Garut, wapresri.go.id – Pemerintah sangat menghargai kontribusi pesantren dalam pembangunan bangsa, bahkan sejak era penjajahan. Penghargaan ini salah satunya diwujudkan dengan diterbitkannya Undang-Undang (UU) Nomor 18 tahun 2019 tentang Pesantren.

Saat memberikan tausiah pada acara peringatan Hari Lahir (Maulid) Ke-18 Pondok Pesantren Al-Jauhari di Kabupaten Garut, Jawa Barat, pada Kamis (24/11/2022), Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin pun memaparkan tiga fungsi utama pesantren.

“Dalam UU disebutkan fungsi pesantren itu ada tiga, pertama sebagai pusat pendidikan, kedua sebagai pusat dakwah, dan ketiga sebagai pemberdayaan ekonomi masyarakat,” sebut Wapres.

Dalam acara yang mengusung tema “Mencetak Santri yang Berkarakter, Berilmu Amaliyah, dan Beramal Ilmiah”, lebih jauh Wapres menguraikan, fungsi pesantren sebagai pusat pendidikan adalah untuk mencetak para ulama sebagai pewaris ajaran Islam.

“Memang pesantren sejak semula didirikan oleh para kiai, para ulama itu untuk mendidik tepatnya itu untuk menyiapkan orang-orang yang paham agama. Untuk apa? Untuk memperbaiki keadaan manusia, mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya,” terangnya.

Selain itu, sambung Wapres, pentingnya pesantren terus mencetak ulama adalah sebagai upaya regenerasi ilmu. Sebab menurutnya, saat seorang ulama meninggal dunia, maka ilmunya juga hilang apabila tidak ditularkan kepada penerusnya.

“Di sinilah pentingnya pondok pesantren untuk terus mencetak [dan] mengkader ulama sehingga ulama tidak pernah habis,” ungkapnya.

Selanjutnya, Wapres menerangkan fungsi pesantren kedua, yakni sebagai lembaga dakwah.

“Jadi memang pesantren itu merupakan pusat dakwah untuk menyebarkan ajaran [agama]. Dakwah dalam arti yang baik, [yakni] dakwah untuk mengajak kepada kebaikan,” sebutnya.

Adapun kebaikan tersebut, menurut Wapres, prinsipnya hanya dua hal yaitu membawa kemaslahatan (manfaat) dan menghilangkan _kemudharatan_ (keburukan).

“Jadi dakwah itu bukan menambah kemudharatan, menimbulkan kerusakan, itu bukan dakwah namanya,” tegasnya.

Sedangkan wujud kebaikan, kata Wapres, dapat berupa kebaikan fisik seperti zakat, infak, sedekah, dan wakaf, serta kebaikan non fisik berupa ide, gagasan, pemikiran, dan inisiatif yang baik. Tidak hanya itu, bentuk kebaikan dapat berupa upaya mendamaikan umat manusia.

“Bukan hanya mendamaikan sesama orang Islam, bukan hanya mendamaikan sesama orang Indonesia, tetapi mendamaikan di antara umat manusia,” imbaunya.

Terakhir, Wapres menjelaskan fungsi ketiga pesantren sebagai pusat pemberdayaan ekonomi maysarakat. Salah satu tujuannya adalah untuk memberantas kemiskinan dan kebodohan.

Oleh sebab itu, kata Wapres, ribuan pondok pesantren di tanah air, termasuk Ponpes Al-Jauhari Garut diharapkan terus melahirkan para santri pejuang (mujahid) ekonomi. Salah satu contohnya, saat ini telah ada gerakan _one pesantren one product_ (OPOP) yakni bentuk pemberdayaan ekonomi yang melibatkan santri dan masyarakat sekitar pesantren.

“Sekarang tidak ada penjajah, sekarang yang kita hadapi adalah kemiskinan, kebodohan. Karena itu kita sekarang membangun ekonomi, maka pesantren harus mengambil peran untuk memberdayakan ekonomi masyarakat, jadi mujahid ekonomi,” tegasnya.

Agar bisa memberdayakan ekonomi, tutur Wapres, para santri harus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga, ia meminta pesantren-pesantren terus mendidik para santrinya tidak hanya untuk menguasai ilmu agama tetapi juga ilmu pengetahuan dan teknologi.

“Saya titip kepada kyai dan pengurus pesantren untuk menjaga dan mendidik anak-anak kita para santri, agar mereka terus tumbuh menjadi generasi unggul, generasi pemakmur bumi ( _muammirin_) dan ahli agama ( _mutafaqqih fiddin_),” pinta Wapres.

“Sehingga mereka menjadi mujahid hebat yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, karena di tangan mereka, cita-cita besar bangsa Indonesia kita tititpkan,” imbuhnya.

Hal tersebut, menurut Wapres, penting dilakukan karena juga sebagai upaya menguatkan umat agar mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Sekaligus agar umat terus mampu berkontribusi dalam membangun bangsa dan negara, terutama untuk mewujudkan Indonesia Emas 2024.

“ _Nah_ di sini pesantren harus menjadi pusat pemberdayaan ekonomi masyarakat, membangun ekonomi masyarakat baik di sektor keuangan maupun di sektor riil,” pungkasnya.

Hadir pada acara ini Bupati Garut Rudy Gunawan beserta jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkompimda) Kabupaten Garut, Pimpinan Umum Ponpes Al-Jauhari K.H. Jujun Junaedi beserta segenap pengurus dan para santri, serta masyarakat umum.

Sementara Wapres didampingi oleh Kepala Sekretariat Wapres Ahmad Erani Yustika, Staf Khusus Wapres Bidang Reformasi Birokrasi Mohamad Nasir, Staf Khusus Wapres Bidang Komunikasi dan Informasi Masduki Baidlowi, Staf Khusus Wapres Bidang Politik dan Hubungan Kelembagaan Robikin Emhas, serta Tim Ahli Wapres Johan Tedja Surya dan Farhat Brachma. (EP/SK-BPMI, Setwapres)