Jakarta, wapresri.go.id – Indonesia telah dihadapkan dengan fenomena ujaran kebencian yang marak di masyarakat. Dengan kondisi demografis Indonesia yang multi etnis dan budaya, maka hal tersebut dapat mengakibatkan konflik antar kelompok atau golongan. Untuk itu, seluruh masyarakat harus dapat menjaga kesepakatan-kesepakatan yang telah ditetapkan oleh para pendiri bangsa untuk menjaga keutuhan bangsa.

“Ini kita kesepakatan kita itu harus dijaga, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan juga Bhinneka Tunggal Ika bukan hanya dalam tataran kesepakatan politik, tapi juga tataran implementasinya,” tegas Wakil Presiden (Wapres) pada program CNN Indonesia Newscast, yang dilakukan secara virtual dari Kediaman Resmi Wapres, Jalan Diponegoro Nomor 2, Jakarta, Selasa (16/2/2021).

Dalam acara yang dipandu langsung oleh Eva Yunizar tersebut, lebih jauh Wapres menekankan agar menjaga pergaulan dengan cara penyampaian yang baik.

“Bagaimana kita menyampaikan sesuatu tanpa harus menyakiti orang, tanpa harus membuat orang menjadi marah, dengan cara-cara yang sopan, menjaga pergaulan yang sehat di antara semua warga bangsa,” imbau Wapres.

Dalam kesempatan tersebut, Wapres juga menjelaskan bingkai kerukunan yang kedua berupa bingkai yuridis yang memuat berbagai aturan.

“Kita harus mematuhi aturan-aturan yang sudah ada, yang dilarang seperti apa, yang dibolehkan seperti apa, tata aturan ini harus kita patuhi,” imbuhnya.

Kemudian yang ketiga itu, Wapres menambahkan, bingkai teologis yang terkandung dalam agama supaya menggunakan teologi kerukunan, tidak menggunakan teologi konflik.

“Dalam menyampaikan dakwahnya menyampaikan misi pesan agamanya itu harus menggunakan narasi-narasi kerukunan, narasi persaudaraan, jangan narasi kebencian dan permusuhan dan narasi konflik, sambungnya.

Bingkai yang terakhir, lanjut Wapres bingkai sosiologis berupa local wisdom yang mengandung upaya-upaya untuk melakukan kerukunan, hal tersebut harus dihidupkan dalam rangka menjaga kerukunan.

“Nah kalau empat bingkai ini bisa kita kuatkan, saya kira Insya Allah menurut saya kebencian, kemudian juga cara-cara apa yang mengakibatkan terjadinya konflik itu bisa dihindari tanpa harus kehilangan urgensi kita bersikap kritis,”harap Wapres.

Di sisi lain, Wapres mengungkapkan bahwa pemerintah terbuka terhadap kritik-kritik yang konstruktif. Karena, dengan kritik membangun tersebut, pemerintah dapat memperbaiki serta melengkapi hal-hal yang masih dirasa kurang oleh masyarakat.

“Presiden sendiri mengatakan ya, silahkan. Bahkan Presiden minta supaya disampaikan kritik-kritik yang konstruktif itu,” ungkap Wapres.

Wapres pun menghimbau agar penyampaian kritik dapat dilakukan dengan cara yang baik untuk menghindari konflik.

“Kalau seorang melakukan kritik lakukanlah dengan cara yang baik, jangan melanggar Undang Undang, jangan melanggar aturan tapi berikan kritik yang sehat saya kira itu tidak akan jadi masalah, supaya tidak terjadi konflik,”ucap Wapres.

Lebih jauh Wapres menjelaskan dalam berdakwah harus berdiri di atas kesepakatan nasional menggunakan narasi-narasi kerukunan yang dijadikan pedoman dalam kehidupan bermasyarakat sehingga tidak terjadi konflik.

“Umat Islam menyampaikan dakwah melakukan upaya penyebaran agamanya atau juga dalam rangka melakukan penguatan agamanya harus dalam koridor kesepakatan itu,” terang Wapres.

Selain itu, Wapres mengungkapkan apabila ada yang menggeneralisir Islam sebagai sesuatu yang radikal, itu merupakan suatu kesalahpahaman. Menurutnya, Islam yang dikembangkan di Indonesia itu Islam yang moderat, bukan Islam yang radikal.

“Islam radikal itu Islam yang keluar dari garis yang benar (yang wasathy itu), dan di kita Indonesia mainstream kita adalah yaitu Islam moderat,” jelas Wapres.

Kemudian, Wapres mengajak seluruh masyarakat untuk mendukung upaya-upaya Pemerintah dalam menghadapi pandemi.

“Pemerintah menggunakan tiga pendekatan, yaitu protokol kesehatan, pembatasan-pembatasan yang sekarang ini sudah pada skala mikro harus sudah lebih ke sasaran kemudian vaksinasi,” ungkapnya.

Pada kesemptan yang sama, Wapres juga mengemukakan dalam rangka penanggulangan-penanggulangan dampak pandemi, Pemerintah telah menggulirkan bantuan sosial, dan dalam rangka pemulihan ekonomi Pemerintah juga memberikan berbagai stimulus-stimulus, karena itu perlu ada dukungan seluruh elemen bangsa untuk mengatasi pandemi Covid-19 .

“Supaya masyarakat lebih patuh pada protokol kesehatan, tiga M, dan tiga T kemudian juga pembatasan-pembatasan sebab kalau masalah pandemi ini bisa kita atasi maka ekonomi kita akan naik,” harapnya.

Wapres mengungkapkan ekonomi Indonesia sudah naik namun belum dapat bangkit karena kepercayaan para pengusaha belum pulih, confidence level-nya belum kembali karena masih ada pandemi, sehingga Wapres meminta masyarakat untuk mendukung upaya yang dilakukan Pemerintah dan tidak melakukan provokasi yang mengarah pada keacuhan terhadap anjuran Pemerintah dalam menerapkan protokol kesehatan Covid-19.

“Pandemi yang harus kita selesaikan agar ekonominya akan naik, ini harus didukung oleh semua pihak, untuk yang mengkritisi menurut saya bagus sekali, apa yang tidak baik, tapi jangan memprovokasi,” pintanya Wapres.

Di akhir wawancara, Wapres menyampaikan optimisme kondisi akibat pandemi akan segera pulih apabila masyarakat dapat membantu bekerja sama mengutamakan kepentingan nasional.

“Semua orang harus bekerjasama untuk satu kepentingan yaitu kepentingan nasional, mengutamakan kepentingan nasional kepentingan seluruh masyarakat indonesia harus diutamakan oleh (daripada) kepentingan politik, kelompok, golongan bahkan kepentingan pribadi,” pungkasnya (NAR-BPMI, Setwapres)