Jakarta, wapresri.go.id– Industri minyak dan gas (migas) merupakan industri yang memerlukan modal besar, serta teknologi mutakhir.
“Oleh karena itu diperlukan review yang banyak tentang investasi dan teknologi, serta kerja sama global karena industri ini tidak bisa bergerak sendiri,” ungkap Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla saat menerima delegasi Indonesia Petroleum Association (IPA) di Kantor Wakil Presiden, Jalan Merdeka Utara, Jakarta, Jumat (30/08/2019).
Lebih lanjut Wapres menyampaikan bahwa perlunya pengembangan tiga hal tersebut ditujukan agar dapat lebih mengeksplorasi potensi yang dimiliki Indonesia dalam bidang migas. Mengingat negeri ini telah memiliki sejarah yang panjang dalam kerja sama bisnis migas dengan perusahaan asing, terutama dari Eropa.
“Dua puluh, tiga puluh tahun yang lalu, [proyek migas] hanya di Sumatera dan Kalimantan. Sekarang, di Jawa, Sulawesi, Papua, Maluku, seluruhnya memiliki potensi dan terbuka untuk dieksplorasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai,” terang Wapres.
Proyek migas tersebut, tambah Wapres, banyak keterlibatan asing, di antaranya Proyek Migas Natuna, pengembangan Blok Masela, dan proyek pembangunan fasilitas gas di Cepu yang dikerjakan oleh PT. Pertamina EP Cepu.
Untuk itu, Wapres menyambut baik niat kerja sama yang ditunjukkan oleh pihak asing, dan menyatakan keterbukaan, serta optimisme Indonesia dalam kerja sama tersebut. Wapres pun menyatakan bahwa pemerintah akan terus mendorong terciptanya sistem kerja sama yang sederhana dan efisien yang dapat memberikan keuntungan untuk kedua belah pihak melalui regulasi yang dikeluarkan.
“Pemerintah berharap dengan regulasi ini, tidak hanya dijalankan di atas kertas saja,” tegas Wapres.
Sebelumnya, pimpinan delegasi IPA Louise M. Mckenzie selaku Wakil Presiden IPA melaporkan mengenai persiapan The IPA Convention and Exhibition Convex yang tahun ini akan mengangkat tema “Driving Exploration and Optimizing Existing Production for Long Term Energy Security” yang akan diselenggarakan pada tanggal 4-6 September 2019 di Jakarta Convention Centre.
“Konferensi ini sangat penting bagi dunia migas dan kami berharap tema yang sejalan dengan tujuan Pemerintah Indonesia,” terang Louise.
Lebih lanjut Louise melaporkan bahwa konferensi ini merupakan acara tahunan, yang tahun lalu dibuka secara resmi oleh Presiden Joko Widodo. Terkait pelaksanaannya, tahun ini akan diikuti 1.700 orang, serta 119 perusahaan/instansi akan berpartisipasi. Selain itu, panitia menargetkan 25.000 pengunjung akan hadir. Konferensi tersebut akan dibagi menjadi beberapa sesi, di antaranya diskusi kelompok yang akan membahas topik seputar eksplorasi bidang migas, artificial intelligencehuman capital, dan talent development.
IPA juga melaporkan bahwa pihak panitia konferensi telah mengirimkan undangan dan memohon kesediaan Presiden Joko Widodo untuk berkenan kembali membuka secara resmi konferensi tahun ini.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Presiden IPA lainnya, Bij Agarwal juga menyampaikan bahwa industri migas memiliki efek berkesinambungan yang luas di Indonesia.
“Kami sangat bersyukur dapat memberikan kontribusi untuk masyarakat melalui program CSR, di antaranya dengan pembangunan gedung dan fasilitas sekolah yang nantinya kami bayangkan dapat membantu mereka mendapatkan pekerjaan,” ungkap Bij.
Menanggapi undangan pada kegiatan tersebut, Wapres memberikan apresiasinya, dan terkait permohonan kesediaan untuk membuka konferensi, Wapres menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada Presiden.
Sebagai informasi, IPA merupakan asosiasi perminyakan Indonesia yang didirikan pada tahun 1971 dengan tujuan mempromosikan kemitraan dan komunikasi kepada seluruh pemangku kepentingan di industri migas. IPA memiliki anggota yang terdiri dari 35 perusahaan migas global dan nasional, sekitar 100 perusahaan/instansi jasa penunjang, dan hampir 1.000 anggota perorangan.
Hadir mendampingi Wapres, Kepala Sekretariat Wapres Mohamad Oemar, Plt. Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Ekonomi, Infrastruktur, dan Kemaritiman Guntur Iman Nefianto, dan Tim Ahli
Wakil Presiden Sofjan Wanandi. (NN/AF-KIP, Setwapres).