Jakarta. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya menjaga harmoni antara stabilitas politik, pertumbuhan ekonomi dan keadilan sosial, sehingga diharapkan mampu menghadapi tantangan dan persaingan global yang terjadi saat ini.

Demikian disampaikan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla, saat menerima kunjungan Dekan The Lee Kuan Yew School of Public Policy (LKYSPP), National University of Singapore (NUS) Kishore Mahbubani beserta para pengajar dan mahasiswa di Kantor Wakil Presiden, Jalan Merdeka Utara, Selasa, 23 Februari 2016.

Menurut Wapres, Pemerintah Indonesia saat ini tengah memperbaiki 4 hal agar mampu berkompetisi lebih baik ke depan, yakni sektor keuangan, efisiensi logistik, pasokan energi dan birokrasi. Perbaikan keempatnya, lanjut Wapres, agar dapat menarik investor dan meningkatkan kinerja industri nasional.
Mengenai peta persaingan global ekonomi dunia saat ini, Wapres memandang sudah tidak relevan lagi berbicara ekonomi negara per negara, akan tetapi konteksnya lebih luas menjadi kawasan per kawasan. Oleh sebab itu, turunnya ekonomi Tiongkok, Eropa dan Amerika juga berdampak terhadap ekonomi Indonesia dan ASEAN. Untuk itu, kata Wapres, Indonesia akan mengerahkan seluruh kemampuannya dalam menghadapi persaingan, termasuk menggunakan tenaga dalam (inner strength) seperti jumlah penduduk yang besar sebagai pasar yang potensial.

“Indonesia akan menggunakan tenaga dalam seperti dalam kungfu itu,” ucap Wapres seraya tersenyum.

Selain soal ekonomi, Wapres juga mengungkapkan keberhasilan Indonesia menciptakan iklim toleransi beragama, meskipun mayoritas penduduk, 88 persen beragama Islam. Hal itu ditunjukkan pemerintah, lanjut Wapres, dengan mengakomodasi kepentingan konghucu merayakan hari raya Imlek sebagai hari libur nasional.

“Karena Islam dibawa ke Indonesia oleh para saudagar, bukan dengan kekuatan militer,” tandas Wapres.

Sementara itu, saat dibuka sesi dialog dengan Wapres, salah seorang mahasiswi bernama Caroline menanyakan mengenai apa yang membuat pemerintah frustasi menghadapi keadaan saat ini, Wapres menyatakan tidak pernah merasa frustasi dan sangat menikmati hidup. Wapres juga telah terbiasa membedakan antara pekerjaan kantor dan urusan rumah. Namun, apabila ada yang bertanya bagaimana menghadapi semua tantangan tersebut, Wapres menyatakan optimismenya Indonesia akan mampu menghadapinya dengan harmonisasi antara kebijakan pemerintah, pasar dan sosial.

Sebelumnya dalam kesempatan membuka acara, Kishore menyampaikan, LKYSPP saat ini menempati ranking ke-3 dunia dalam sekolah kebijakan publik dan memiliki visi untuk menjadi sekolah kebijakan publik terbaik di dunia. Tujuan LKYSPP mengunjungi Indonesia agar para mahasiswa memiliki perspektif baru mengenai Indonesia. Kishore menyampaikan tantangan dalam memimpin bangsa besar dan multikultural seperti Indonesia dan menyatakan kekagumannya atas kinerja dan prestasi-prestasi Wapres Jusuf Kalla selama memimpin Indonesia, diantaranya menyelesaikan konflik di Poso dan Aceh. Kishore berharap kuliah umum yang diberikan Wapres bisa dimanfaatkan para mahasiswa dalam memperkaya pengetahuan dan wawasan tentang Indonesia.

Turut hadir mendampingi Dekan LKYSPP, Wakil Dekan Araral Eduardo Jr, pengajar senior Suzaina Bte Abdul Kadir beserta Manajer akademik Teo Sio Peng. Sedangkan Wapres didampingi oleh Kasetwapres Mohamad Oemar, Deputi Kasetwapres bidang Dukungan Kebijakan Pemerintahan dan Deputi Kasetwapres Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Bambang Widianto. (Novia Hijriah)