Depok, wapresri.go.id – Saat menjadi pembicara pada sesi inspirasi di acara Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) Tahun 2018, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengajak para siswa di seluruh Indonesia untuk tidak mencela apalagi melawan guru.

“Dalam adat kita, mencela guru itu terlarang, apalagi melawan guru,” ujar Wapres di hadapan lebih dari seribu peserta acara tahunan yang digelar di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Bojongsari, Depok, Jawa Barat, Rabu (7/2) pagi.

Ia kemudian menyampaikan duka cita atas meninggalnya Ahmad Budi Cahyono, guru honorer di Sampang, Madura yang tewas setelah dianiaya muridnya. Wapres pun meminta para peserta untuk mendoakan almarhum Ahmad.

“Marilah kita menyampaikan doa atas meninggalnya seorang guru di Madura, Pak Ahmad,” ajak Wapres.

Tragedi ini, lanjutnya, menjadi peringatan bagi semua pihak bahwa dunia telah berubah dan diperlukan perubahan pendekatan di dunia pendidikan agar peristiwa semisal tidak terulang.

Dorong Pemikiran Kritis dan Inovasi

Pada kesempatan itu, Wapres meminta para pendidik untuk mengembangkan pemikiran kritis di kalangan siswa yang akan memicu lahirnya inovasi. Dari inovasilah, lanjutnya, negara akan mencapai kesejahteraannya.

“Semua negara yang ingin sejahtera selalu didasari oleh langkah-langkah yang menghasilkan nilai lebih. Nilai lebih itu berasal dari kemauan dan teknologi. Teknologi berasal dari pendidikan atau riset. Semuanya berhubungan,” tegasnya.

Wapres juga mencermati anggaran pemerintah yang dialokasikan untuk pendidikan yang cukup besar namun terlihat belum mampu meningkatkan daya saing bangsa.

“Kenapa kita dengan 400 triliun (anggaran pendidikan) dan akan terus bertambah tiap tahunnya, belum bisa menghasilkan generasi muda yang dapat bersaing? Karena kita masih berkutat dengan jumlah guru dan kesejahteraan guru,” papar Wapres.

Ia pun berpesan agar para guru terus meningkatkan mutu pengajarannya. Menjadi seorang guru, kata Wapres, bukan sekadar mengenai bagaimana cara mengajar dengan baik tetapi mengajar dengan penuh penjiwaan. Dengan inilah, menurutnya, penguatan pendidikan karakter sebagai model pendidikan akan tercapai.

Mengakhiri pidatonya, Wapres mengajak semua pemangku kepentingan di dunia pendidikan untuk melihat dunia secara visioner.

“Apa yang harus diberikan kepada generasi ini, apa yang harus diupgrade dari guru-guru pengajar, dan sekolah seperti apa apa yang akan dibentuk di masa yang akan datang,” pungkasnya.

Forum yang sehari sebelumnya dibuka secara resmi oleh Presiden Joko Widodo ini merupakan pertemuan para pendidik dan pemangku kepentingan di bidang pendidikan dari berbagai daerah untuk berdiskusi dan merumuskan ide tentang pendidikan yang lebih baik bagi masyarakat Indonesia di masa mendatang. Selain diskusi, forum yang berlangsung dari 5 hingga 8 Februari 2018 ini juga menghadirkan beberapa pembicara nasional pada sesi inspirasi, antara lain Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmian Nasution, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. (GS/FM, KIP Setwapres)