Jakarta. Pemerintah tetap optimis dapat memacu pertumbuhan ekonomi 2016 dengan upaya perbaikan yang dilakukan terhadap beberapa sektor penopang ekonomi, seperti pertanian, infrastruktur, perbankan dan birokrasi pemerintahan.

“Tetap saja, bagaimana kita tumbuhkan pertanian untuk stabilitas kebutuhan kita, juga investasi di bidang manufacturing, dengan cara memperbaiki infrastruktur, memperbaiki sistem perbankan, memperbaiki birokrasi, supaya tumbuhnya lebih baik,” demikian Wapres menuturkan saat ditemui sejumlah wartawan di Kantor Wakil Presiden, sebelum mengikuti rapat terbatas, Jumat, 5 Februari 2016.

Wapres mengharapkan agar dunia perbankan nasional dapat berkembang dengan baik dan efisien, sekaligus dapat bersaing secara kompetitif dan memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi nasional ke depan.

“Nantilah kita bicarakan dan bahas. Bagaimana kita punya daya saing. Kalau keadaan begini, ekonomi kita tidak punya daya saing, bunga makin tinggi, maka ujungnya industri perdagangan kita mahal. Kita tidak bisa bersaing dengan negara lain,” jelas Wapres.

Menanggapi soal kekhawatiran terjadinya gelombang PHK secara massal sebagai akibat dari tidak lagi beroperasinya pabrik, pemerintah akan melakukan pencegahan dengan mendorong pertumbuhan ekonomi. Konkritnya, lanjut Wapres, pemerintah akan membuat kebijakan agar dunia usaha dapat berjalan efisien dan berdaya saing global.

“Antara lain supaya orang efisien, industri bisa jalan. Supaya biaya di Indonesia murah. Kalau mahal semua, nggak bisa bersaing, PHK lagi nanti. Semua sektor yang bisa diturunkan cost-nya harus diturunkan. Bunga, birokrasi, listrik, jalan, semuanya,” papar Wapres.

Kemudian Wapres menampik terkait tutupnya sejumlah perusahaan Jepang yang beroperasi di Indonesia sehingga mengakibatkan PHK buruh, disebabkan proyek kereta cepat Jakarta – Bandung yang dikerjakan oleh Cina.

“Tidak, perusahaan Jepang juga tiap hari banyak yang masuk baru. Justru Toyota naikkan produksi, Honda naikkan produksi, Daihatsu naikkan produksi. Jadi tidak semua turun. Banyak juga yang naikkan produksi,” ungkap Wapres.

Menurut Wapres, keputusan keluar dari Indonesia itu murni bisnis, dan tidak terkait dengan sentimen negara tertentu. Lalu Wapres mencontohkan Ford dan Chevrolet yang berasal dari Amerika juga memutuskan tutup operasi di Indonesia. Intinya, imbuh Wapres, efisiensi dan daya saing menjadi persoalan dunia usaha saat ini.

Sementara itu, mengakhiri sesi doorstop, Wapres mengapresiasi kedewasaan partai politik saat ini, yang ingin melihat bangsa Indonesia lebih maju dan makmur ke depan.

“Artinya di Indonesia, politik itu lebih kritis. Dalam arti kata mengkritisi program, bukan lagi mengkritisi head to head. Itu sudah bagus. Jadi tetap saja ada yang mengkritisi, kalau ada program tidak sesuai, tapi tidak lagi hitam putih, itu bagus. Jadi bukan lagi soal partai pemerintah atau partai oposisi, tapi kritis dalam menilai kebijakan,” pungkas Wapres.