Bogor, wapresri.go.id – Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menegaskan bahwa sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia turut merasa terpanggil untuk mengambil prakarsa dalam membantu terwujudnya perdamaian dan stabilitas di dunia Islam, termasuk di Afghanistan.

“Indonesia turut memikul tanggung jawab untuk menciptakan perdamaian di negara-negara Islam,” ucapnya saat menutup Konferensi Ulama Trilateral Afghanistan, Indonesia dan Pakistan, di Istana Bogor, Jum’at, 11/5.

Wapres berharap, semua pihak hendaknya beriktikad baik demi terwujudnya perdamaian dan stabilitas di Afghanistan, bersemangat tidak kehilangan harapan dan tetap optimis untuk terus berupaya mewujudkan perdamaian.

“Ke depan, upaya ini tidak boleh berhenti. Ulama tiga negara ini dapat menjadi motor penggerak bagi pertemuan ulama ini yang lebih luas,” ujarnya.

Di pertemuan tersebut, Wapres mengungkapkan pentingnya peran Ulama sebagai pewaris Nabi “Warasatul Anbiya”, untuk terus mempromosikan nilai-nilai universal Islam sebagai pembawa rahmat semesta alam.

“Saat ini kita hidup di masa dimana kita tidak dapat mendengarkan perintah nabi secara langsung. Maka umat Islam akan mendengarkan ulama karena Al-‘Ulama Warasatul Anbiya, ulama adalah pewaris para nabi,” terangnya.

Mengakhiri sambutan Wapres mendoakan dan menyatakan bahwa proses perdamaian yang inklusif perlu segera dilakukan. Indonesia siap untuk terus berkontribusi dalam peace process di Afghanistan.

“Semoga Allah SWT mendamaikan segala perselisihan, menyatukan hati kita dalam kebaikan dan taqwa serta membimbing kita dalam upaya yang kita lakukan,” kata Wapres.

Sebelumnya Presiden Joko Widodo telah membuka secara resmi konferensi ini pada pagi di hari yang sama.

“Pertemuan trilateral ini merupakan bagian dari komitmen dan upaya Indonesia untuk mengedepankan peran para ulama. Indonesia sungguh merasa terhormat mendapat kepercayaan menjadi tuan rumah,” tutur Presiden.

Pertemuan ini mempertemukan setidaknya 19 ulama dari Afghanistan, 17 ulama dari Pakistan, dan 17 ulama dari Indonesia. Presiden Joko Widodo berharap agar pertemuan trilateral ini dapat memberikan kontribusi konkret bagi perdamaian di Afghanistan.

“Melalui suara ulama, khususnya dari Afghanistan, Pakistan, dan Indonesia, kiranya semangat ukhuwah untuk perdamaian di Afghanistan dapat diperkuat,” ucapnya.

Presiden Joko Widodo juga menyadari bahwa jalan dan upaya menuju perdamaian tidak pernah mudah. Namun, sebagai orang beriman, ia mengatakan bahwa kita harus selalu meyakini adanya pertolongan Allah. Oleh karenanya, ia meminta seluruh pihak untuk tidak memadamkan semangat perdamaian.

“Di sini lah saya kira peran kunci para ulama dalam menjaga momentum dan optimisme umat dalam perdamaian. Ulama adalah agen perdamaian, ulama didengar, ulama dituruti, ulama diteladani oleh umat, ulama memiliki karisma, ulama memiliki otoritas, ulama memiliki kekuatan untuk membentuk wajah umat yang damai,” sambungnya.

Konferensi dengan tema “Islam Rahmatan lil Alamin, Perdamaian dan Stabilitas di Afghanistan” ini, menghadirkan ulama terkemuka dari ketiga negara untuk bertukar gagasan dalam upaya menebar benih perdamaian dan stabilitas di Afghanistan.

Pertemuan diakhiri dengan pembacaan 12 point kesepakatan yang tertuang dalam Deklarasi Ulama Bogor untuk Perdamaian (Bogor Ulama Declaration for Peace) oleh perwakilan para ulama ketiga negara diantaranya Quraish Shihab (Indonesia), Ataullah Lodin (Afganistan) dan Qibla Ayaz (Pakistan) setelah menandatangani deklarasi.

Inti dari deklarasi adalah menyerukan kepada semua pihak terkait untuk memperjuangkan terwujudnya perdamaian di Afghanistan dalam semangat “Musyawarah“ yang dalam Kitab Suci Al-Qur’an ditegaskan sebagai ciri-ciri kaum beriman.

Tampak hadir pada pertemuan tersebut Menteri Luar Negeri Indonesia. Wapres didamping oleh Kepala Seketariat Wakil Presiden Mohamad Oemar, Deputi Bidang Administrasi Guntur Iman Nefianto dan Staf Khusus Wapres Bidang Reformasi Birokrasi Azyummardi Azra dan Staf Khusus Wapres Bidang Komunikasi dan Informasi Husain Abdullah.(KH/RN-KIP Setwapres).