pameran ICMM

41st ICMM World Congress on Military Medicine

Denpasar. Dokter militer memiliki kecepatan dan kemampuan yang baik untuk diterjunkan di berbagai medan. Pernyataan ini disampaikan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ketika membuka kongres International Committee of Military Medicine (ICMM) ke-41 di Bali Nusa Dua Convention Center, Senin pagi 18 Mei 2015.

Wapres yang juga menjabat Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) menuturkan pengalamannya bekerja dengan dokter militer saat terjadi bencana tsunami di Aceh pada tahun 2004. Saat itu, kata Wapres, bantuan datang dari 50 lebih negara dan dokter yang datang adalah dokter militer. Mereka, kata Wapres, paling cepat bergerak dan dapat langsung mengurangi dampak yang ditimbulkan bencana. “Begitu juga bencana lainnya yang terjadi di Nepal. Indonesia mengirim dokter militer karena kemampuan lapangan dan peralatan yang baik,” ucap Wapres.

Wapres menggarisbawahi bahwa dokter militer tidak hanya harus siap dalam situasi terburuk, tapi juga harus dapat mengatasi masalah sosial seperti bencana dan konflik, karena Ilmu kedokteran pada akhirnya adalah upaya menjaga manusia. “Kita selalu harapkan terbaik dan siap yang terburuk ketika ada perang, bencana, atau masalah kesehatan lainnya,” ucap Wapres.

Di awal sambutannya, Wapres mengatakan bahwa dewasa ini banyak perubahan yang terjadi di dunia, termasuk perang juga mengalami perubahan. Jika dahulu perang banyak menimbulkan korban jiwa, bahkan Perang Dunia (PD) I dan II menelan jutaan korban jiwa. Saat ini, perang lebih banyak menggunakan teknologi. “Korban tak sebanyak dahulu, tapi efek berbeda. Korbannya adalah sipil,” kata Wapres.

Wapres menjelaskan bahwa saat ini lebih sering terjadi konflik internal suatu bangsa dan konflik karena radikalisme di suatu negara, sehingga korban berubah bukan lagi berasal dari perang antar negara. “Tapi korban akibat konflik dan masalah lain yang disebabkan ketegangan,” kata Wapres.

Untuk itulah Wapres sangat mendukung pelaksanaan kongres kedokteran militer ini karena membahas bagaimana peran dokter militer dalam kondisi perang dan bencana yang terjadi, juga saat terjadi konflik. Kerjasama dalam masa damai seperti saat ini, ucap Wapres, sangatlah penting, jika terjadi konflik atau perang, maka para dokter militer sudah saling kenal dan mengetahui. “Perlu juga jaga netralitas dari dokter militer, saat apapun yang terjadi, saat perang atau operasi non perang,” kata Wapres.

Wapres menggarisbawahi kerjasama di bidang kedokteran militer ini sangatlah penting untuk mempersiapkan berbagai kepentingan lain. Dalam filosofi militer, lanjut Wapres, suatu negara saat terjadi kedamaian melakukan konsolidasi. “Yang dibutuhkan sekarang adalah lesson learned untuk melaksanakan tugas bersama,” ucap Wapres.

Wapres mengingatkan pentingnya kerjasama di bidang teknologi, karena saat terjadi perang maupun ilmu kedokteran sangat tergantung pada teknologi. “Penting tingkatkan kerjasama dan pengetahuan masing-masing negara sehingga bisa bekerja untuk kemanusiaan,” kata Wapres.

Dalam laporannya, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan bahwa kongres dunia kedokteran militer ke 41 dilaksanakan pada 17-22 Mei 2015 adalah yang pertama kali diadakan di Indonesia. Kongres ini dilaksanakan untuk mempererat kerjasama antar anggota ICMM dengan mengedepankan netralitas untuk kemanusiaan, baik dalam konflik senjata maupun kegiatan kemanusiaan lainnya.

Ryamizard menjelaskan bahwa kongres ini dihadiri oleh 78 negara, dan sebanyak 38 negara dipimpin oleh ketua delegasi. “Peserta tercatat sebanyak 750 orang,” ucap Ryamizard.

Kongres tahun 2015 mengusung beberapa tema, diantaranya adalah aspek kesehatan yang melindungi personil TNI; bantuan kemanusiaan dan bencana; ancaman dari bahaya kimia-biologi-radiologi, dan nuklir; penyakit infeksi dan penyakit yang muncul kembali khususnya dalam bidang militer; obat-obatan karena cedera di medan perang; pendidikan militer kesehatan dan pelatihan; serta promosi kesehatan militer dan rehabilitasi.

Kongres ini akan dilaksanakan dalam bentuk kegiatan ilmiah, seperti workshop atau lokakarya dengan menghadirkan 71 pembicara dari luar negeri dan 74 dari dalam negeri. “Kementerian Pertahanan memberikan perhatian penuh kepada ancaman nyata di bidang kesehatan sehingga dapat menjadi rujukan kebijakan keamanan negara,” kata Ryamizard.

Sekjen ICMM Roger Van Hoof mengatakan bahwa kongres ICMM dihelat untuk memanfaatkan kerjasama teknologi antara negara anggota. Ia juga menyampaikan apresiasinya kepada Kementerian Pertahanan dan Kementerian Luar Negeri atas penyelenggaraan kongres ICMM ke-41 ini.

Komite Internasional Kedokteran Militer (International Committee of Military Medicine/ICMM) didirikan pada tahun 1921 setelah Perang Dunia I untuk meningkatkan kerjasama dalam pelayanan kesehatan/medis antar Angkatan Bersenjata. ICMM merupakan sebuah organisasi yang diakui secara internasional yang terletak di Belgia.

Indonesia merupakan salah satu anggota ICMM dari 114 negara anggota di seluruh dunia. Dalam rangka menjalankan misi organisasi, ICMM secara rutin menggelar kongres internasional setiap dua tahun, selain kongres regional dan pelatihan/kursus, seperti; kursus tentang Hukum Humaniter Internasional dan penerapannya dalam pelayanan medis militer.

Dalam Kongres Dunia Kedokteran Militer yang ke-41 kali ini, Indonesia menjadi tuan rumah sekaligus menjadi Chairman ICMM. Kongres ini akan diselenggarakan di Nusa Dua Bali pada tanggal 18-22 Mei 2015. Panitia penyelenggara dari kegiatan kongres ini adalah Kementerian Pertahanan yang didukung oleh Kementerian Luar Negeri, Puskes TNI, dan Perhimpunan Kedokteran Militer Indonesia (Perdokmil).

****