Jakarta, wapresri.go.id – Menghadapi ketidakpastian dan tantangan dunia yang semakin kompleks, Indonesia harus pandai memanfaatkan peluang. Hal tersebut disampaikan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla saat memberikan kuliah umum pada acara Vice Presidential Lecture, “Indonesia and the World: Future Trajectory, Opportunities and Challenges”, di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta Pusat, Kamis (17/1/2019).

Lebih jauh Wapres mencontohkan kondisi perekonomian Amerika Serikat (AS) dengan China saat ini. AS yang dikenal sebagai negara liberal, sekarang lebih proteksionis. Sementara, China yang dikenal sebagai negara komunis menginginkan pasar perdagangan yang terbuka. Hal ini menyebabkan terjadi perang dagang antara kedua negara tersebut. Sehingga, AS mencari pemasok dan pasar selain China, begitupun sebaliknya. Untuk itu, Indonesia harus mampu mengambil peluang dari situasi ini dengan memperbaiki perjanjian dagangnya dengan sejumlah kawasan seperti Uni Eropa dan Australia.

“Tentu ada efek negatifnya [dari perang dagang], yakni pasar menjadi kecil. Tapi di lain pihak ada keuntungan besar juga. Perlu membuka pasar (Indonesia) seluas-luasnya,” tegas Wapres pada kuliah umum yang diselenggarakan Universitas Paramadina bekerjasama dengan Yayasan Konrad-Adenauer-Stiftung Indonesia (KAS).

Wapres pun menekankan, produktivitas dalam negeri perlu ditingkatkan, disamping nilai tambah produksi dan inovasi. Diharapkan, upaya ini dapat membuat perdagangan Indonesia tidak mengalami defisit.

“Ada dua hal yang menyebabkan perdagangan kita defisit yakni impor migas terlalu besar, dan ekspor kita juga naik, tapi tidak sebesar nilai impor,” ungkapnya.

Sebagai solusi, Wapres mendorong aktivitas pelaku usaha dalam negeri dan juga pembangunan infrastruktur, untuk menekan tingginya biaya logistik serta menarik investasi ke Indonesia.

“Tapi yang terpenting membangun SDM, melalui pelatihan dan pendidikan,” tegasnya.

Wapres yang juga merupakan Ketua Dewan Pembina Yayasan Wakaf Paramadina ini menekankan pentingnya peran universitas dalam membangun SDM di zaman revolusi industri 4.0.

“Perlu membangun SDM yang inovatif, menciptakan revolusi entrepreneur,” tambahnya.

SDM yang inovatif diperlukan, karena menurutnya, perubahan yang terjadi tidak terlepas dari kemajuan teknologi dimana teknologi sudah menjadi bagian sehari-hari. Di sisi lain, teknologi juga mengubah pola bisnis konvensional menjadi digital (online).

Meski inovasi dan kreatifitas SDM diperlukan di segala bidang, Wapres mengingatkan perlu persiapan matang dan dukungan hal lain sebagai antisipasi dari implementasi inovasi tesebut. Misalnya, rencana pengembangan mobil listrik, perlu dukungan produksi listrik lebih banyak sebelum diproduksi secara massal.

“Bayangkan, kalau satu juta mobil di-charge malam-malam bersamaan, berapa ribu mega listrik yang dibutuhkan,” ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, Wapres juga mengingatkan bahwa Indonesia yang saat ini menjadi anggota G20, perlu memanfaatkan peluang untuk memberi sumbangsih kepada dunia.

“Jangan selalu tangan di bawah,” tegasnya.

Stabilitas Politik Indonesia Tetap Terjaga

Selain peluang dan tantangan di bidang ekonomi, Wapres Jusuf Kalla juga berbicara mengenai kedua hal tersebut di bidang politik. Menurutnya, stabilitas politik Indonesia tetap terjaga di tahun politik ini.

“Walaupun ada ribut di dunia maya, di TV, tapi tidak ada konflik di lapangan,” ungkapnya.

Wapres juga menyoroti fenomena populisme yang terjadi di berbagai belahan dunia, terutama negara maju, seperti saat Pilpres AS dan Brexit. Menurutnya, hal ini menjadi tantangan bagi sistem demokrasi.

“Ini menjadi tanda gagalnya pemahaman demokrasi yang lebih mengutamakan angka-angka, dibandingkan sisi ‘human’ dari demokrasi itu,” tuturnya.

Oleh karena itu Wapres berpesan bagi generasi muda untuk lebih terbuka, mau untuk berubah, dan tidak mengabaikan tren populis itu.

Politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif, menurut Wapres, bisa dijadikan peluang, karena membuat Indonesia dapat bekerjasama dengan negara manapun dalam mengatasi isu-isu dunia yang menjadi perhatian bersama.

Namun, Wapres yang merupakan politisi parpol ini, menilai adanya ketidaktegasan posisi partai politik (parpol) Indonesia. Pada situasi tertentu, parpol yang tadinya menyatakan diri sebagai oposisi bisa jadi mendukung Pemerintah. Hal ini sudah menjadi karakteristik politik Indonesia. Walau berbeda tapi tiap parpol tetap menjaga kerukunan.

“Berbeda dengan di Amerika. Partai Republik bilang begini, Demokrat begini. Kita tidak. Besok Partai Golkar tidak mau dukung Jokowi, tapi satu tahun lagi bisa jadi Menteri juga. Begitulah politik kita,” jelasnya.

Sebelumnya, Deputy Secretary General and the Head of the Department of European and International Cooperation of KAS Dr. Gerhard Wahlers, mengemukakan bahwa Indonesia akan memiliki peran dan tanggung jawab besar di Kawasan Asia, bahkan dunia. Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia dan demokrasi yang stabil, juga pertumbuhan ekonomi yang menjanjikan, dinilai berpotensi untuk kemajuan ke depannya. Untuk itu, Jerman merasa senang dapat menjadi rekan Indonesia dalam kerja sama saling menguntungkan.

Lifetime Achievement

Dalam acara ini, Wapres juga berbagi pengalaman kepemimpinannya dalam mengatasi berbagai konflik, tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga peran aktifnya dalam proses perdamaian di luar negeri.

Wapres mengungkapkan, kepemimpinan yang dimilikinya ini didapatkan melalui pembelajaran secara bertahap dan teratur. Ia juga menceritakan bagaimana memulai karirnya, baik sebagai politisi dan pengusaha, sehingga memaksimalkan kemampuannya. Ia berharap proses kepemimpinan yang dilaluinya menjadi pembelajaran generasi muda.

“Satu hal yang ingin saya pesankan ke muda-muda, bahwa kita dapat maju, baik secara berjenjang dengan teratur, atau secara politis. Dan saya memilih secara berjenjang teratur,” imbaunya.

Dr. Wahlers pun mengapresiasi kesediaannya untuk datang dan berbagi ilmu dan pengalaman pada acara itu yang sekaligus memeringati 50 tahun keberadaan KAS di Indonesia.

Sementara, Rektor Universitas Paramadina Prof. Firmanzah, Ph.D menyampaikan penghargaan kepada Wapres untuk berbagi pengalaman dan pemikiran yang solutif aplikatif. Firmanzah juga menilai peran lengkap Wapres sebagai teknokrat, pengusaha, dan negarawan memiliki jiwa kepemimpinan dalam berbagai momen penting bangsa Indonesia.

Selanjutnya, Wapres menerima penghargaan Lifetime Achievement, yang dilanjutkan dengan diskusi panel oleh para sosok yang memiliki kedekatan dengan Wapres, yaitu Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Tim Ahli Wapres Sofyan Wanandi, dan Pendiri CT Group Chairul Tanjung. Selain memberikan testimoni terhadap Wapres , mereka juga turut membahas mengenai tantangan Indonesia dan dunia.

Di penghujung acara, Wapres menyampaikan, agar perbedaan menjadi kekuatan bagi bangsa Indonesia. Penerapan ekonomi Pancasila agar tumbuh dan memberikan keadilan bagi masyarakat. Ia juga menekankan, untuk tetap menikmati hidup, tidak melakukan hal terburu-buru.

“Jadi saya jalani hidup ini secara teratur, ini juga penting bahwa kita tidak perlu, kalau istilah Jawanya mungkin ‘grasak-grusuk,” tandasnya. (PN/SK-KIP, Setwapres)