Bandung-wapresri.go.id. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW. bersabda “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya”. Tiap-tiap pemimpin, baik pemimpin negara, pemimpin universitas, maupun pemimpin daerah, mempunyai kewajiban untuk mengatur dan bertanggung jawab apa yang diaturnya. Untuk itu, harus dimulai dengan niat ibadah, terutama memperbaiki umat.

“Sama juga jadi Gubernur, saya jadi Wakil Presiden, niatnya ya memperbaiki masyarakat, negara, umat. Karena juga hadits mengatakan Innamal ‘amalu bin niyyat, semua kita mulai dengan niat,” ujar Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla dalam acara Talkshow Inspirasi Ramadhan dengan tema “Arti Kepemimpinan Sejati untuk Rahmat Semesta Alam”, di Masjid Salman Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, Minggu (19/6/2016).

Untuk memperbaiki umat, Wapres menjelaskan, seorang pemimpin tidak hanya cukup mengajak mereka untuk memahami Islam, tetapi juga mengajak mereka untuk meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.

Bicara tentang keislaman, menurut Wapres, Indonesia patut bersyukur karena Islam di Indonesia sangat moderat, sehingga kondisi di negara ini sangat aman bila dibandingkan dengan negara-negara Islam lainnya seperti di Syiria dan Iraq, dimana masih terjadi pembunuhan dan peperangan.

Namun, lanjut Wapres, bicara tentang kesejahteraan umat Islam di Indonesia, kondisinya sangat jauh berbeda. Wapres menganalogikan, jika ada 100 orang kaya di Indonesia, tidak lebih 10 orang Islam. Tapi jika ada 100 orang miskin, sudah dipastikan 90 orang Islam. Jumlah entrepreneur muslim di Indonesia masih sangat sedikit bila dibandingkan dengan negara-negara berpenduduk muslim lainnya.

“Turki, Alhamdulillah, 100 orang kaya, 80 orang Islam. Di Malaysia sudah lebih tinggi, mungkin dia 25. Negara (berpenduduk mayoritas) Islam yang terendah kita. Terendah kita,” ungkap Wapres.

Menurut Wapres, selama ini yang paling sering disampaikan kepada umat Islam adalah ‘Annikaahu sunnatii’, nikah itu sunnah Rasulullah. Padalah Rasulullah juga mengajarkan bahwa berdagang itu juga merupakan sunnahnya, dan tempat pertama kali Rasulullah berdagang adalah di Syam (Syiria), yang kini telah hancur akibat konflik yang tidak berkesudahan.

“Jadi berdagang itu sunnah Rasullullah, bukan hanya sunnahnya orang China,” ucap Wapres disambut tawa hadirin.

Untuk itu Wapres mendorong gagasan yang disampaikan Rektor ITB untuk menjadikan universitas tersebut sebagai entrepreneurial university. Karena menurut Wapres, satu-satunya kelemahan umat Islam di Indonesia adalah kekurangan entrepreneur [pengusaha].

“Karena itulah maka saya sangat apresiasi dan mendukung bahwa ITB itu berpikir disamping keilmuan, juga menuju bagaimana [menjalankan] bisnis,” ucap Wapres.

Wapres menekankan, dalam berdagang haruslah diniatkan untuk ibadah, bukan untuk memperkaya diri, sebagaimana pesan yang disampaikan ayahnya ketika Wapres masih muda.

“Dagang jangan hanya diniatkan jadi kaya, jadi anda (niatkan) saya harus kasih kerja orang, saya ingin banyak zakat, amal itu. Saya ingin nanti bikin masjid, niatnya di situ. Bukan saya ingin kaya. Maka Inshaallah akan dirahmati,” seru Wapres.

Saat ini, kata Wapres, agar usaha berdagang berjalan lancar, harus ditunjang dengan IT, jika tidak maka akan ketinggalan.

“Semua maju sekarang dengan IT, bio-technology, manufacturing technology, semua itu yang memajukan sekarang ini. Tinggal bagaimana ilmu itu di-shifted menjadi bisnis,” tegas Wapres.

Disamping itu, lanjutnya, berbisnis juga memerlukan skill dan inovasi. Untuk skill (keterampilan), telah dibuktikan oleh kemajuan negara Jerman, Jepang, Korea, dan Tiongkok, sementara inovasi telah dibuktikan oleh Amerika Serikat.

“Semua itu dengan dasar kepemimpinan yang baik,” tegas Wapres.

Kemudian, Wapres menekankan kepada mahasiswa yang hadir, agar menjadi pemimpin yang baik, maka haruslah menuntut ilmu dengan tujuan produktivitas untuk mendapatkan nilai tambah. Nilai tambah berasal dari teknologi, dan teknologi berasal dari pendidikan. Begitu seterusnya alurnya, dengan ditambah skill dan inovasi.

“Kemudian semangat. Ini yang paling penting semangat untuk maju. Kalau tidak kita akan menjadi konsumen. Kalau tidak, kita akan menjadi mustahiq,” tutur Wapres.

Sebelumnya Rektor ITB Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi menyampaikan, bahwa mahasiswa yang sedang mengenyam pendidikan di ITB berjumlah 22.000, 15.000 mahasiswa S1 dan 7000 mahasiswa S2 dan S3.

Kadarsah menambahkan, ITB telah mendeklarasikan bergerak dari research university menuju entrepreneurial university, dengan 3 indikator utama, yaitu unggul dalam pengajaran dan pembelajaran, unggul dalam riset, dan unggul dalam inovasi.

“Dengan tiga jenis lulusan yang akan kami hasilkan, antara lain menghasilkan profesional, yaitu mereka yang siap bekerja, mengabdikan diri, untuk membangun bangsa dan negara. Kemudian yang menghasilkan para peneliti, yaitu mereka yang diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan, sehingga bangsa ini tidak ketinggalan oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Dan yang ketiga adalah para entrepreneur, yaitu mereka yang siap menciptakan lapangan kerja untuk meningkatkan daya tambah ekonomi dan sosial sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat, bangsa dan negara,” jelas Kadarsah.

Di akhir acara, Wapres mendapatkan kenang-kenangan berupa lukisan abstrak dengan kaligrafi Islam yang bertuliskan doa sapu jagad ‘Robbana aatina fiddunya hasanah wafil aakhiroti hasanah’ dari pelukis Ravi Ahmad Salim, anak dari Ahmad Sadali, pelukis abstrak terkenal yang juga merupakan salah satu pendiri masjid Salman, ITB.

Wapres pun menjelaskan bahwa untuk mencapai kebahagiaan di akhirat, maka harus dipenuhi dulu kesejahteraan di dunia.

“Kebaikan dunia dan akhirat, artinya dunia dulu baru akhirat. Kalau [kebaikan] dunia tidak dicapai, sulit mendapatkan kebaikan di akhirat,” pungkas Wapres.

Hadir dalam kesempatan tersebut Kepala Bappenas Sofyan Djalil, MenPANRB Yuddy Chrisnandi, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan. (KIP, Setwapres)