Jakarta. Sebagai organisasi kebangkitan bangsa yang pertama di Indonesia, Syarikat Islam (SI) merupakan organisasi yang dilandasi oleh semangat perjuangan, terutama dalam membangun kesejahteraan dan perekonomian umat melalui semangat dagang yang tinggi. Demikian dikatakan oleh Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ketika memberikan sambutan pada acara Pelantikan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Syarikat Islam dan Pimpinan Pusat (PP) Wanita Syarikat Islam Masa Jihad 2015 – 2020 di Balai Sidirman, Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu, (27/2/2016).

Organisasi yang dibentuk pada 1905 oleh KH Saman Hudi tersebut, semula bernama Syarikat Dagang Islam (SDI) yang merupakan perkumpulan dari para pedagang Islam dengan tujuan untuk menentang pedagang asing yang ingin menguasai perekonomian rakyat ketika masa itu. Pada 1912 semangat organisasi tersebut diperluas lagi oleh KH. HOS Cokro Aminoto dengan mengubahnya menjadi Syarikat Islam (SI), namun kemudian sekitar tahun 1950-an mengecil menjadi Partai Serikat Islam Indonesia (PSII).

“Saya katakan mengecil karena dari suatu perjuangan yang besar menjadi politik. Walaupun politik itu penting, ini artinya adalah kalau Nahdlatul Ulama (NU) selalu mengatakan kembali ke khittah 1926, maka SI kembali ke khittah 1905 atau 1912,” ungkap Wapres.

Dalam pandangan Wapres, semangat tujuan SI sebagaimana dilaporkan juga oleh Ketua PP Wanita Syarikat Islam Valina Singka, yang pertama adalah mengembangkan jiwa dagang, karena pada waktu itu perdagangan di Indonesia dikuasi oleh pengusaha besar Belanda dan pengusaha-pengusaha Tionghoa. “Kalau kita kembalikan dewasa ini, sangat relevan lagi semangat itu dikembangkan,” kata Wapres.

Yang kedua, lanjut Wapres, membantu yang sulit. “Oleh karena itu jiwa sosial harus kembali menjadi semangat daripada kita semua di sini, termasuk mengembangkan pelajaran,” tegas Wapres.

Hal inilah yang pernah dialami oleh Wapres sebagai Ketua Dewan Penyantun untuk 4 universitas Islam, termasuk Universitas HOS Cokroaminoto disaat ketika itu tidak ada lagi yang bersedia menjadi dewan penyantun.

Hal lainnya, Wapres menambahkan,  memperbaiki kekeliruan pemahaman Islam, karena saat ini  banyak penyelewengan ajaran Islam, termasuk radikalisme.

“Jadi apabila kita ingin kembalikan ke khittah 1912, maka masa yang tepat adalah sekarang ini,” ajak Wapres kepada seluruh pengurus dan kader SI.

Karena itulah, gurau Wapres, bahwa kehadiran Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Muhammad di acara yang sama, bukan untuk mengajak SI kembali pada partai, melainkan justru untuk meyakinkan dan mengawasi agar SI tidak kembali kepada partai.

“Jadi jika [SI] mendaftar sebagai partai itu tadi kan, pokoknya tolak, agar kembali ke khittah SI yang kita butuhkan pada dewasa ini,” tegas Wapres.

Terkait laporan Ketua PP Wanita SI Valina mengenai kesenjangan sosial yang terjadi dewasa ini, Wapres mengungkapkan, bahwa Pemerintah ingin selalu memperbaiki sebuah fakta yang selama ini menjadi keresahan, dimana 1 persen keluarga Indonesia menguasai 50 persen aset bangsa Indonesia.

“Kita juga mengetahui bahwa umat [Islam] mungkin tidak lebih dari 10 persennya dari yang 1 persen itu,” ujar Wapres.

Untuk itu, Wapres menegaskan, suatu ketimpangan harus diperbaiki, bukan justru menggantungkan pada yang besar tapi meningkatkan yang kecil.

“Oleh karena itu, semangat Samanhudi dan semangat Cokroaminoto haruslah menjadi semangat kita semua,” tandas Wapres. (Supriyanto).