Jakarta. Dengan susunan pengurus Ikatan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia (ICMI) saat ini, ICMI memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan besar, yaitu berinovasi, bekerja, berusaha dan berikhtiar mengisi pembangunan dengan kemampuan yang berbeda untuk hasil bersama. Selain itu, mendorong umat untuk bekerja dengan lebih smart. “Masyarakat Indonesia tidak malas bekerja, hanya harus memiliki cara yang lebih smart untuk bekerja. Maka fungsi cendekiawan muslim untuk mengajarkan bekerja lebih baik,” tegas Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ketika menghadiri Pengukuhan dan Pelantikan Majelis Pengurus Pusat ICMI Periode 2015-2020 dan Pembukaan Rapat Kerja Nasional ICMI Tahun 2016, di Menara 165, Jakarta Selatan, Rabu (10/2/2016).
Dihadapan 752 pengurus ICMI Pusat yang baru dikukuhkan oleh Ketua Umum ICMI Periode 2015-2020 Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, Wapres berpesan untuk tidak hanya marah karena umat muslim susah sekali berzakat dan berwakaf. Bukan karena mereka tidak paham berzakat dan berwakaf, tetapi masalahnya di Indonesia lebih banyak mustahiq daripada muzakki. Untuk itu, Wapres menyarankan kalau ingin meningkatkan orang yang ingin berzakat, umat tidak hanya diajarkan berzakat tetapi juga diajarkan tentang berdagang, “Jangan terbalik-balik, bagaimana bisa zakat kalau tidak berdagang?” tutur Wapres.
Selain itu, Wapres menekankan kepada pengurus yang baru dilantik untuk terus bekerja sesuai dengan bidang dan profesionalisme masing-masing di setiap sektor dengan intelektual yang kuat, sehingga memiliki pengaruh kepada pembuatan kebijakan yang baik untuk umat Islam dan bangsa Indonesia.
Menurut Wapres, ICMI merupakan organisasi Islam yang terlengkap di Indonesia, karena dilihat dari sisi para pengurus ICMI, berasal dari berbagai bidang, baik di pemerintahan, organisasi Islam, partai politik serta dari berbagai profesionalisme kerja. ”Jadi apa yang kurang dari (ICMI) kita ini? Yang kurang adalah bekerja kan? Untuk itu kita harus bekerja sebaik-baiknya. Jangan hanya menjadi sebuah organisasi yang bergerak dari satu muktamar dan rakernas ke mukernas atau rakenas lain saja,” ungkap Wapres.
Untuk menghindari hal tersebut, Wapres mengajak para pengurus untuk kembali kepada cita-cita dan niat pendirinya, yang meliputi keislaman dan kebangsaan. “Kalau kita di sini hadir secara bersama-sama dari semua cabang profesi dan pemerintahan, dari semua kelompok keahlian dan partai politik, begitu banyak hal yang bisa kita kembangkan untuk bangsa dan negeri ini apabila kita menggunakan itu sebagai Jihad. Jihad disini dalam arti kata memajukan bangsa dan negara, jihad dalam arti kata pengorbanan yang kita berikan untuk keislaman dan negara kita. Bagaimana caranya? Bukan hanya dengan seremonial dan mukernas atau muktamar saja. Tapi bagaimana kita bekerja dengan profesi kita masing-masing,” jelas Wapres.
Menurut Wapres, kondisi Indonesia saat ini berada di pertengahan, tidak terlalu maju dan tidak terlalu sulit, diukur dari pertumbuhan ekonomi dan segi politik Indonesia yang lebih stabil. Hal tersebut merupakan modal yang besar untuk pengurus ICMI melaksanakan cita-cita serta tujuan organisasi. Pengurus ICMI harus mampu menjawab kerisauan bangsa yaitu bahaya kesenjangan ekonomi yang tergambar jelas. Wapres mencermati, bangsa Indonesia masih dilihat sebagai minoritas dalam kepemilikan kekayaan alam Indonesia. Untuk itu, Wapres mengajak pengurus ICMI bersama-sama menghapus kesenjangan tersebut dengan berbagi ilmu dan penggunaan teknologi. “Disitulah makna profesionalisme, disitulah arti makna manajerial makna upaya bekerja keras, makna sebuah negara bersih yang bisa dijalankan bersama-sama,” ungkap Wapres.
Selain itu, Wapres juga menekankan pentingnya pengurus ICMI untuk tidak terus menerus bicara tentang korupsi, tetapi berbicara bagaimana menyelamatkan kekayaan negara dan membuat kebijakan yang betul. “Korupsi memang berbahaya, tapi lebih berbahaya lagi kalau kebijakan negara yang salah, karena lebih besar bahayanya. Saya sebagai orang pemerintahan sangat bertanggung jawab atas hal itu, untuk itu sedang kita luruskan hal yang baik, tapi pemerintah butuh dukungan dari semuanya,” ujar Wapres.
Melihat kondisi yang terjadi dengan umat muslim saat ini, menurut Wapres, ada dua hal yang harus dipikirkan bersama. Pertama, bagaimana mengurangi kesedihan umat yang hijrahnya terbalik ke negara-negara non muslim karena negara mereka dilanda konflik. Kedua, Wapres mengajak seluruh umat mempergunakan seluruh kemampuannya untuk kebaikan bangsa Indonesia, yaitu memutuskan sesuatu dengan selalu melihat dampaknya ke depan di dalam masyarakat. Wapres mencontohkan, dampak pilkada langsung, menyebabkan banyaknya tanah penduduk di desa-desa yang habis dibeli oleh orang kota yang merupakan pendukung kepala daerah yang menang dengan harga murah kerena kemudahan izin persetujuan kepala daerah tersebut. “Ini contoh langsung dampak yang lebih hebat dari korupsi yaitu kemiskinan. ICMI dalam hal ini harus bekerja di sektor intelektualitas yang kuat sehingga memiliki pengaruh kepada pembuatan kebijakan yang baik untuk umat, itulah ukuran keberhasilan cendekia,” tegas Wapres.
Pada akhir sambutannya Wapres Jusuf Kalla sekali lagi mengajak dan berharap agar ICMI melaksanakan niat baik organisasi dan mewujudkan cita-cita yang besar bagi bangsa, umat Islam dan bagi kedamaian Islam dan dunia yang lebih luas.
Usai sambutan, yang ditandai dengan pemukulan gong oleh Wapres Jusuf Kalla, acara dilanjutkan dengan musyawarah kerja nasional (Mukernas) ICMI, guna merumuskan program konkret pengurus pusat yang baru dikukuhkan.
Sebelumnya, dalam sambutannya Ketua Umum ICMI Pusat Jimly Asshidiqie menjelaskan, kepengurusan baru yang dilantik memiliki format yang baru dengan jumlah pengurus yang lebih sedikit daripada jumlah pengurus pada periode sebelumnya. Dengan formasi Dewan Kehormatan, Dewan Penasehat, Dewan Pakar, serta Pengurus Pusat yang berisi majelis-majelis yang diharapkan mampu berperan dalam berbagai bidang di dalam masyarakat, ICMI ingin selaras dengan imtaq dan iptek membangun umat Islam. “Kita harus meyakinkan kehadiran ICMI tak mengganggu kehadiran organisasi yang lain. Ini menjadi pemersatu bagi kita,” kata Jimly.
Dalam kepengurusan ICMI, Wakil Presiden Jusuf Kalla diangkat sebagai Ketua Dewan Penasihat Pusat ICMI. Sedangkan Ketua Dewan Kehormatan Pusat diserahkan oleh Presiden ke-3 Indonesia BJ Habibie. Adapun Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Zulkifli Hasan diangkat sebagai Ketua Dewan Pakar Pusat. (Gita Savitri)