Jakarta, wapresri.go.id– Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menghadiri buka puasa bersama dengan masyarakat Sulawesi Selatan (Sulsel) se-Jabodetabek di Gedung Pertemuan Hallf Patiunus, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu (19/5/2019).

Wapres tiba di lokasi pukul 18.34 setelah sebelumnya menghadiri buka bersama dengan Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar Di Ballroom Hotel Sultan, Jakarta Selatan, yang juga dihadiri Presiden Jokowi.

Setelah menyantap hidangan utama Coto Makassar, Wapres memberikan arahan singkat kepada masyarakat Sulsel yang hadir saat itu untuk bersama-sama menjaga ketertiban jelang dan pasca diumumkannya hasil Pilpres 22 Mei yang akan datang.

“Tentunya juga harapan kita semua negeri kita Indonesia dan khususnya Sulawesi Selatan dapat maju terus di bawah pimpinan Bapak Gubernur, Wakil Gubernur serta seluruh pejabat-pejabat yang lainnya. Dan juga kita semua yang ada di Jakarta sebagai bangsa Indonesia tetap menjaga lingkungannya, menghormati aturan-aturan dan juga tentu ketertiban,” ujar Wapres.

“Apa yang telah menjadi hak rakyat dalam Pemilu telah dijalankan sebaik-baiknya dan sebentar lagi akan diumumkan [Pilpres] dengan baik. Saya harap semuanya damai tak usah kita ramai-ramai, semua harus jalan sesuai hukum. Kalau tidak setuju apakah dengan [hasil pemilihan] anggota dewan atau Presiden ajukan ke Mahkamah [Konstitusi],” sambungnya.

Wapres juga berpesan kepada seluruh masyarakat, khususnya masyarakat Sulsel di manapun berada untuk tetap menjaga kerukunan.

“Yang paling penting adalah kita menjaga kerukunan sebaik-baiknya, bekerja dengan baik supaya kita semua, juga masyarakat Sulawesi Selatan di manapun di Indonesia ini mendapat hidayat-Nya,” tegasnya.

Sebelumnya, Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah menyampaikan apresiasi kepada undangan yang hadir malam itu karena kehadiran mereka merupakan support bagi Gubernur dan Wakil Gubernur yang baru delapan bulan menjalankan roda pemerintahan di Provinsi Sulsel.

Dalam kesempatan tersebut, Nurdin juga mengajak masyarakat Sulsel untuk turut membantu para korban di Palu, Sulawesi Tengah, dimana 3000 orang masih tinggal di bawah tenda. Nurdin menyampaikan, Desember lalu ia bersama masyarakat Sulsel juga telah mengadakan malam penggalangan dana yang terkumpul sebesar dua miliar rupiah. Namun, tantangan yang dihadapi saat ini oleh para korban adalah sulitnya mendapat lahan pemukiman. Untuk itu saat ini Pemprov Sulsel sedang merumuskan kebijakan untuk membeli lahan agar para korban keluar dari kesulitan.

“Oleh karena itu saya ingin mengajak seluruh tokoh-tokoh Sulawesi Selatan khususnya Ketua Umum KKSS [Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan] untuk kita duduk bersama [membahas] apa langkah-langkah yang harus kita ambil untuk mengeluarkan saudara-saudara kita dari kesulitan. Saya yakin dan percaya kalau kita bersatu ini tidak sulit kita atasi. Saya berpikir mungkin nanti saya dan Bapak Wakil Gubernur merumuskan untuk membeli tanah di sana. Mencari tanah supaya mereka ada kepastian dibanding mereka tinggal di tempat-tempat penampungan,” jelas Nurdin.

Sementara tausiah jelang buka bersama diisi oleh Wakil Direktur Pasca Sarjana UIN Jakarta, Dr. H. Hamka Hasan, LCA. Tema yang dibawakan dalam tausiah tersebut adalah bagaimana mengoptimalkan silaturahmi. Silaturahmi atau dikenal dengan ‘membangun network’ akan memanjangkan umur dan mempermudah datangnya rezeki.

“Barangsiapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan dimudahkan rizkinya hendaklah silaturahmi,” ujar Hamka mengutip Hadits Nabi SAW.

Hamka menekankan, silaturahmi yang dibangun hendaknya juga sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW yakni mengembangkan persatuan dan persaudaraan, dengan tidak saling menganiaya, membenci, memarahi, bersaing tidak sehat dalam jual beli, dan menghianati. Intinya, silaturahmi harus mengedepankan manfaat dan meninggalkan hal-hal yang negatif. Sebagaimana Hadits Rasulullah SAW: “Maka Muslim yang sebenarnya adalah mereka yang mampu menyelamatkan orang lain dari lisan dan tangannya.”

“Kalau kita belum mampu memberikan sesuatu kepada orang lain, minimal kita tidak mengambil hak-hak orang lain. Kalau kita belum mampu mencintai sesuatu, atau berterima kasih terhadap prestasi atasan atau bawahan kita, minimal kita jangan mencelanya. Kalau kita belum mampu memberikan masukan atau usulan yang baik terhadap perkembangan negara dan masyarakat kita, minimal kita tidak menghambat program-program yang dicanangkan pemerintah kita,” pesan Hamka menutup tausiah. (SK-KIP, Setwapres)