dari negara yang berpenghasilan rendah ke negara yang berpenghasilan tinggi. “Jadi tidak perlu khawatir Indonesia akan kebanjiran tenaga kerja asing. Justru Indonesia memiliki peluang untuk bekerja di negara lain mengingat Indonesia banyak memiliki tenaga profesional dan terampil. Sementara dari Thailand, Filipina juga bukan merupakan pesaing karena terkendala adanya bahasa. Satu-satunya yang memiliki kesamaan bahasa adalah Malaysia, namun upah di Malaysia lebih besar dari di Indonesia,” ungkap Wapres.

Dari berbagai hal yang disampaikan, untuk mengatasi persoalan ekonomi Indonesia, menurut Wapres, media memiliki fungsi penting dan strategis dalam hal mendorong pertumbuhan ekonomi. Karenanya media diminta dapat memberikan informasi yang fair serta memberikan harapan dan spirit kapada masyarakat, karena ini merupakan modal, dan harus lebih baik. “Jika media memberi informasi yang pesimisme, maka masyarakat akan pesimis, berarti merusak modal-modal masyarakat,” tegas Wapres.

Sementara itu untuk mengatasi gejolak penurunan ekonomi Indonesia agar semua elemen bangsa dapat mendayagunakan kekuatan-kekuatan yang dimiliki dari dalam negeri, termasuk potensi penduduk yang besar untuk dijadikan pasar yang baik di dalam negeri.

Di awal acara, CEO MNC Group Hary Tanu Sudibjo menyampaikan bahwa acara Forum Redaksi adalah sebagai sarana komunikasi dan diskusi di lingkungan redaksi untuk semua platform media di MNC. Forum ini bertujuan untuk membahas berbagai hal yang perlu mendapat perhatian, sekaligus untuk membangun dan mengembangkan wawasan dari para jurnalis dan redaksi MNC Media. Menurutnya, Acara ini merupakan acara rutin tahunan, yang selalu menghadirkan narasumber utama yang kompeten sesuai dengan tema yang diangkat. Hary mengungkapkan, mengingat tema yang diangkat adalah “Indonesia 2016: Challenges and Opportunities”, maka narasumber yang paling tepat adalah Wakil Presiden Jusuf Kalla. Berkenaan dengan hal itu, Hary Tanu Sudibjo beserta jajaran MNC Group mengucapkan terima kasih atas kehadiran Wapres Jusuf Kalla. (Supriyanto).